
Syarikat Islam (SI) tak akan menjadi Partai Politik !. Pernyataan tegas ini dikemukakan Presiden Lajnah Tanfidziah (LT) SI, Hamdan Zoelva pada perhelatan Milad 120 tahun di Plenary Hall, Jakarta Convention Centre (Kamis, 6/11/25).
Di hadapan sejumlah Menteri, Kapolri, Wakil Menteri, para Utusan Duta Besar mnegara sahabat, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), para pemimpin wilayah dan kaum SI seluruh Indonesia. Hamdan menyatakan, SI memusatkan perhatian pada dakwah ekonomi, pendidikan, konsolidasi organisasi, dan siyasah yang lebih luas maknanya.
Dikemukakannya, usia 120 tahun adalah usia sangat panjang bagi sebuah organisasi. Sejak didirikan di Laweyan Solo pada 16 Oktober 1905 hingga saat ini, organisasi yang yang merupakan pelopor kesadaran kebangsaan dan keislaman, ini telah mengalami masa-masa pasang dan surut.
"Kadang kita maju dan terdepan, bahkan sangat disegani oleh musuhnya, yakni kaum penjajah dan menjadi sumber utama inspirasi kebangkitan nasional dan kemerdekaan Indonesia," ungkap Hamdan.
Tokoh-tokoh SI, ungkapnya lanjut, adalah para tokoh yang dikenal dalam sejarah Indonesia sebagai tokoh-tokoh yang merumuskan mimpi dan melukis tentang Indonesia yang merdeka dan mewujudkan lukisan dan mimpi itu dalam tindakan dan pergerakan bahkan dengan mengorbankan harta dan jiwa.
Tetapi pada sisi lain, ungkap Hamdan, "Harus kita akui bahwa Syarikat Islam mengalami masa-masa surut yang sangat lama dan bahkan seakan tidak berdaya. Masa-masa perpecahan yang kita alami, baik akibat perbedaan ideologi maupun perbedaan strategi perjuangan, membuat organisasi ini mengalami krisis panjang menjadi mengecil."
Di tengah dinamika perubahan bangsa, kala tumbuh berbagai organisasi lain dengan berbagai bentuk dan strategi pergerakan, membuat SI harus membagi para tokohnya, bergerak dan berjuang di berbagai organisasi tersebut.
Masa-masa keemasan dan masa-masa surut itu, menurut Hamdan, harus menjadi pelajaran (muhasabah) dan renungan bagi kita yang kini memimpin dan memikul tanggung jawab mengurus dan mengelola organisasi ini.
"Mengapa organisasi ini bisa tumbuh besar, melejit dan berperan dominan pada suatu masa dan mengapa pula organisasi ini mengalami penurunan peran dalam perjalanan sejarahnya pada masa yang lain. Hal inilah yang patut kita renungkan bersama," lanjutnya.

National Friijheid
Hamdan menyatakan, "Bagi saya organisasi ini harus terus menerus dipertahankan dan dibesarkan, karena dari organisasi inilah kita dapat membaca 'arsip' Indonesia yang hidup. Kita mendapatkan nilai-nilai keindonesiaan dan keislaman yang melekat dan saling menguatkan, yang menjadi modalitas membangun Indonesia kini dan masa depan."
Lantas, Ketua Mahkamah Konstitusi (2013-2015), itu mengungkapkan, "Kita harus dapat membaca kembali masalah dan tantangan yang kita hadapi, utamanya masalah umat Islam, negara dan bangsa untuk merumuskan langkah dan visi organisasi yang tepat bagi masa yang akan datang. Dengan perumusan yang tepat itulah kita menjadikan organisasi ini sebagai organisasi yang memberi solusi bagi umat dan bangsa."
Dalam sambutannya yang menggugah khalayak, Hamdan yang tampil penuh wibawa mengungkapkan, para pendahulu SI telah merumuskan Program Asas sejak tahun 1917 dan Program Tandhim sejak 1931 yang sangat tepat pada masa sebelum kemerdekaan, yang secara khusus dipersiapkan oleh HOS Tjokroaminoto.
Program-program tersebut sampai sekarang masih menjadi pedoman bagi gerak organisasi kita. Pada masa itu, Program Asas dirumuskan untuk mencapai Indonesia merdeka menuju kemerdekaan sejati, melalui Persatuan dan kemerdekaan ummat (National Friijheid). "Tata kehidupan dan pemerintahan yang ber-kedaulatan rakyat, ber-keadilan ekonomi, persamaan hak dan menuju kemerdekaan sejati. Kemerdekaan sejati adalah kehidupan yang adil dan makmur yang diridai Allah SWT yaitu baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur," ujarnya.
Kita, ungkap Hamdan, harus menyempurnakan kembali Program Azas tersebut, disesuaikan dengan kondisi dan tantangan kita pada masa sekarang dan yang akan datang. "Jika dulu Program Azas dirumuskan sebelum Indonesia merdeka yang bergelut dengan cita-cita untuk kemerdekaan, maka kini kita telah 80 tahun merdeka. Tantangan kita ke depan adalah menjadikan Indonesia sebagai negara yang sejahtera, adil dan makmur, yang semua warganya bangga sebagai warga negara Indonesia di hadapan bangsa-bangsa lain," ungkapnya tegas.
Nilai-nilai dalam Program Asas dan Program Tandhim yang disusun sebelum kemerdekaan itu masih relevan menjadi inspirasi bagi kita, karena banyak nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya. Tetapi, analisis tantangan baru menjadi penting untuk kita rumuskan, guna memperbarui gerakan Syarikat Islam agar sesuai dengan realitas zamannya.
Pada bagian lain pidatonya yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa mendatang, Hamdan mengingatkan, tantangan umat dan bangsa yang utama pada saat ini adalah kondisi ekonomi yang timpang baik ketimpangan pendapatan antara penduduk maupun ketimpangan antar wilayah Indonesia.
"Kondisi ketimpangan ini akan sangat berbahaya bagi persatuan dan solidaritas nasional kita sebagai bangsa, karena kondisi ketimpangan adalah kondisi ketidakadilan. Semakin besar ketimpangan semakin besar pula ketidakadilan," ujarnya.

Pembangunan sebagai Hakikat Program Asas
Hamdan mengungkapkan, pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan harus menjadikan masalah ini sebagai masalah bersama, yang harus di atasi secara bersama-sama pula secara gotong royong.
Terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara kini, ungkap Hamdan, SI mengapresiasi langkah kebijakan pemerintahan presiden Prabowo yang mengambil jalan ekonomi baru, dengan arus utama pada pembangunan rakyat bawah dan desa, termasuk membangun koperasi-koperasi desa dengan nama koperasi merah putih secara masif di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia.
SI memantau dengan jernih, bagaimana pembangunan yang menyasar dan berdampak pada peningkatan pendapatan dan pemberdayaan rakyat banyak. Orientasi pembangunan yang lebih fokus dan berdampak langsung pada perbaikan peri kehidupan rakyat. {Artikel terkait : Reforma Agraria dan Keadilan Tanah untuk Rakyat)
SI berpandangan, pembangunan itulah yang menjadi hakikat Program Asas yang keempat dan kelima, yaitu keadilan ekonomi dan persamaan hak," ungkapnya, seraya menyatakan, bahwa pembangunan ekonomi model itu pulalah yang menjadi hakikat pembangunan ekonomi Indonesia sesuai Pancasila dan Pasal 33 UUD 1945, yaitu pembangunan ekonomi yang mewujudkan keadilan sosial.
"Itulah ekonomi berkeadilan atau ekonomi kerakyatan. Untuk menciptakan keadilan ekonomi, harus ada intervensi negara, dimana negara harus melakukan distribusi ekonomi yang adil dan merata. Tidak bisa kita biarkan ekonomi bebas yang akan selalu dimenangkan oleh mereka yang kuat dan digdaya," tegas Hamdan kemudian.
"Sebagai organisasi, Syarikat Islam memberikan dukungan dengan memfokuskan dakwahnya pada dakwah ekonomi, tentu dengan tidak meninggalkan dakwah pada aspek lainnya. Dakwah ekonomi adalah dakwah melalui pengembangan, pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat, dan malukan pengembangan dan pemberdayaan ekonomi melalui dakwah Islam," ungkapnya.
Pada peringatan Milad ke 120 yang bertema, "Ekonomi kuat, Rakyat berdaulat," Hamdan menjelaskan, SI harus fokus pada pengembangan ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah, optimalisasi sadaqah, wakaf, zakat, infak dan seluruh aspek filantropi Islam untuk kemajuan ekonomi umat. SI juga harus melakukan penguatan pada ekosistem ekonomi halal.
Pada bagian lain Pidato Milad SI tersebut, Hamdan mengingatkan, kita -- sebagai bangsa -- juga menghadapi tantangan dalam pemerataan kualitas pendidikan bagi rakyat. Ketimpangan kualitas pendidikan ini berbanding sama dengan ketimpangan ekonomi, antara penduduk berpendapatan tinggi dengan penduduk yang berpendapatan rendah.
"Juga, ketimpangan kualitas pendidikan antar wilayah, antara kota dan desa, antara Jawa dan luar Jawa antara Indonesia Barat dan Indonesia Timur. Ketimpangan tersebut harus menjadi perhatian negara terutama pemerintah. Selain itu kita juga menghadapi tantangan dalam bidang lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, bidang kesehatan, teknologi, industri dan lain lain," urai Hamdan.

Fokus pada Dakwah Ekonomi
Dalam bidang dakwah keagamaan, ungkap putera Nusa Tenggara Barat ini, kita patut berbangga bahwa dakwah agama disenangi masyarakat kota. Dakwah keagamaan adalah hal yang sangat mendasar - sine qua non- bagi seluruh warga dan kaum SI.
"Walaupun kita berfokus pada dakwah ekonomi, tetapi dakwah agama harus selalu menjadi dasar dan landasan dalam dakwah ekonomi. Karena SI berkeyakinan bahwa ajaran Islam merupakan ajaran sempurna, yang diturunkan Allah Ta’ala untuk umat manusia, membawa kebahagiaan untuk hidup di dunia maupun di akhirat kelak," jelasnya.
Oleh karena itulah SI menempatkan Islam sebagai asasnya. Namun demikian dengan tema persatuan umat dalam Program Asasnya, SI fokus pada pelaksanaan Al Quran dan Sunnah yang nyata sebagai dasar dakwahnya, dengan memahami dan menghormati penuh bagian-bagian yang menjadi perbedaan antara mazhab dan pengikut mazhab.
SI harus menjadi tempat yang nyaman bagi semua pengikut mazhab, dan tidak membesar-besarkan perbedaan. Sebaliknya, perbedaan harus ditempatkan sebagai kekuatan rahmat bagi organisasi. Pemahaman Islam kaum SI haruslah lengkap dan utuh pada pelaksanaan Islam yang seluas-luas dan sedalam-dalamnya, karena kita berkeyakinan seperti kata HOS Tjokroaminoto, “Islam adalah kebudayaan dalam arti Islam harus melahirkan kebudayaan yang agung, yaitu budaya kejujuran, menepati janji, taat hukum, beretika dan akhlak yang tinggi, menjauhi perbuatan curang dan korupsi, menjauhi perbuatan munkar, disiplin serta mengembangkan budaya keilmuan yang tinggi.
Sebagai organisasi kemasyarakatan, tidak semua tantangan itu menjadi fokus kegiatan Syarikat Islam, karena tidak mungkin kita melakukan semuanya. "Negara sebagai epicentrum pembangunan haruslah yang terdepan, organisasi kemasyarakatan dan civil society memperkuatnya sebagai bentuk partisipasi dalam membangun bangsa dan negara yang kita cintai. Mari kita, Kaum Syarikat Islam fokus berpartisipasi pada dakwah di bidang ekonomi, tentu dengan tidak meninggalkan dakwah pada aspek lainnya," seru Hamdan.
Kata kunci dari niat dan kehendak kita untuk memajukan organisasi SI adalah melakukan transformasi secara terus menerus, konsisten dan istiqamah. Transformasi merupakan upaya ikhtiar organisasi melalui pembaharuan visi, misi, aktivitas dan kegiatan organisasi yang selalu disesuaikan dengan tantangan masa. Dengan dasar itulah, SI sekarang melakukan transformasi besar-besaran dalam visi, misi, tata kelola serta kegiatan dan aktivitas berorganisasi.
Dalam rangkaian Milad SI ke 120 tahun, di zona plenary hall JCC digelar Expo Connect Syarikat Islam 2025 yang diikuti oleh berbagai koperasi, lembaga ekonomi dan lembaga kurasi halal SI. Juga korporat (BUMN dan badan usaha swasta) mitra SI dalam dakwah ekonomi. Pada Expo tersebut telah berlangsung komunikasi dan perikatan bisnis antara koperasi dan korporasi. Juga pameran visualisasi perjalanan sejarah SI dari masa kepemimpinan HOS Tjokroaminoto sampai masa kepemimpinan Hamdan Zoelva dengan melibatkan kreator muda. | delanova