Ilmuwan Malaysia, lahir di Bogor sempat belajar di Sukabumi

Sultan Malaysia Kukuhkan Syed Muhammad Naquib Al-Attas sebagai Royal Professor

| dilihat 980

Yang di-Pertuan Agong Malaysia, Sultan Ibrahim menyerahkan sertifikat pengangkatan Profesor Kerajaan (Royal Professor) kepada Tan Sri Prof Dr Syed Muhammad Naquib Al-Attas di Istana Negara, Kuala Lumpur, Rabu (23 Oktober).  Penganugerahan ini merupakan kali kedua kalinya. Kali pertama anugerah Royal Professor diberikan kepada Ungku Adul Azis bin Ungku Adul Hamid (1978), sepupunya.

Peristiwa yang juga bermakna 'memuliakan' kaum intelegensia tersebut disaksikan Perdana Menteri Malaysia X Dato' Seri Anwar Ibrahim, Menteri Pendidikan Tinggi  Dato' Seri Zambry Abd Kadir, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Tinggi Dato' Seri Dr Zaini Ujang,  dan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Datuk Profesor Dr Azlinda Azman.

Siaran resmi Istana Negara mengabarkan, pengangkatan Profesor Kerajaan Tan Sri Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib Al-Attas diberikan atas persetujuan Yang di-Pertuan Agong dan Dewan Penguasa.

Royal Professor Tan Sri Dr Syed Muhammad Naquib Al-Attas merupakan Pendiri Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (ISTAC). Pula, ia seorang pemikir peradaban Islam kontemporer yang sangat dihormati dan disegani kalangan cendekiawan di Malaysia dan dunia internasional.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas merupakan putera Syed Ali Abdullah Ibn Muhsin Al-Attas yang lahir pada tanggal 5 September 1931 di Bogor Jawa Barat, Indonesia. Ayahnya, Syed Ali Al-Attas masih termasuk keluarga bangsawan Negeri Johor - Malaysia, yang tersambung nasab dengan para ahli tasawwuf. Ia lahir dari rahim suci ibundanya, Syarifah Raquan Al-Aydarus (Alaydrus) dari Bogor, Jawa Barat yang berasal dari Sukapura.

Datuknya, Syed Abdullah ibn Muhsin ibn Muhammad Al-Attas dan neneknya, perempuan aristokrat asal Turki, bernama Ruqayah Hanum adalah wanita Turki berdarah Aristocrat. Sebelum menikah dengan Syed Abdullah, neneknya adalah janda mendiang Ungku Abdul Majid, adik Sultan Abu Bakar , yang menikahinya pada tahun 1895 dengan dikaruniai dua anak.

Dari pernikahannya dengan Syed Abdullah, Ruqayah dikaruniai seorang anak bernama Syed Ali Al-Attas, ayah kandung Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Syed Muhammad Naquib Al-Attas merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak sulungnya bernama Syed Hussein Al-Attas ilmuwan sosiologi yang pernah menjabat timbalan Rektor Universitas Malaya di Kuala Lumpur. Adik bungsunya dikenal dengan nama  Syed Zaid, seorang Insinyur kimia yang mengabdikan dirinya sebagai pensyarah (dosen) Institut Teknologi MARA Malaysia.

Bogor, Johor Bahru, Sukabumi

Syed Muhammad Naquib Al-Attas tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan kaum terdidik dan ilmuwan, keluarga intelegensia. Ia sendiri kemudian terkenal sebagai tokoh penting yang memaparkan gagasan dan konsepsi pemikiran tentang universitas Islam, di hadapan peserta Konferensi Pendidikan Muslim Dunia Pertama di Universitas King Abdul Aziz, Mekkah (1977). Dari forum inilah kemudian berkembang gagasan dan aksi berdirinya beberapa universitas Islam di seluruh dunia. Tanpa kecuali Universiti Islam Antarabangsa Malaysia, yang kampusnya, berdiri di areal luas Gombak, Malaysia.

Dari berbagai sumber diperoleh informasi, Syed Muhammad Naquib Al-Attas mendapatkan basis ilmu ke-Islam-an dari lingkungan keluarganya pada masa kanak-kanak di Bogor. Setelah itu, ketika pindah ke Johor, ia mendapatkan basis keilmuan tentang tamaddun Melayu, terutama ihwal bahasa, sastra, dan budaya.

Proses interaksi dengan lingkungan sosial dan budaya secara turun temurun, termasuk nilai dan norma yang tersemai sebagai akhlak  lingkungan sosial keluarga asal Hadramaut - Yaman. Khasnya prinsip belajar kerasa, bekerja cerdas, dan hidup ikhlas yang mengalir menjadi sikap dan watak dirinya.

Selain dari orang tuanya langsung, watak dan kepribadian Syed Naquib Al-Attas juga terbentuk oleh pola pendidikan keluarga sejak tinggal di Johor bersama saudara seibu ayahnya, Ahmad dan Azizah.

Dalam asuhan Azizah selama lima tahun (1936-1941) ia bersekolah di Ngee Neng English Premary School di Johor Baru. Selepas itu ia kembali ke Bogor, lalu belajar bahasa Arab di Madrasah Al-Urwatul Wutsqa, Sukabumi. Di kota yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Bogor ia bersentuhan dan belajar tareqat Naqsabandiyyah. Setelah itu, sejak kembali lagi ke Johor Bahru (1946) Syed Naquib Al-Attas melanjutkan proses pembelajarannya di Bukit Zahrah School, lalu di Sekolah Inggris (English College).

Pendidikan dan pendalaman keilmuannya kian bertambah luas, kala ia tinggal bersama saudara seibu ayahnya,  Ungku Abdul Aziz ibn Ungku Abdul Majid yang kala itu mengemban amanah sebagai Menteri Besar Johor Bahru. Kemudian Syed Naquib Al-Attas tinggal bersama Dato' Onn Dato Jaafar, Kepala Menteri Johor Modern VII, yang kemudian teripilih sebagai Ketua UMNO (United Malays National Organization) atau Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu. Lantas dilantik sebagai Menteri Besar Johor Bahru yang pertama (1 Oktober 1946).

Pada masa ini dan dalam lingkungan keluarga patriotis ini juga kegemaran Syed Naqui Al-Attas membaca dan meneliti berbagai buku dan manuskrip sastra, sejarah, dan agama tersemai dan berkembang baik. Termasuk berbagai buku dan manuskrip klasik arat dalam bahasa Inggris dan Arab. Termasuk buku-buku karya Ibn Arabi, Abdullah Al Balyani, Fahdl Allah Burhanpuri, dan lain-lain.

Pakar Teologi, Tasawwuf, Metafisika, Penyair

Situasi masa itu yang seirama dengan gelombang perjuangan bangsa Melayu untuk merdeka, menghantarkan Syed Naquib Al-Attas masuk ke dalam Dinas Tentara, sebagai perwira kadet askar Melayu Inggris. Kemudian, selama tiga tahun (1952-1955) ia menjadi siswa Royal Militery Academy, Sandhurst, Inggris. Setelah itu, Syed Naquib Al-Attas berhasil meraih pangkat Letnan.

Di Eropa, Syed Naquib Al-Attas bersentuhan dengan gelombang tradisi kecendekiaan dan seni. Kunjungannya ke Spanyol dan Mesir mengusiknya untuk mendalami pemikiran dan seni (termasuk arsitektur) Islam. Persentuhannya dengan pemikiran tasawwuf metafisika terjadi selama pendidikan di Sandhurst.

Sekembalinya ke semenanjung Malaya, ia ditugaskan sebagai perwira militer di resimen tentara Diraja Malaya. Tapi tak lama. Syed Naquib Al-Attas akhirnya keluar dan melanjutkan studi di Universitas Malaya pada fakultas kajian Ilmu-Ilmu Sosia. Selepas itu ia manfaatkan waktu untuk terus belajar mengembangkan ilmu pengetahuannya di Institute of Islamic Studies Universitas Mc. Gill, Montreal, Kanada yang didirikan oleh Wilfred Cantwell Smith. Pada tahun 1962, di sini ia meraih gelar akademik Master Of Art (M.A).

Dua tahun kemudian,  Syed Muhammad Naquib Al-Attas melanjutkan lagi studi di School Of Oriental And African Studies (SOAS) University of London, sehingga meraih gelar akademik Philosophy Doctor (Ph.D) dengan predikat Cumlaude dalam bidang Filsafat Islam dan Kesusastraan Melayu Islam (1965).

Syed Muhammad Naquib Al-Attas kemudian pulang ke Malaysia dan menjadi pensyarah di Universiti Malaya, lalu dilantik sebagai Ketua jurusan Sastra di Fakultas Kajian Melayu Universitas Malaya, Kuala Lumpur. Pada tahun 1968–1970 beroleh tanggung jawa sebagai Ketua Departemen Kesusastraan dalam pengajian Melayu. Pada tahun 1970, Syed Muhammad Naquib Al-Attas menjadi salah satu pendiri Universitas Kebangsaan Malaysia , lalu selama tiga tahun (1970-1973) beroleh kepercayaan sebagai Dekan di Fakulas Sastra, dan mencapai jabatan akademik tertinggi. Dikukuhkan sebagai profesor bahasa Kesustraan Melayu.

Kiprahnya sebagai akademisi dan ilmuwan terus berkembang. Syed Muhammad Naquib Al-Attas memimpin panel sesi Islam di Asia Tenggata dalam Congress International Orientalis XXIX di Paris (1973). Syed Muhammad Naquib Al-Attas kian dikenal sebagai seorang pakar multi pengetahuan dan keilmuan di bidang teologi, filsafat, metafisika, sastra, dan sejarah yang diakui dunia International.

Memandu Para Pemikir

Syed Muhammad Naquib Al-Attas lantas diangkat sebagai anggota berbagai badan dan lembaga keilmuan International, antara lain:  International Congress of Medival Philosophy; International Congress of the VII Centanary of St Thomas Aquinas; International Congress of the VII Centanary of St. Bonaventura da Bognaregia; Malaysia Delegate International Congress on the Millinary of al-Biruni. Selain itu juga menjadi Principal Consultant Word of Islam Festival Congress; dan Sectional Chairman for Education Word of Islam Festival Congress.

Salah satu pemikirannya yang menarik dan perhatian banyak kalangan di Asia dan dunia internasional adalah tentang pemikir Pakistan, Mohammad Iqbal. Pidato yang disampaikannya pada Kongres Internasional  di Lahore, Pakistan (Oktober 1996), memikat banyak kalangan pemikir.

Dalam pidatonya, Syed Muhammad Naquib Al-Attas menyoal pertanyaan-tentang pernyataan Iqbal ihwal eksistensi Tuhan -- pembuktian dengan landasan rasional ihwal eksistensi Tuhan --, yang menimbulkan masalah dari tinjauan filsafat Barat -- dari Aristoteles, Augustine, Aquinas, Descartes, sampai Kant -- dan umat Islam yang bingung.

Luasnya pengetahuan Syed Naquib Al-Attas membantu dan memandu para pemikir dari berbagai kalangan dan bangsa untuk mengurai, memilih dan memilah keterlibatan dalam konteks skolastik dan intelektual dan reaksi terhadap masalah Barat ini. Termasuk releansinya dalam konteks intelektual non-Islam. "Hanya, ketika umat menjadi bingung tentang Islam dan pandangan dunia Islam, kebutuhan semacam itu akan muncul di antara mereka. Kebutuhan akan landasan rasional bagi agama kemudian relevan dan valid hanya dalam konteks agama Barat dan umat Islam yang bingung secara intelektual."

Syed Naquib Al-Attas menawarkan solusi alternatif ihwal penyampaian Islam dalam bentuk aslinya kepada umat Islam yang bingung secara intelektual, sebagai sesuatu yang harus dilakukan melalui pendidikan dan pembelajaran tentang sifat aslinya. Bukan sekadar melalui perumusan sistem filosofis-rasional, karena hal ini akan menyebabkan kebingungan lebih lanjut.

Konsep Pengetahuan Islam Mendasar

Terkait dengan konsep pengetahuan, Syed Naquib Al-Attas mengatakan, konsepsi Barat dan pendekatan metodologisnya memungkinkan hanya pengetahuan tentang dunia objek dan hubungan mereka yang dapat dirasionalisasi. Pengembangan ilmu sekuler di Barat diarahkan pada konsepsi ini, menekankan peran rasio dan naturalisme, yang mengarah pada empirisme ilmiah yang menyeluruh.

Syed mengemukakan, bahwa pengetahuan tidak netral, dan konsepsi pengetahuan dalam Islam tidak cocok dengan kerangka kerja Barat yang dengannya mengonseptualisasikan ide-ide akan selalu menjadi kacau dalam konsepsi mereka tentang Islam. Oleh karena itu, konsep pengetahuan Islam harus dijadikan landasan sistem pendidikan kita sebelum rumusan "rasional" pandangan dunia Islam dapat disebarkan dan disebarkan di kalangan umat Islam. Pendidikan dan pembelajaran yang didasarkan pada sistem pendidikan yang dibingkai dalam konsep pengetahuan Islam lebih mendasar daripada rumusan landasan filosofis rasional bagi agama pada tahap ini.

Ratusan karya ilmiah dan sastra lahir dari cendekiawan ini, mulai dari Rangakaian Ruba’iyyat (1959) sampai Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam (1995) dan karya-karya di abad 21. Ia memang penulis produktif dan otoritatif yang telah memberikan beberapa konstibusi baru dalam disiplin keislaman dan peradaban Melayu.

Pada tahun 1988, Syed Naquib dilantik sebagai Menteri Pendidikan Malaysia dan Presiden di Universitas Islam Antaraangsa Malaysia, sekaligus profesor dalam bidang pemikiran dan tamaddun Islam. Lalu  diangkat sebagai direktur The International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC). Tahun 2015, Syed Naguib yang juga merancang gedung kampus ISTAC telah menyampaikan kuliah tentang Malaysia Madani, yang kini menjadi tema besar visi pemerintahan PM X Malaysia, Anwar Ibrahim. Jadi, sangat sepatutnya, Syed Naquib Al-Attas dikukuhkan sebagai Royal Professor.

Pada upacara pengukuhannya, itu Royal Pofessor Tan Sri Dr. Syed Muhammad Naquib Al-Attas juga menyampaikan rasa terima kasih dan cintanya kepada Sultan Ibrahim. |  sharia, haedar

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Sporta
Sainstek
25 Okt 24, 10:37 WIB | Dilihat : 752
Maung Garuda Limousine yang Membanggakan
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 2501
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 2741
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 2978
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
Selanjutnya