Voice of Baceprot Meteor dari Singajaya

| dilihat 1414

Farhan

Firda 'Marsya' Kurnia, Widi Rahmawati, Euis Siti Aisyah bukan gadis Menteng (Jakarta), bukan juga belia dari kawasan Gegerkalong atau Buah Batu (Bandung). Mereka juga bukan siswi sekolah menengah umum kota besar.  

Mereka belia dari Singajaya - Kabupaten Garut. 57 km dari kota Garut ke arah Bangbayang atau Pameungpeuk, kawasan pantai Selatan. Kawasan pedesaan. Mengenali bakat musiknya sejak masih menjadi siswi madrasah di sana.

Ketiganya, siswi yang mesti kerap berurusan dengan guru konseling. Tapi, sang guru (Ersa) berhasil menempa mereka menjadi kelompok musik metal yang bersinar. Tak hanya di panggung musik lokal, nasional, dan regional. Tapi, jauh merambah panggung musik rock internasional.

Menyandang nama grup Voice of Baceprot (VoB), ketiganya mampu unjuk kreasi yang luar biasa di Amerika, Eropa, dan Asia Tenggara. 28 Juni 2024 lalu, ketiganya mengukir sejarah, menjadi band Indonesia pertama yang tampil di Glastonbury Festival, festival musik tahunan terbesar di Inggris.

Saya mengapresiasi mereka. Tak hanya karena kesungguhannya menempa diri dalam bermusik, juga karena konsisten menunjukkan identitasnya sebagai muslimah. Mengenakan hijab. Sekaligus menjelaskan hal ihwal moderasi muslim di Indonesia. Persisnya kala mereka tampil di Trans Musicales 2021, Paris.

Genre musik metal yang digelutinya menjadi sesuatu yang sangat memantik decak. Metal adalah bagian dari musik populer dengan tone tersendiri.

Ketiga belia itu seolah melompat ke kancah dekade kelima genre musik metal, yang sering dibilang menyatukan beragam subkultur metal. Kendati,  konsep genre dan sub kuktur tidak lagi berfungsi untuk menggambarkan metal sebagai suatu kategori kesatuan.

Menafikan Presumsi Musik Metal

Apalagi bagi mereka. Tak hanya karena dari aspek filosofi, sosiologi dan budaya, mereka datang dari lingkungan sistem budaya era agraris dan industri, yang cenderung melodius.

Boleh jadi eksistensi mereka di kancah musik metal dan budaya metalism lebih bisa dipahami dengan pendekatan Kendall Wilton, filosof seni, yang melihat genre musik metal sebagai 'kumpulan gaya' yang terus berkembang, hanya sebagian yang diasosiasikan dengan penggemar yang merupakan subkultur.

Kehadiran VOB, bahkan menafikan presumsi lama tentang musik metal yang dianggap sebagai buah kreativitas kaum yang menyimpang dan berjarak dengan kaidah-kaidah agama. Mereka secara personal tetap menegakkan salat, tidak karib dengan alkohol dan berbagai hal yang dilarang agama Islam.

Dari aspek sosiologis dan budaya, ketiga belia ini, kendati sudah melanglang buana, tak berjarak dengan sistem nilai masyarakat Sunda yang menjadi asal mereka. Mereka menunjukkan dengan kreativitasnya apa yang disebut sebagai sineger tengah. Suatu kewajaran dan bukan sesuatu yang berlebihan.

Di tengah pergaulan musisi dunia, ketiga belia ini, disadari atau tidak, telah menunjukkan sikap "ulah kumeok memeh dipacok" - jangan mundur sebelum berusaha, dan  "kudu bisa ka bala ka bale"  - mampu fleksibel dalam mengelola kreativitasnya. Dan, bersungguh-sungguh dalam berkarya. Sesuatu yang seirama dengan prinsip:  "mun teu ngakal moal ngeukeul, mun teu ngarah moal ngarih."  

Berada dalam lingkungan musik metal, apalagi di level internasional, bukan sesuatu yang mudah. Dalam usia muda, mereka telah merenangi musik metal sebagai bagian dari bahasa universal di kalangan orang muda. Karena metalisma sendiri merupakan integrasi kuat dari sikap, rasa, gaya, dan pilihan hidup. Kesemuanya melahirkan semangat dan daya hidup. Termasuk membebaskan jiwa menjadi manusia merdeka dalam batasan-batasan kemanusiaan dan hakikat manusia sejati.

Metal memang bukan hanya musik. Metal adalah sikap yang menunjukkan integritas diri. Inilah yang mereka tunjukkan sebagai wujud kongkret dari sikap "kewes pantes tandang gandang, handap asor pamakena." Layak dan patut untuk berkontestasi dan dan berkompetisi di panggung musik metal dunia, dengan tetap memelihara dan merawat adab, etika, tatakrama sebagai perempuan Sunda.

Membanggakan dan Patut Diapresiasi

Mereka mesti kuasai musik yang lahir dari budaya Barat, namun tetap tampil secara pribadi di luar panggung sebagai manusia yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan budaya Timur. Memusatkan perhatian pada kualitas diri sebagai musisi.

Merujuk pada pandangan Brown, A.R, Spracklen, K, Kahn-Harris, K and Scott (2016), trio VOB senantiasa mesti menempa kualitas diri memantapkan dan mengembangkan eksistensi mereka pada genre musik yang kompleks.

Khasnya, karena pilihan musik mereka, mekar oleh kombinasi apresiasi terhadap musik itu sendiri. Termasuk, apa arti musik tersebut bagi mereka secara pribadi, dan apa pula yang mereka ketahui tentang pengaruh kausal dan sejarah terhadap musik tersebut, seperti diisyaratkan Thompson (2023).

Keberadaan mereka, sangat menarik dan perlu menjadi subyek penelitian para akademisi seni dan budaya, khasnya bila ingin menghampirinya dengan pendekatan sosiologi dan psikologi. Tanpa kecuali untuk mengkaji lebih mendalam ihwal motivasi para  sebagai pemusik dan relasinya dengan penggemar genre musik yang mereka pilih.

Apalagi bila hendak melihat lebih jauh tentang kesan rebelion,  ekstrimitas dan transgresif dari elemen-elemen genre musik yang mereka pilih. Terutama dengan menelusuri elemen sonik dan konten liris lagu-lagu yang mereka gubah. Lantas, relasi musik, lagu, dan penampilan pentas mereka dengan penonton.

Di sisi lain, yang juga menarik adalah bagaimana mereka terpikat dengan genre musik metal dan bagaimana relasi - korelasi - koneksi dan konteksnya genre musik tersebut dengan kepribadian dan lingkungan sosialnya. Namun demikian, lepas dari apa pun juga, VOB membanggakan dan patut diapresiasi.

Paling tidak, tiga srikandi belia dari Singajaya - Garut tersebut telah membuktikan, bagaimana mereka berhasil mencapai prestasi dalam menegaskan posisi secara ekuit dan ekual di panggung musik metal dunia. Baceprot membuktikan, tak ada dikotomi desa kota dalam seni, kreativitas dan prestasi. VOB meteor dari Singajaya !! Cag ! |

Editor : delanova | Sumber : foto-foto VOB
 
Lingkungan
09 Jan 25, 20:57 WIB | Dilihat : 476
Petaka Kebakaran Terburuk Landa Los Angeles
22 Des 24, 16:25 WIB | Dilihat : 293
Awan dan Fenomena Alam
29 Nov 24, 04:10 WIB | Dilihat : 421
Banjir Terparah Menerjang Malaysia
19 Sep 24, 12:52 WIB | Dilihat : 1188
Antara Lumbung Pangan dan Kai Wait
Selanjutnya
Budaya
15 Nov 24, 20:48 WIB | Dilihat : 669
Perkabungan
12 Nov 24, 08:29 WIB | Dilihat : 906
HOS Tjokroaminoto Pembuat Strategi Kebudayaan Progressif
07 Nov 24, 22:10 WIB | Dilihat : 653
Membaca Ulang Puisi Pamplet dan Mengingat Isyarat Rendra
Selanjutnya