bang sém
Ada posisi-posisi fungsional yang penting dan strategis di lingkungan seorang penguasa (Sultan, Emir, Raja, Presiden, Wakil Presiden, Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri, Menteri, Wakil Menteri, Petinggi Partai Politik, Wakil Rakyat, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota, dan -- belakangan juga -- Wakil Rakyat), dan pejabat tinggi lainnya.
Posisi tersebut ada yang dimasukkan ke dalam struktur formal berada dalam kotak sang penguasa, ada juga yang tidak. Karenanya ada yang digaji oleh negara, ada juga yang digaji melalui anggaran belanja struktural sang penguasa.
Posisi-posisi itu melekat pada jabatan dan personal sang sang penguasa. Job description dan work description mereka biasanya ditentukan oleh sang penguasa untuk kemudian 'diformalkan.' Mereka biasa disebut sebagai Orang Kanan dan Sulit Kanan.
Orang Kanan direkrut berdasarkan kepakaran dan berperan sangat nyata dalam mengubah ilusi dan fantasi sang penguasa yang kemudian menjadi imajinasi dan kelak -- melalui proses kelembagaan--, menjadi visi, misi, program, rencana aksi, dan aksi programatik.
Mereka umumnya kalangan eminent dan prominent person yang secara fungsional memainkan peran sebagai kawan berfikir sang penguasa dalam menjalankan kekuasaannya. Hubungan sang penguasa dengan mereka biasanya sudah berlangsung lama, meski ada juga yang direkrut karena keperluan tertentu. Termasuk menjadi tim inti dalam proses kontestasi kekuasaan (dalam konteks praktik demokrasi).
Tak jarang, Orang Kanan disebut sebagai Staf Ahli yang juga difungsikan sebagai pengeritik (critique caché) sang penguasa berdasarkan kepakarannya. Keberadaan mereka, biasanya hanya diketahui dan dikenali oleh kalangan terdekat (personal dan formal) sang penguasa.
Dari mereka sang penguasa mendapatkan deskripsi daya cipta dan cara menyelesaikan sesuatu masalah. Sekaligus sebagai pemberi second opinion atas suatu rancang kebijakan yang diperoleh penguasa dari stafnya.
Posisi lainnya disebut sebagai Sulit Kanan. Mereka yang direkrut berdasarkan kepercayaan penuh sang penguasa yang sudah teruji sebagai orang yang konsisten dan konsekuen terhadap komitmen personal.
Di pundak mereka melekat tanggung jawab besar. Posisi mereka dalam teori kekuasaan Ibn Khaldun disebut sebagai 'al hijabah,' alias 'penjaga pintu.' Tugas utamanya, melindungi sang penguasa dari berbagai gangguan -- termasuk gangguan materi dan non materi.
Melayani Tanpa Kehilangan Harga Diri
Setarikan nafas juga melakukan tugas yang secara teknis memudahkan urusan sang penguasa dalam keseluruhan konteks dan tanggung jawab utamanya sebagai figur sentral dalam kekuasaan. Termasuk gangguan dari lingkungan sosial keluarga dan pertemanan sang penguasa.
Penyandang fungsi Sulit Kanan ini pula yang beroleh wewenang memilah dan memilih relasi formal yang mengatur zona dinas, zona personal, zona komunal dan zona sosial sang penguasa. Mengontrol akses kepada sang penguasa, kecuali sang penguasa melakukan intervensi governansi dan non governansi yang sangat penting dan perlu tindakan cepat.
Dalam banyak hal, penyandang fungsi Sulit Kanan bahkan termasuk mengingatkan sang penguasa terkait aturan protokol, misalnya mengingatkan, kapan mengenakan atribut kekuasaan, kapan pula tidak. Kapan mesti tampil formal dan kapan pula mesti tampil informal dan non formal.
Karena tanggung jawabnya yang tak ringan, penyandang fungsi Sulit Kanan juga diberikan wewenang melakukan intervensi tentang waktu dan informasi sangat penting. Tanpa kecuali, mengingatkan tentang code of conduct terkait dengan adab penguasa.
Karena posisi Sulit Kanan sangat penting sekaligus rawan tergoda, biasanya sang penguasa mengatur pola dan mekanisme interaksi antar sesamanya, termasuk melakukan kolaborasi, koordinasi, sinergi dan kontrol dengan penyandang fungsi formal struktural dan non struktural.
Menjadi penyandang fungsi Sulit Kanan, apalagi di lingkungan masyarakat - negara - bangsa yang sedang bertumbuh dan mencari format sosio budaya dan sosio politiknya ( lantaran kuatnya clientelisma: traditional authority relationship dan patron client relationship) yang pas tidak mudah dan tidak semuanya menyenangkan. Karenanya diperlukan kesabaran dan kepiawaian berkomunikasi antar personal.
Yang paling tidak menyenangkan adalah menghadapi kalangan yang merasa punya hubungan khas dengan sang penguasa, dengan membawa kepentingannya sendiri, dan tidak punya pengetahuan perihal sistem tata kelola pemerintahan. Apalagi kini di tengah zaman yang tidak pasti, gamang, ribet dan mendua.
Karenanya, penyandang fungsi Sulit Kanan dipilih dari mereka yang terbiasa hidup dalam lingkungan dan kebiasaan (sosio habitus) yang dibangun oleh kesadaran, 'melayani itu mulia, namun jangan sampai menghilangkan wibawa dan harga diri.'
Penyandang fungsi Sulit Kanan, biasa juga disebut sebagai Sespri (Sekretaris Pribadi) dan ajudan. Mereka kudu cerdas sekaligus arif. Sehat jiwa raga! Mesti selalu tampak segar, karib, sekaligus tegas pada masanya ! Ketegasan dapat dihadirkan dengan cara yang pas: bil hikmah wal mauidzatil hasanah. Dengan arif dan tutur kata yang baik.|