JAKARTA, AKARPADINEWS. Sebagai kelaziman biasa, usai menyampaikan ceramah umum di auditorium Bank Mega – Jakarta Selatan, Senin (14/4) lalu, mantan Perdana Menteri Malaysia – Tun Dr. Mahathir Mohamad mengunjungi kediaman Megawati Soekarnoputri, di kediaman – Jalan Teuku Umar 27, Menteng, Jakarta Pusat. Tun yang beken dipanggil Dr.M didampingi Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Dato’ Seri Mohamed Zahrain Hashim. Akan halnya Megawati, didampingi Puan Maharani, Capres PDIP Jokowi, dan sejumlah petinggi partai berlambang ‘banteng gemuk bermoncong putih.’
‘Megawati mau memperkenalkan Jokowi kepada kepada Mahathir," kata Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristianto, sore itu. Tak ada komentar Dr.M terhadap Jokowi, karena proses Pemilihan Presiden – Wakil Presiden RI 2014-2019, memang masih jauh.
Sebelumnya, dalam ceramah umum di Bank Mega, Dr.M memuji pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berhasil menggelar pemilihan umum damai. Padahal, menurut Dr.M, “tak gampang melaksanakan pemilu di Indonesia.” Pemimpin Malaysia berusia 89 tahun, itu bahkan menegaskan, "Bayangkan, Indonesia sebuah negara dengan 270 juta jiwa dan tersebar di 17 ribu pulau, berhasil mewujudkan pemilu yang kondusif.” Mahathir berharap pemilihan umum presiden yang menjadi kelanjutan pemilu legislatif dapat berjalan dengan lancar.
Menjawab pertanyaan Akarpadinews.com dalam sesi tanya jawab, Dr.M menjelaskan tentang koalisi. Ia menjelaskan, Malaysia memilih jalan koalisi permanen, sejak di bawah pemerintahan Tengku Abdurrahman. Yaitu dengan memadukan UMNO (Melayu Bersatu), MCA (Malaysia China Association), dan MIC (Malaysia Indian Congress) ke dalam Barisan Nasional. Kemudian, bergabung juga ke dalam Barisan Nasional ini, Partai Gerakan. Koalisi permanen, mengintegrasikan kelompok mayoritas dan minoritas di Malaysia untuk kepentingan jangka panjang pembangunan Malaysia. Dasar pijakannya adalah Dasar Ekonomi Baru (DEB) yang mengedepankan prinsip keadilan dan kesetaraan kemampuan kaum China, India, dan Melayu.
Dengan koalisi permanen ini, Barisan Nasional memenangkan Pilihan Raya Umum (di Indonesia kita kenal sebagai pemilihan umum) menang berkali-kali, sampai kini, ketika UMNO mancalonkan Presiden UMNO Dato’ Seri Mohamad Najib Tun Razak sebagai Perdana Menteri Malaysia.
Di luar koalisi permanen ini, ada juga koalisi temporer, yang dibangun Anwar Ibrahim (PKR – Partai Keadilan Rakyat), Lim Kit Siang (DAP – Democratic Action Party), dan Nik Azis Nikmat (PAS – Partai Al Islam Sa Malaysia), Pakatan Rakyat (PR) yang bertindak sebagai pembangkang (oposisi). Namun, meskipun pada Pilihan Raya Umum 2008 dan 2013 menguasai beberapa Negeri, tak berhasil berkuasa.
Menurut Dr. M, koalisi permanen yang terbentuk jauh-jauh hari sebelum Pemilu (baik pemilu legislatif maupun pemilu untuk memilih Perdana Menteri), akan banyak membantu, karena menyatukan platform partai yang berkoalisi menjadi platform pemerintahan. Berbeda dengan koalisi temporer yang seringkali tidak stabil, karena dipengaruhi tarik menarik hasrat berkuasa dan kepentingan partai.
“Tidak jarang, koalisi semacam itu justru menyebabkan, partai mayoritas harus mengikuti kehendak partai minoritas, karena bila tidak dipenuhi, posisi partai mayoritas akan lemah,” jawab Tun. Pada sesi tanya jawab yang dipandu Ketua Komite Ekonomi Nasional Chairul Tanjung, hanya berbicara tiga penanya. Masing-masing Menteri Pemuda dan Olah Raga Roy Suryo, Mantan Menteri Tenaga Kerja Fahmi Idris, dan Akarpadinews.com| Noora