Rabu (19/2/25). Presiden Prabowo Subianto melantik Brian Yuliarto sebagai Menteri Pendidikan Tinggi Sains Teknologi (Mendiktisaintek) di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Brian menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro, Mendiktisaintek sebelumnya, yang relatif baru menjalankan tugasnya selama 4 bulan.
Pergantian ini menandai pergantian pertama petinggi dalam Kabinet Merah Putih. Satryo dan Brian sama-sama guru besar yang mengabdikan diri sebagai pensyarah (dosen) di Institut Teknologi Bandung.
Brian menjelaskan kepada wartawan selepas dilantik, ia baru beroleh kabar pada pagi hari, ketika dihubungi Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya.
Akan halnya Satryo, kepada wartawan di lingkungan kantor Kemendiktisaintek - Senayan, mengemukakan dirinya sudah menyampaikan surat pengunduran diri kepada Presiden Prabowo, via Kementerian Sekretariat Negara. Surat itu ia tulis tengah malam, Selasa (18/2/25).
Brian menjelaskan, Presiden Prabowo memintanya membantu memimpin penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian diktisaintek dalam sisa masa pemerintahan 2024-2029.
Dikabarkan Pagi
Berbagai spekulasi pergantian Satryo pun menjalar di media dan media sosial. Antara lain, menghubungkannya dengan peristiwa aksi protes karyawan Kemendiktisaintek beberapa waktu lalu.
Aksi protes itu dilakukan karyawan, karena sebagai menteri, Satryo dianggap arogan, menghardik, dan 'main tangan.' Tapi Satryo membantah. Saat membantah melalui media, Satryo mengatakan, aksi protes karyawan - khasnya ASN (aparatur sipil negara) - itu terkait dengan mutasi besar yang sedang dilakukannya.
Tentang pengunduran diri yang suratnya baru dia sampaikan Rabu (19/2/15) pagi itu, lantaran ia merasa sudah bekerja keras dan baik, namun pemerintah berpandangan lain. "Saya memilih mengundurkan diri daripada diberhentikan," ujarnya.
Brian tak berlama-lama dengan wartawan. Ia pamit karena hendak ke kantor Kemendiktisaintek.
Tak ada informasi lain tentang Brian. Dari website resmi ITB, sebagai akademisi Brian yang lahir di Jakarta, 27 Juli 1975 diketahui sebagai Prof. Brian Yuliarto, ST, M.Eng, PhD.
Brian merupakan Guru Besar Fakultas Teknologi Industri ITB dengan keahlian akademik Teknologi Nano dan Kuantum. Ia lulus S1 di ITB (1999), kemudian melanjutkan program magister (S2) di Universitas Tokyo (2002), di kampus yang sama, ia menyelesaikan pendidikan doktoral (S3) tahun 2005.
Penghargaan Habibie Prize 2024
Brian terbilang dosen yang konsisten menjalankan tri dharma perguruan tinggi. Selain mengajar, ia juga tekun melakukan penelitian. Beberapa penelitiannya terkait dengan pendidikan pasca sarjana berbasis riset (degree by research) - 2024. Pada tahun yang sama dia juga merampungkan penelitiannya tentang penyelenggaraan program sarjana berbasis riset.
Beberapa penelitian lainnya, antara lain: Mekanisme Reaksi Hydrazine di Permukaan (2024); Pengaruh Campuran Spacer Organik pada Sifat Elektronik dan Optik Perovskit Berbasis PbI4 (2023); Rekayasa konduktivitas elektrik dan ion Li pada material anoda Silikon Nanowire dengan pemberian ketidakmurnian atom tipe-p (2023), dan banyak lagi.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menghargai dedikasinya di bidang penelitian, dan memilihnya sebagai penerima penghargaan bergengsi dalam ajang Anugerah Talenta Unggul Habibie Prize 2024.
Selain menerima penghargaan tersebut, Brian itu juga pernah meraih penghargaan di bidang Ilmu Rekayasa atas risetnya dalam rekayasa nanomaterial berpori untuk aplikasi sensor dan energi. Bidang keilmuan mutakhir terkait dengan nanoteknologi sebagai salah satu tantangan abad XXI.
Dalam konteks pengabdian masyarakat, Brian aktif sebagai Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat. Ia juga menjalankan amanah sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Cibeunying Kaler, Bandung. Brian juga berkiprah dalam jejaring internasional, antara lain di The Australia-Indonesia Centre. Brian adalah satu dari 8 pensyarah (dosen) ITB yang masuk TOP 2% Peneliti Dunia (2022).
Teknologi Nano
Saat pengukuhannya sebagai guru besar di ITB (16/3/2019) ia menyampaikan orasi ilmiah -- sebagai pertanggungjawaban akademik -- bertajuk "Material Nano untuk Aplikasi Sensor Lingkungan, Kesehatan dan Energi."
Dalam orasi tersebutk, antara lain ia mengemukakan ihwal rekayasa material untuk berbagai aplikasi yang berperan penting untuk kemajuan yang sangat pesat pada kurun waktu dua dekade terakhir ini.
Berbagai aplikasi tersebut, -- antara lain -- peralatan elektronika, optik, sensor, penyimpan energi, konstruksi sipil, mekanika, bahkan termal terus berkembang akibat rekayasa yang dilakukan pada material fungsional untuk berbagai aplikasi tersebut.
Merujuk beberapa ilmuwan (Taniguchi, 1996; Cao, 2004; Vilarinho, 2005), ia menyatakan, perkembangan yang lebih signifikan dan lebih luas selanjutnya terjadi seiring dengan munculnya rekayasa material pada nano yang kemudian dikenal secara luas sebagai teknologi nano .
Merujuk pada ilmuwan Drexler (1986) dan Buentello (2005), Brian mengemukakan, teknologi nano -- pada dasarnya --merupakan teknologi yang mampu memodifikasi suatu material pada pada orde nano. Pada orde nano ini sifat-sifat dasar bahan/substansi dapat difungsikan untuk aplikasi yang diinginkan.
Momen pengukuhannya berlangsung bersamaan dengan Prof. Reini D. Wirahadikusumah (Rektor ITB 2020 - 2025) di Aula Barat ITB. Brian ikut berkontestasi dalam pemilihan Rektor ITB 2025 - 2030. Tapi takdir menentukan lain, dia diangkat Presiden Prabowo sebagai Mendiktisaintek yang otoritas dan tanggung jawabnya lebih luas dan berat. | haedar
Baca Juga : Disharmoni Komunikasi Antara Indonesia Gelap dan Benderang