AKARPADINEWS.COM I Ibarat pepatah, pisau memiliki dua mata sisi, bisa untuk fungsi kebaikan atau melukai. Komunitas D’Lempis (D’ Lempar Pisau Indonesia) uniknya menjadikan pisau sebagai olahraga rekreatif dengan melempar pisau pada log kayu sebagai sasaran.
Beberapa anak muda berkumpul di Taman Langsat-Kebayoran Lama setiap minggunya. Mereka terlihat konsentrasi penuh, mata fokus pada sasaran log kayu yang berjarak beberapa meter dari tempat berdiri, pisau di tangan kanan digenggam erat dan dengan ayunan kecil tetapi begitu berenergi, dalam hitungan detik pisau sudah mengenai sasaran dengan tepat.
Thor Ahmad Thoriq sebagai pendiri dan penggiat D’Lempis memaparkan pada penulis bila, kepuasannya bisa dijadikan olahraga rekreatif, lebih bisa melatih konsentrasi dan emosi karena melempar pisau ini tidak bisa kita lemparkan dengan pelampiasan juga.
Latihan diawali dengan pemanasan lemparan pisau yang ditujukan kepada target log (kayu berdiameter 50 cm) dilakukan dengan jarak dua meter, tiga meter, empat meter hingga enam meter. Semakin jauh jarak, teknik grip (pegangan) juga berbeda, dan semakin banyak power juga konsentrasi yang dibutuhkan. Jadi melempar pisau dengan ukuran yang tepat bukan cara yang mudah, butuh latihan yang intens dan kenyamanan saat melakukan lemparan, namun saat pisau menancap di target log tentu akan dirasakan kepuasan dan ketagihan oleh anggota D’Lempis, disinilah uniknya.
Merunut ke sejarah, lempar pisau dijuluki “impalement arts” di Amerika sejak akhir abad ke-19 dan dipopulerkan oleh seniman lempar pisau Barnum & Bailer Sircus, namun sejak awal digunakan dalam seni bela diri dan perburuan, misal pada perkembangan selanjutnya juga merambah Eropa, Afrika, Indian Amerika hingga Asia dengan jurus Samurai Jepang bernama Shurikenjutsu, selain pelatihan militer di berbagai negara.
Seiring perkembangan zaman, seni melempar pisau juga dikembangkan oleh komunitas D’Lempis di Indonesia dengan obsesi menjadi cabang olahraga, di beberapa negara luar yang sudah mulai konsen dengan lempar pisau seperti Italia, Inggris dan Prancis.
D’lempis (D’ Lempar Pisau Indonesia) awal berdiri sekitar tahun 1988 merupakan hobi dari beberapa mahasiswa seni rupa ITB (Institut Teknologi Bandung), dari 7 pendirinya, diantaranya Thor Ahmad Thoriq dan Fajar Rahmat memboyong hobi ini ke Jakarta dengan nama JKT1 (Jakarta Knife Throwing).
Sejak tahun 2010, D’Lempis mulai berkembang pesat terutama setelah menyebar di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan utube. Saat ini, D’Lempis dengan moto ‘Beware of Flying Metal” beranggotakan sekitar 60 anggota di jejaring sosial dan puluhan anggota aktif yang intens berlatih pada Rabu dan Minggu sore.
Komunitas ini paling aktif berkembang di Jakarta dan Bandung, tetapi penyebarannya sudah menyebar secara nasional. Secara administrasi, menjadi anggota
D’Lempis sifatnya terbuka dan bersifat adaptasi. Proses awalnya, kawan-kawan yang berminat biasanya diajak untuk berlatih dulu, jika sudah tertarik, untuk sarana target kebutuhan komunitas dan diharapkan menjadi anggota yang berkelakuan baik di komunitas.
D’Lempis juga tidak memiliki pelatih yang khusus harus terus menemani anggotanya. “Saat latihan, kita sering ngikutin dan sharing satu sama lain seperti teknik baru lanjut kita sharing juga di online, seperti video di internet” jelas Thor.
Jenis pisau yang digunakan adalah pisau Bowie yang berbahan baja per yang juga bisa berkarakter melengkung, berujung runcing dan tajam namun aman untuk dipegang, dengan kisaran harga 50-350 ribu/pisau tergantung bahan, kualitas dan produsennya.
Menurut Thor, dibutuhkan keterampilan dan teknik yang harus terus dilatih dan langsung diaplikasikan untuk mencapai target log yang tepat. Pertama, biasanya adalah menggunakan shakehand grip untuk jarak 3 meter dengan memegang handle , bersiap dengan kuda-kuda yang nyaman dan melempar sesuai putaran. Kedua, blade grip: teknik grip yang menggenggam bagian pisau yang tajam dan ketiga, no spin grip yang dibutuhkan menjaga keseimbangan agar pisau melempar lurus dengan kencang dan tepat.
Dari kategori besar teknik itu ada pengembangannya dengan gaya, ada gaya yang melempar dari atas kepala kita, ada dari samping, ada juga dari bawah under hand throwing biasanya untuk half spin dan ada juga dari depan lemparannya, tergantung gaya lemparan jarak dan tenaga, terutama bisa menancap di tempat yang sama, itu yang sulit.
Demi keamanan pemain, saat melempar atau mengambil pisau dibutuhkan kepekaan dengan melihat kawan satu sama lain untuk melempar dengan bergilir. Setiap anggota dengan semakin sering berlatih akan semakin mengerti pisaunya, mengetahui efeknya dan semakin bijaksana dalam melempar pisau.
D’Lempis terus bersemangat melakukan latihan lempar pisau dengan mengadakan kompetisi antar group, antar anggota di beberapa kota hingga kompetisi dengan bekerjasama termasuk dengan pihak militer yang juga menjadi mitra dalam berbagi teknik lempar pisau. Kedepannya, semoga komunitas ini dapat lebih berkembang untuk olahraga yang menyenangkan dan memiliki tempat di negeri ini untuk berprestasi di kejuaraan nasional maupun internasional.
Ratu Selvi Agnesia