Tim Elit Membidik Lallana

| dilihat 2543

AKARPADINEWS.COM| JENDELA transfer bulan Januari belum ditutup. Berbagai klub eropa masih terus bergerilya untuk menambah amunisinya. Klub-klub itu mengincar pemain berkualitas. Salah satunya, Adam Lallana.

Pemain Liverpool itu berhasil menarik perhatian tiga klub elit Eropa, Paris Saint-Germain (PSG), Juventus, dan Barcelona. Lallana dibutuhkan ketiga klub tersebut lantaran tengah bermasalah di lini tengah.

PSG tengah dipusingkan lantaran Javier Pastore, pemain tengah andalannya, dirundung masalah pada bagian lututnya. Sejak tahun 2011 lalu, Pastore sudah menjadi andalan di lapangan tengah PSG. Peran Pastore sebenarnya bisa digantikan oleh Lucas Moura. Hanya saja, PSG tidak memiliki lagi pelapis tangguh jika Moura cedera. Lallana juga menjadi incaran Barcelona. guna melapisi Andres Iniesta dan Ivan Rakitic.

Kondisi lini tengah Blaugrana memang masih cukup stabil. Hanya saja, kala Iniesta atau Rackitic tak bermain, kendali lapangan tengah menjadi kurang stabil. Selama ini, permainan lini tengah menjadi domain Xavi Hernandez dan Iniesta dengan pelapis mereka Rakitic. Pensiunnya Xavi, menyebabkan posisi pelapis masih kosong. Kekosongan itu memang sempat diisi oleh Rafinha dan Arda Turan. Namun, permainan keduanya belum menonjol laiknya Xavi.

Dan, klub ketiga yang tengah memburu Lallana ialah Juventus. Klub asal kota Turin ini tengah mencari pengganti Paul Pogba yang sudah kembali ke Manchester United (MU). Kepergian Pogba menyisakan kekosongan di lini tengah sehingga performa Juve belum memperlihatkan yang terbaiknya selama musim 2016-2017.

Selama di Juve, Pogba menjadi motor penggerak serangan dan pengatur tempo permainan. Otomatis, kepergian pemain Perancis itu membuat alur permainan menjadi kurang stabil. Lallana amat dibutuhkan Juve untuk mengisi kekosongan lini tengah yang ditinggalkan Pogba.

Ketertarikan ketiga klub elit Eropa terhadap Lallana bukan tanpa alasan. Sebab, pemain berusia 28 tahun itu memiliki gaya permainan yang stabil dan kreatif. Apalagi, di Liga Premier musim 2016-2017 ini, permainannya cukup apik dan mampu mengantarkan Liverpool ke posisi tiga teratas klasemen sementara.

Sebagai pemain tengah, Lallana memiliki kelebihan dalam membaca pergerakan teman satu timnya. Ketika menggiring bola, Lallana jeli melihat pergerakan teman-temannya sehingga mampu mengantarkan operan cantik kepada mereka.

Selain itu, pemain kelahiran 10 Mei 1988 itu memiliki kemampuan menggiring bola yang apik. Saat menggiring bola, Lallana sering melakukan manuver yang cukup membuat repot lawannya. Ditambah, kemampuannya mempertahankan bola cukup sering membuat pergerakkannya sulit diantisipasi lawan.

Sebagai gelandang tengah, Lallana juga kerap dipasang sebagai penyerang sayap. Karena, kemampuannya mengumpan silang yang cukup baik sehingga membuka peluang penyerang tengah mencetak gol. Tak jarang, ketika dia berada di posisi yang tepat, Lallana mencetak angka setelah mendapatkan bola. Dia bisa melakukan hal finishing dengan baik.

Dia pun memiliki naluri bertahan yang baik. Kala seluruh pemain tengah menyerbu gawang lawan, Lallana selalu siap menjaga pertahanan tengah. Ketika terjadi serangan balik dari tim lawan, Lallana membantu pertahanan timnya.

Meski begitu, pemain bernomor punggung 20 di Liverpool itu memiliki kelemahan pada duel udara maupun mencetak angka dengan sundulan. Lallana juga sering mendaratkan tackling berbahaya yang membuatnya sering berurusan dengan wasit. Tak jarang, mantan pemain Southampton itu mendapat ganjaran kartu kuning.

Kini, performanya kian handal. Lallana menjadi pemain andalan Liverpool. Bila memang ketiga klub Elit yang meminatinya itu memberikan tawaran, tentu The Reds akan mempertahankannya. Apalagi, pemain yang bergabung dengan Liverpool pada tahun 2014 itu tengah berkembang cukup baik di Anfield. Bisa dikatakan, Lallana menjadi salah satu pemain yang telat berkembang (late bloomer). Sebab, dia baru menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang cukup baik di usia di atas 25 tahun.

Seandainya Lallana memikirkan untuk hengkang sama saja dengan perjudian karirnya. Sebab, tiga klub yang tengah memantaunya berasal dari luar Inggris. Sementara karir sepakbolanya baru di Inggris. Hal itu tentunya akan memaksanya beradaptasi dengan lingkungan baru. Ditambah, usianya yang tak lagi muda, akan menjadi tantangan dalam hal berkompetisi dengan rekan-rekan di timnya yang baru.

Tapi, bila memandang sisi lain, sebagai pemain yang masuk kategori late bloomer, bisa saja Lallana sukses merintis karir di liga baru. Karena, banyak pula pemain lain yang cukup berhasil di klub barunya, meski usianya tak lagi muda.

Salah satunya Didier Drogba. Pemain asal pantai gading itu bergabung dengan Chelsea saat menginjak usia 26 tahun. Kualitas permainan Drogba malah berkembang pesat bersama Chelsea.

Dia mampu menjadi penyerang yang haus gol dan disegani pemain belakang lawan saat bertarung di area pertahanan. Bersama The Blues, Drogba telah merasakan berbagai trofi juara, mulai dari gelar juara Liga Premier Inggris hingga juara Liga Champions Eropa.

Pemain late bloomer lainnya yang cukup berhasil ialah Luca Toni. Pemain asal Italia ini, di usia muda, hanya bermain di klub kecil dan menengah di Liga Serie A Italia. Baru setelah bergabung dengan Fiorentina, namanya mendunia.

Pemain jangkung itu bargabung dengan Fiorentina pada tahun 2005. Kala itu, usianya sudah menginjak 28 tahun. Di musim perdananya, Toni mampu mencetak gol sebanyak 31 gol. Torehan itu membuatnya namanya masuk ke jajaran pencetak gol terbaik sepanjang sejarah Serie A.

Permainan apiknya bersama Fiorentina mengundang perhatian klub elit asal Jerman, yakni Bayern Munich. Toni pun kemudian berlaga di Bundesliga Jerman pada tahun 2007 dengan berseragam Munich. Kala itu, usianya sudah 30 tahun.

Di Munich, Toni berhasil mencetak angka sebanyak 38 gol selama tiga musim. Untuk pemain berusia kepala tiga, hal itu membuktikan permainannya yang konsisten. Bersama Munich, Toni merasakan gelar juara Bundesliga Jerman musim 2007-2008, DFB-Pokal musim 2007-2008, dan DFB-Ligapokal tahun 2007.

Setelah dilepas Munich, Toni juga masih diminati klub Elit Italia, di antaranya AS Roma dan Juventus. Kedua pemain itu menunjukkan, pemain yang pindah di usia tak muda lagi, masih bisa berkembang dan berprestasi.

Keputusan untuk pindah ataupun bertahan, memang ada di tangan Lallana. Namun, agaknya Liverpool masih membutuhkan dirinya untuk memperkuat lini tengah. Jika ingin mencari posisi aman, Lallana baiknya bertahan di Liverpool.

Sebab, Lallana harus membuktikan mampu mempertahankan permainannya yang apik dan tidak sekedar musiman. Target yang harus dituju Lallana ialah menjuarai Liga Premier musim 2016-2017. Setelah itu, dia bisa memikirkan rencana untuk berlaga di lingkungan baru. | Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : ESPN FC/Footbal Ttransfer League/Who Scored/Squawka/The Sportster/
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 430
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1016
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 238
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 714
Momentum Cinta
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 715
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 872
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 823
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya