
Nota Sharia
Dengan lagaknya yang terkesan 'sesuka hati' kehadiran Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Kuala Lumpur untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke 47.
Tak seperti kepala negara dan kepala pemerintahan lain yang dis|ambut para menteri, ketibaan Trump pada Ahad pagi (26/10/25) disambut istimewa langsung oleh Perdana Menteri X Malaysia Anwar Ibrahim.
Sekumpulan penari yang diiringi irama rentak dan sekumpulan lain yang mengibarkan bendera AS dan bendera Malaysia disiapkan untuk itu. Trump langsung memanfaatkan momen tebar pesona untuk beroleh 'kesan pertama' yang karib. Ia mendekati para penari, lalu ikut nandak beberapa saat.
PMX Malaysia, Anwar Ibrahim nampak bersukacita. Senyum dan tawanya mengekspresikan suasana hati orang yang gembira ria. Ia bertepuk tangan mengikuti gerak nandak Trump. Seolah mewakili sukacita rakyat Malaysia, seakan 'menutup' kabar paradoks: sekumpulan rakyat Malaysia sedang memekik penolakan atas kehadiran Trump di depan gedung kedutaan besar AS Kuala Lumpur.
Selama beberapa hari sebelumnya mereka melakukan aksi unjuk rasa mengusung pesan yang sama. PM Malaysia ke 4 dan ke 7, Tun Dr. Mahathir Muhammad (M) beberapa hari sebelumnya juga sudah bersuara dan mengirim taklimat penolakan kedatangan Trump. Anwar Ibrahim dan para menteri pemerintahan Madani, terkesan kompak mengabaikan taklimat itu, sebagaimana dia mengabaikan taklimat para pembangkang (oposan).
Presiden AS Trump memanfaatkan waktu kunjungan 'semalam di Malaysia,' sebagai momentum untuk mendulang citra dirinya sebagai 'pendamai' bagi Thailand dan Kamboja yang sedang dirundung pertikaian ihwal sempadan (perbatasan) yang sudah berlangsung lama.

Pujian Berlebihan Trump
Belakangan hari, sebelum keduanya -- difasilitasi PMX Malaysia Anwar Ibrahim -- menyatakan kesepahaman untuk gencatan senjata, tentara dua negara berjiran itu terlibat kontak senjata.
Agaknya, Trump datang hanya untuk agenda yang khusus disediakan sebagai panggung baginya. Ia menyaksikan dan ikut menandatangani perjanjian damai Thailand dan Kamboja. Selebihnya -- termasuk pertemuan dengan para pemimpin ASEAN -- bukan agenda prioritas.
Berbagai perangkat -- mulai dari podium sampai backdrop -- dikemas begitu rupa sebagai perhelatan Trump dan AS. Secara protokol, momen tersebut bukan bagian dari agenda KTT ASEAN.
Di ruangan itu, di balik podium kepresidenannya, Trump mengawali pidato, setelah itu baru mempersilakan PMX Anwar Ibrahim, PM Kamboja Hun Manet, dan PM Thailand Anutin Charnvirakul bicara.
Dari belakang podiumnya Trump menyatakan, ia telah memimpin penandatanganan perjanjian damai antara Thailand dan Kamboja yang "bersejarah." Lantas, seperti kebiasaannya, Trump menyampaikan pujian berlebihan kepada Hun Manet, Anutin Charnvirakul, dan Anwar Ibrahim.
Konflik Thailand dengan Kamboja yang sudah melintasi masa yang sangat panjang beberapa dekade, tak serta merta berakhir dengan perjanjian damai, itu. Bahkan, Menteri Luar Negeri Thailand, Sihasak Phuangketkeow menyebutnya sebagai 'jalan menuju perdamaian.' Ia menolak istilah 'perjanjian damai.'

AS dan Malaysia Hanya Fasilitator
Trump ngagul. Kepada wartawan dia katakan, dirinya hobi menjadi telangkai perdamaian. Namun, dia tak berterus terang, bahwa 'perjanjian damai' yang melibatkan dirinya terbabit dengan kepentingan AS dan dirinya. Termasuk perihal relasi perdagangan. Trump tak akan 'keluar' dari dimensi dirinya sebagai pedagang.
Kamboja nampak hendak mendulang 'untung' pula dari peristiwa penanda-tanganan 'perjanjian damai' itu. PM Hun Manet memuji Trump sebagai pemimpin yang tegas. Kamboja punya kepentingan khas, karena sampai saat ini masih antusias membawa masalah konflik perbatasan dengan Thailand ke Mahkamah Internasional di DenHaag, Belanda.
PM Thailand, Anutin Charnvirakul, nampak lebih hati-hati. Ia tak akan gegabah. Apalagi, sejak beberapa bulan berselang, konflik Thailand dengan Kamboja telah memakan korban, dipecatnya PM Paetongtarn Shinawatra -- atawa Ung Ing -- akibat kuatnya tekanan kaum nasionalis dan militer. Anutin lebih suka penyelesaian damai dilakukan via jalan diplomatik yang tak membuka banyak keuntungan bagi Kamboja.
Sikap Thailand jelas, melalui pernyataan Anutin, yang mengapresiasi Trump. Namun ia tetap harus membawa misi negaranya, bahwa AS dan Malaysia hanya fasilitator perjanjian ini. Akan halnya Trump terus ngagul. "Semua orang agak kagum, bahwa kami menyelesaikan [gencatan senjata] begitu cepat," ungkapnya.
Trump mengemukakan, pemerintahannya segera bekerja mencegah eskalasi konflik Thailand versus Kamboja, ketika ia beroleh kabar ihwal pertempuran dua negara berjiran, itu saat mengunjungi lapangan golf Turnberry di Skotlandia.
Kata Trump, ketika itu dia mengatakan kepada menterinya, "ini jauh lebih penting daripada bermain golf. Saya bisa bersenang-senang, tetapi ini jauh lebih menyenangkan, (karena) menyelamatkan orang dan menyelamatkan negara."

Komitmen Teguh Perdamaian ?
Sesumbar, Trump menyatakan, dia dan pemerintahannya telah mengakhiri delapan perang selama delapan bulan – tidak pernah ada yang seperti itu." Lantas bicara, "Rasanya, saya tidak seharusnya menyebutnya hobi, karena ini jauh lebih serius, tetapi sesuatu yang saya kuasai dan sesuatu yang saya sukai."
Trump tentu datang ke Kuala Lumpur, menghadiri KTT ASEAN ke 47 bukan sekadar mengawasi kesepakatan damai. Ada hal lain yang nampaknya lebih prioritas, yakni perjanjian perdagangan.
Puncak dari kunjungannya adalah deklarasi perdamaian antara Kamboja dan Thailand yang merupakan kelanjutan dari perjanjian gencatan senjata yang dicapai pada bulan Juli, yang menghentikan bentrokan mematikan di perbatasan.
Perjanjian Kuala Lumpur disertai deklarasi bersama yang ditandatangani oleh para pemimpin Thailand dan Kamboja pada hari Ahad, itu kabarnya menjanjikan komitmen teguh untuk perdamaian dan keamanan, segera menghentikan permusuhan, seraya menegaskan kembali janji mereka pada bulan Juli 2025 untuk menghindari penggunaan kekuatan dan menghormati kedaulatan serta integritas wilayah masing-masing.
Inti dari kesepakatan Thailand dan Kamboja, itu menegaskan rencana de-eskalasi militer di bawah pengawasan anggota ASEAN. Kedua belah pihak sepakat memindahkan senjata berat dari wilayah perbatasan dan mengembalikannya ke pangkalan reguler dengan verifikasi oleh Tim Pengamat ASEAN (AOT) yang baru. Sesuatu yang tak mungkin segera terlaksana. Khasnya bagi Kamboja.
Perihal tawanan, Thailand berjanji membebaskan 18 tentara Kamboja yang ditangkap selama pertempuran tahun ini. Dalam perjanjian tersebut, kedua negara juga berjanji melaksanakan pembersihan ranjau kemanusiaan di wilayah perbatasan, salah satu pemicu utama di balik putaran pertempuran baru-baru ini secara berkoordinasi.
Perjanjian yang ditanda-tangani oleh Hun Manet dan Anutin Charnvirakul, itu juga ambil peduli perihal 'perang informasi' - perseteruan di ruang maya dengan tidak mewawar lagi klaim masing-masing pihak. Khasnya provokasi dalam bentuk klaim palsu.
Hun Sen -- ayah Hun Manet -- yang masih berkuasa mengatakan, sampai belakangan hari, Thailand menyiarkan suara-suara seperti hantu dari provinsi Sisaket, dan Komite Hak Asasi Manusia Kamboja menuduh Thailand terlibat dalam perang psikologis.
\
Suara Hantu di Perbatasan
Hun Sen mengajukan keluhan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang penyiaran suara-suara keras dan melengking yang melintasi perbatasan. Suara-suara yang diandaikan sebagai suara
Komite mencatat bahwa suara-suara berdensitas tinggi laiknya suara 'burong (hantu), ratapan anak-anak, lolongan anjing, dan deru helikopter, sejak 10 Oktober 2025 disiarkan melalui pelantang suara di malam hari.
Pejuang media sosial Thailand, Kannawat Pongpaibulwech alias Kan Chompalang, aktivis media sosial Thailand, terungkap sebagai dalang gaduh suara malam hari di Ban Nong Chan dan Ban Nong Ya Kaew di Provinsi Sisaket, itu.
Dikabarkan, Kannawat melakukan itu karena sudah beroleh izin dari resimen tentara Thailand yang mengawasi keamanan di provinsi perbatasan. Ia melakukan hal tersebut untuk mengusir pemukim Kamboja yang melanggar batas wilayah Thailand.
Kedua pemerintah telah berkomitmen untuk melanjutkan hubungan diplomatik normal dan mengoordinasikan perundingan tingkat lokal melalui mekanisme yang telah mapan seperti Komite Perbatasan Umum dan Komisi Perbatasan Bersama.
Anutin menegaskan, pihaknya menjunjung tinggi perdamaian dan menyatakan, bila deklarasi ini sepenuhnya, akan menciptakan fondasi bagi perdamaian abadi. Boleh jadi, karena itu Hun Manet menyatakan, penandatanganan deklarasi bersama tersebut sebagai 'hari bersejarah' yang bakal mengawali proses perbaikan hubungan kedua negara berjiran dekat. Selama konflik terjadi warga sipil tak berdosa telah menderita kerugian besar.
Anwar Ibrahim menyatakan, perjanjian tersebut mengingatkan semua kalangan di ASEAN sebagai suatu tindakan yang menunjukan keberanian. Rekonsiliasi bukan konsesi. bahwa rekonsiliasi bukanlah konsesi, melainkan tindakan keberanian. Sedemikian itu kah? |