Shaum di Zaman Sungsang

| dilihat 456

Renungan Bang Sém

Kita sedang melangkah di jalan setapak menembus belukar zaman post truth, era pasca kebenaran. Zaman yang mempengaruhi secara signifikan respon dan perilaku individu maupun kelompok khalayak (rakyat).

Di zaman sungsang, yang menghadapkan kita pada kegamangan, ketidakpastian, keribetan dan keterbelahan inilah kebenaran obyektif tak lagi dianggap mutlak.

Setiap kita dihadapkan oleh situasi yang menjungkirbalikan nalar, karena akal budi ditinggalkan dan ditanggalkan. Aneka syahwat berhamburan mencari titik capai tujuannya masing-masing. Yang salah dibenarkan, yang benar disalahkan. Salah benar tak lagi nampak jelas bedanya.

Celakanya, dalam situasi demikian, mereka yang memperoleh amanah untuk memimpin dan melayani rakyat, serta mereka yang mestinya berada dalam posisi menjalankan fungsi penyadaran dan pencerahan atas khalayak, hilang arah.

Beragam peristiwa perompakan dan penjarahan hak dasar rakyat silih ganti menjadi isu-isu mutakhir yang hanya menghiasi percakapan sepanjang hari.

Maling-maling hak rakyat -- yang kadung lena dengan julukan koruptor -- gila-gilaan beraksi dengan beragam cara -- tanpa harus menyebut machiavellisma atau laku lajak machiavellian -- memiskin rakyat.

Komedi kelam, tragedi buram

Regenerasi para maling bergerak sangat cepat, sehingga membuat kehidupan sehari-hari laksana lakon teater absurd di panggung realitas pertama. Komedi hitam dan tragedi dalam lakon buram (dark tragedy) dipertontonkan para aktor, tanpa penonton tahu siapa penulis skenario dan sutradaranya.

Para aktor memainkan watak aslinya sebagai maling dan perompak di pentas-pentas politik dan negara, sebutlah itu kasus-kasus persekongkolan maling merompak di kilang blending (pengoplosan) minyak mentah, ladang tambang timah, uar aur dana tanggung jawab sosial bank sentral.

Pun persekongkolan maling di balik bonggol kelapa sawit dan crude palm oil (CPO), kondensat LPG (liquefied petroleum gas),  investasi menyimpang yang melenyapkan akuntabilitas - responsibilitas - transparansi pengelolaan dana asuransi, perompakan dana bantuan sosial, rasuah pengadaan pesawat maskapai flag carrier, pencurian dana pembangunan Base Transceiver Station (BTS), dana talangan bank swasta yang bubrah.

Pula, tragedi utang badan usaha milik negara kepada kontraktor pembangunan infrastruktur jalan tol yang nelangsa. Lantas, komedi kelam kasus cucuk bambu pagar laut sepanjang lebih 30 kilometer di pantai utara Banten.

Setarikan nafas khalayak diburu pajak, diseret ke dalam kubangan fantasi (fantacy trap) tentang masa depan dengan beragam iming-iming di ujung lidah dan bibir para petinggi yang membuncahkan mimpi ditopang intuitive reason.

Zaman yang sungsang, akan menghantarkan khalayak pada kekacauan lantaran ramai khalayak yang tertipu, termanipulasi, terjebak dalam lautan dusta, terseret jauh dari kebenaran obyektif. Terombang-ambing oleh gelombang syahwat para petinggi (politik, sosial, ekonomi, bahkan agama).

Tahu Batas

Gelombang syahwat kuasa dan harta, akan terus bergelora dan menyeret siapa saja, kala esensi kepemimpinan tak teguh pada sikap dan aksi : berhenti menjadi hamba perut (abdul buthun) yang memandang syahwat kuasa dan harta sebagai cita-cita dan kepentingan primer.

Ibadah shaum (puasa) adalah ibadah yang memandu setiap manusia untuk mampu membatasi diri, agar tak menjadi manjadi manusia yang melampaui batas.

Takarannya jelas: amanah - integritas yang memungkinkan insan sungguh terpercaya, jauh dari dusta;  fathanah - cerdas sekaligus bijak sehingga mengetahui dan sadar membedakan salah dan benar, bukan culas dan licik; shadiq - konsisten dan konsekuen menegakkan kebenaran dan menjauhi diri dari kebiasaan melakukan pembenaran yang memungkinkan manusia menjadi penebar keadilan; dan tabligh - mampu menjaga ujung lidah  - mengelola komunikasi yang menebar pesan kebenaran, meskipun pahit, tak tergelincir menjadi iblis -iblis bisu, melakukan pembiaran atas segala laku lajak dan kerusakan bagi sesama dan semesta, kala masih beroleh peluang dan daya.

Ibadah shaum kita kini adalah ibadah menegakkan batas tegas menghadang dan menahan arus syahwat di tengah zaman yang sungsang. Shaum insan mukmin, yang bukan sekadar menahan lapar, dahaga, birahi, dan menahan keinginan.

Semogalah praktik amalan ibadah shaum, memandu kita menjadi insan yang tahu batas, pandai membatasi dan membentengi diri dari aneka syahwat, khasnya syahwat kuasa dan harta.

Ibadah yang memandu kita menjadi makhluk - insan berkualitas primer, menuju insan kamil. Ibadah yang dilakoni atas dasar sebersih-bersih tauhid, ilmu pengetahuan, dan cara hidup terbaik. Ibadah -- yang laksana -- pendakian mencapai taqwa, dan terbebas dari petaka ( itqum minan naar) kelak.|

 

[ bait al hikmah, 4/3/25 ]

Editor : delanova
 
Humaniora
06 Mar 25, 02:43 WIB | Dilihat : 653
Buka Puasa Bersejarah di Istana Windsor Inggris
04 Mar 25, 03:55 WIB | Dilihat : 457
Shaum di Zaman Sungsang
31 Jan 25, 05:17 WIB | Dilihat : 900
Keserakahan
Selanjutnya
Polhukam
16 Mar 25, 11:48 WIB | Dilihat : 178
Umat Islam Jangan Berdiam Diri
02 Mar 25, 21:38 WIB | Dilihat : 513
Diplomasi Buram di Ruang Oval Gedung Putih
Selanjutnya