ALMATY | Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), António Guterres bersama Presiden Kazakhtan, Tokayev menandatangani perjanjian menjadikan Almaty sebagai Pusat Regional PBB untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk Asia Tengah dan Afghanistan, Ahad (03/08/25).
Dalam suatu pertemuan di kota Almaty -- 1000 km dari ibu kota Kazakhtan Astana --, Guterres menyatakan, Pusat Regional PBB tersebut menandai dimulainya babak baru – bagi kawasan ini dan bagi perjalanan kolektif kita menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals - SDG's) yang dimulai tahun 2015. SDG's melanjutkan penyelenggaraan pembangunan millenial (MDG's - Millenium Development Goals).
Menurut Guterres, Pusat Regional PBB, ini memiliki potensi besar guna menunjukkan bagaimana ikatan yang kuat di antara para pemimpin kawasan, dapat diwujudkan menjadi integrasi ekonomi yang lebih mendalam, demi kepentingan semua orang.
"Hal ini lebih penting dari sebelumnya. Dan saya memuji Presiden Tokayev atas visi dan kepemimpinannya dalam membantu membentuk Asia Tengah baru ini, yang akan semakin menjadi kekuatan fundamental dalam tatanan dunia kita," kata Guterres.
Karenanya, Guterres berterima kasih kepada Negara-negara Anggota atas dukungan mereka terhadap inisiatif ini. Secara khas, Guterres menyampaikan rasa hormat kepada rakyat Kazakhstan atas sambutan hangat mereka.
"Almaty adalah rumah yang tepat bagi Pusat ini. Ini adalah kota yang penuh sejarah, ketahanan, dan visi. Dan Kazakhstan adalah tuan rumah yang ideal dan murah hati," ungkapnya. "Kazakhtan telah lama menjadi jembatan antara Timur dan Barat, tradisi dan inovasi," lanjutnya.
Guterres menjelaskan, Pusat Regional PBB untuk SDG's ini telah diamanatkan oleh Majelis Umum PBB, dan saya menantikan operasionalisasinya – dengan kerangka acuan yang akan diselesaikan dan penunjukan kepemimpinan akan menyusul.
"Dalam waktu dekat, pusat ini akan berfungsi sebagai pusat kolaborasi regional … laboratorium untuk gagasan … dan landasan peluncuran untuk aksi," katanya.
Kelaparan Melanda Rakyat
Pusat ini diharapkan akan menyatukan pemerintah, tim negara PBB, masyarakat sipil, akademisi, sektor swasta, organisasi regional, dan lembaga keuangan – untuk mengembangkan upaya terkoordinasi yang dipimpin oleh negara;
Pun, untuk mengatasi beberapa tantangan paling mendesak di zaman kita. Mulai dari perubahan iklim dan kelangkaan air hingga pengangguran kaum muda, ketidaksetaraan gender, dan eksklusi digital.
Bekerja sama dengan Koordinator Residen dan Tim Negara, kata Guterres, hal ini akan berkontribusi untuk mempercepat kemajuan menuju Agenda 2030 di Asia Tengah dan Afghanistan – didorong oleh semangat solidaritas dan tanggung jawab bersama yang menjadi ciri khas PBB.
"Tinggal hanya lima tahun lagi kita menuju 2030, tetapi kita masih jauh dari tujuan. Dunia menghadapi tantangan yang kompleks dan saling terkait yang mengancam pembangunan berkelanjutan," ungkapnya.
Guterres menyebut, "Kemiskinan terus berlanjut. Kelaparan dan malnutrisi melanda masyarakat. Ketimpangan semakin dalam. Konflik terus memecah belah masyarakat. Dan krisis iklim semakin cepat."
Di Asia Tengah, perubahan iklim telah menguras persediaan air, mencairkan gletser, dan memicu bencana alam. Menyusutnya Laut Aral, ungkapnya, merupakan pengingat nyata akan kerentanan lingkungan di kawasan ini.
Belum lagi meningkatnya ketegangan perdagangan dan ketidakpastian global, memperparah risiko-risiko ini. "Geografi kawasan yang terkurung daratan menghadirkan hambatan tambahan – terhadap perdagangan, konektivitas, pembiayaan, dan akses ke pasar global," urainya.
"Itulah sebabnya saya sangat senang berada di sini menjelang Konferensi PBB Ketiga tentang Negara-Negara Berkembang yang Terkurung Daratan di Turkmenistan," tukasnya.
Bukan Lagi Negara Terkurung Daratan
Pusat ini, diyakini, dapat menjadi pelopor penting dalam pelaksanaan Program Aksi untuk Negara-Negara Berkembang yang Terkurung Daratan.
"Hari ini, kita harus mengatakan bahwa Kazakhstan bukan lagi negara yang terkurung daratan. Kazakhstan adalah pusat dalam sistem perdagangan global," ungkap Guterres.
Ia juga mengemukakan, "Pusat dalam sistem logistik, transportasi, dan telekomunikasi global dengan koridor-koridornya berupa jalan raya, rel kereta api, serat optik, dan mentransformasi negara ini menjadi jembatan antara Timur dan Barat, Utara dan Selatan."
Almaty - Kazakhtan dapat membantu memastikan bahwa aspirasi negara-negara terkurung daratan tidak dibatasi oleh geografi – tetapi dapat diberdayakan melalui kerja sama dan solusi regional. "Pusat ini akan dibangun di atas aset terbesar kawasan ini, rakyatnya," tegas Guterres.
Kaum muda, perempuan, wirausahawan, dan masyarakat sipil – merekalah mesin kemajuan sejati, yang mendorong inovasi dan ketahanan yang dibutuhkan agar tidak ada yang tertinggal.
Pusat regional ini pun akan mendukung kebijakan berbasis data, memicu inovasi, dan memperkuat suara mereka yang seringkali tak terdengar."Dan tidak ada kerja sama yang lebih mendesak daripada dukungan kita kepada Afghanistan," katanya.
Rakyat Afghanistan, sebut Guterres, terus menghadapi kesulitan yang luar biasa. Mulai dari kemiskinan yang mengakar dan pengungsian massal hingga gempa bumi, guncangan iklim, dan lanskap kemanusiaan yang rapuh.
"Mereka berhak atas perdamaian, stabilitas, dan masa depan yang lebih baik. Dan saya sangat berterima kasih atas kerja sama yang telah dikembangkan Kazakhstan belakangan ini," tegas Guterres lagi.
Suara Kebijaksanaan dan Akal Sehat
Pusat regional ini, menurutnya, akan bekerja sama dengan mitra di seluruh kawasan dan komunitas internasional untuk mendukung Afghanistan menuju pembangunan berkelanjutan – dengan sepenuhnya menghormati hak asasi manusia, termasuk hak perempuan dan anak perempuan, dan dengan fokus pada kemandirian ekonomi, perdamaian, dan martabat.
"Pusat ini menjanjikan kemitraan dan kemajuan. PBB siap mendukung Anda dalam misi ini," ujarnya.
Jelang memungkas pandangannya, Guterres mengungkap decaknya. "Saya sangat mengagumi Kazakhstan. Bagi saya, Kazakhstan adalah simbol kebijaksanaan, pembangun jembatan, dan pembawa pesan perdamaian," ujarnya.
Dilanjutkannya, bahwa Kazkhtan adalah wadah bagi orang-orang dari berbagai kelompok etnis dan agama untuk bersatu dan menemukan takdir bersama.
"Saya tidak akan pernah lupa bahwa Kazakhstan telah meninggalkan senjata nuklirnya dan, berdasarkan sikap mereka, menjadi simbol perdamaian dan pelucutan senjata yang kini lebih penting dari sebelumnya," ungkapnya.
Ia melanjutkan, "Kazakhstan selalu menjadi suara akal sehat di dunia yang sayangnya akal sehat mengalami banyak kesulitan untuk menegaskan dirinya."
Guterres bercerita singkat, dunia sedang menyaksikan Asia Tengah yang diperbarui. Dia telah datang ke Asia Tengah sejak 18 tahun yang lalu, dan ingat bagaimana keadaannya dulu, dan saya melihat bagaimana keadaannya sekarang. Hal ini, pungkasnya, sebagian besar berkat kepemimpinan, visi, dan kebijaksanaan para pemimpin seperti Presiden Tokayev, yang memungkinkan transformasi sekelompok negara yang mungkin memiliki lebih banyak masalah dan kesulitan, menjadi sebuah kerja sama yang efektif. Khasnya, untuk mewujudkan Asia Tengah yang kohesif, yang menjadi pusat yang sangat penting di dunia saat ini dan dalam ekonomi global saat ini.
"Jadi, datang ke Kazakhstan, datang ke Almaty, bukan hanya karena ada sebuah Pusat regional PBB. Sebagai Sekretaris Jenderal, saya merasa harus memberikan penghormatan kepada apa yang diwakili Kazakhstan di dunia kita yang penuh masalah saat ini, sebagai suara kebijaksanaan dan akal sehat, sebagai simbol perdamaian dan kerja sama," katanya. | jeahan