Sukacita Natal Warga Panti Werdha Kowani

| dilihat 147

Sukacita terasa Victory Room, Hotel Ciputra - Grogol, Jakarta Barat (Sabtu, 20/12/25).  Sejak pagi, sekira lima puluh warga emas (lansia) Panti Werdha Wisma Mulia mengekspresikan sukacita perayaan natal mereka.

Pengurus panti wredha KOWANI (Kongres Wanita Indonesia), itu menggelar perayaan Natal 2025, itu sebagai ajang silaturahmi para warga dengan keluarga (anak, menantu, dan cucu) mereka, sebagai manifestasi komitmen untuk merawat mereka. Sekaligus menyemai kasih sayang yang menghidupkan suasana kekeluargaan yang tak terputus.

Warga panti yang biasa dipanggil dengan Oma - Opa sesuai dengan pertalian keluarga, itu nampak ceria. Di usia senja, suasana perayaan Natal tersebut menjadi momentum yang sarat makna: merayakan kehidupan, mensyukuri penyertaan Tuhan, seraya meneguhkan harapan dalam proses panjang kehidupan mereka.

Pada acara tersebut para oma dan opa warga panti dan para pengurus dalam suasana inklusif melakukan unjuk kreasi, melalui penampilan mengekspresikan kebolehan khas mereka bermain musik angklung. Juga menampilan tari pergaulan yang sedang populer.

Penuh konsentrasi dan semangat, mereka menyuguhkan harmoni nada yang lembut dan menyentuh. Penampilan ini bukan sekadar hiburan, melainkan isyarat bahwa di usia senja, mereka masih punya daya, semangat berkarya.

Para undangan mengapresiasi unjuk kreasi mereka dengan memberikan aplaus panjang.  Simpati, empati, apresiasi, respek, dan cinta mengalir dari penampilan mereka. Kekaguman sekaligus penghormatan khalayak -- undangan -- atas dedikasi dan ketulusan para lansia tersebut sangat terasa. Semangat yang tak pernah lekang oleh usia.

Lestarinya Cinta Kasih

Nuansa ekspresi seni semakin terasa dengan hadirnya tari Tortor dan Tabola Bale yang dibawakan oleh karyawan Panti Werdha Wisma Mulia. Gerak tari yang enerjik dan sarat makna tersebut menjadi pesan tentang kebersamaan lintas generasi, bahwa para pengelola dan karyawan panti bukan sekadar pelayan, melainkan keluarga yang tumbuh dan berjalan bersama para opa dan oma.

Bagi pengurus sendiri momen tersebut dimaknai sebagai ajang komunikasi terbuka yang sesuai dengan prinsip tata kelola manajemen yang baik (good governance) : transparan, akuntabel, responsible, independen, dan fair.

Ketua Umum KOWANI, Nannie Hadi Tjahjanto, dalam sambutannya mengemukakan, bahwa Perayaan Natal merupakan perayaan iman yang membawa cahaya bagi lestarinya cinta kasih, dalam damai sejahtera.

Nannie mengemukakan, nilai-nilai Natal mengajarkan pentingnya persaudaraan dan hubungan yang toleran antarumat beragama, dan menjadi bagian tak terpisah dari kemajemukan warga bangsa Indonesia.

Kebersamaan dalam perayaan Natal ini merupakan contoh nyata bagaimana nilai kasih dapat dirasakan dan diwujudkan dalam tindakan nyata, khususnya kepada para lansia yang dalam kehidupan mereka, telah lebih dahulu berkontribusi bagi keluarga dan masyarakat.

Akan halnya Hanifa Husein, penanggung jawab Panti Werdha Wisma Mulia YBDW–KOWANI, mengemukakan, panti yang berdiri sejak tahun 1961 merupakan wujud komitmen KOWANI sebagai salah satu wadah perjuangan kaum perempuan Indonesia melakukan pengabdian kepada bangsa. Terutama dalam upaya membantu pemerintah menjalankan amanat konstitusi sebagaimana  tersurat dan tersirat pada Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni memelihara fakir miskin dan anak terlantar, termasuk orang tua lanjut usia.

Kepercayaan Keluarga dan Donatur

Hanifah mengakui, bahwa dalam perjalanan panjang pengelolaan panti masih terdapat berbagai keterbatasan dan kekurangan. Namun demikian, komitmen untuk melayani opa dan oma dengan sepenuh hati tetap menjadi fondasi utama.

Sejak menerima amanah mengelola panti pada Juli 2025, pengurus panti yang dipimpinnya bekerja dan mengabdi secara tulus, berpangkal kejujuran dan spirit kemanusiaan.  Kesadaran ini menjadi penting, untuk terus meningkatkan kepercayaan, bahwa panti ini merawat warganya secara tepat.

Dukungan dari para pemangku kepentingan, khususnya donatur dan seluruh karyawan, ungkap Hanifah, menjadi kekuatan utama dalam menjalankan pelayanan dengan sesanti, "Melayani itu Mulia."

Kepercayaan dan dukungan para donatur dan keluarga para opa oma warga panti, menjadi motivasi bermakna bagi seluruh pengelola dan karyawan panti.

Hasnifah mengemukakan pula, bahwa pengelola mampu melakukan efisiensi anggaran operasional dan mengalihkannya pada renovasi serta pembangunan panti yang memang sudah berusia tua.

Renovasi dilakukan semata-mata demi menciptakan hunian yang lebih layak dan nyaman bagi para opa dan oma, tanpa mengurangi pelayanan rutin seperti olahraga, pembinaan kesehatan, serta siraman rohani lintas agama bagi penghuni yang beragama Kristen, Katolik, Islam, dan Buddha.

Keselamatan Keluarga

Selepas ajang silaturahmi, warga panti yang beragama Kristen dan Katolik melaksanakan rangkaian ibadah Natal yang dipimpin oleh Pdt Deety BT Liow Mambo, S.Th., yang mengulas tema Natal "Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga."

Dalam khotbahnya, pendeta Mambo mengemukakan, bahwa keluarga — yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak — merupakan kesatuan kecil masyarakat yang memiliki dinamika kebahagiaan sekaligus tantangan.

Ia mengemukakan kebahagiaan tersebut dibangun melalui proses komunikasi. Dikemukakannya, komunikasi yang baik dan positif akan membangun keharmonisan, sedangkan komunikasi yang buruk berpotensi menimbulkan krisis dan disharmoni.

Oleh karena itu, ujarnya, cinta kasih dan kehadiran Allah menjadi fondasi utama dalam menjaga keutuhan dan keselamatan keluarga, terlebih di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.

Rangkaian perayaan Natal tersebut kemudian ditutup oleh Romo Bento Lolong dengan doa bersama bagi bangsa Indonesia, agar negeri ini senantiasa diberkati dengan kesejahteraan, persatuan, dan kedamaian, sekaligus memohon kekuatan dan penghiburan bagi saudara-saudara sebangsa yang tengah menghadapi musibah bencana alam di wilayah Sumatera.

Perayaan Natal Panti Werdha Wisma Mulia, ini jelas Hanifah, tidak hanya menjadi seremoni tahunan, tetapi juga ruang perjumpaan batin antara iman, budaya, dan kemanusiaan. Senyum, pelukan, dan tatapan penuh harap dari para opa dan oma menjadi penegas bahwa kasih sejati tidak pernah mengenal usia. Hidup harus dirayakan dengan sukacita. Suatu kesaksian bahwa Allah sungguh hadir, menyelamatkan keluarga, dan meneguhkan setiap langkah kehidupan hingga akhir usia. | Gus Tian

 

Editor : haedar
 
Humaniora
Lingkungan
03 Des 25, 18:35 WIB | Dilihat : 403
Jangan Pernah Menentang Semesta
04 Agt 25, 02:48 WIB | Dilihat : 1068
Almaty Kazakhtan Sentra Suara Akal Sehat
16 Jun 25, 13:19 WIB | Dilihat : 1252
JFF 2025 Menyegarkan Imagineering Jakarta
Selanjutnya