80 Tahun Hari Kemenangan Tiongkok

Tiongkok Unjuk Daya

| dilihat 275

Dataran Tiananmen, Beijing - Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Rabu (3/9/25) berbeda dari hari-hari biasanya. Kemegahan, sukacita, pesona daya Tiongkok tampak menonjol di situ.

Tak hanya formasi pasukan dengan derap kaki yang berirama terdengar dan terlihat. Pun, tak hanya pesona band dan paduan suara militer menyajikan lagu-lagu yang menebar optimisme dan citradaya Tiongkok yang terdengar dan terlihat sejak pukul 09.00 (01.00 GMT) pagi.

80 peniup terompet tampil menyajikan 'pekik brass,' dan irama musik yang dimainkan 1000 musisi yang duduk tertib pada 14 baris kursi yang sisiapkan dengan alat-alat musiknya. Suara musikal dengan komposisi yang menandai gempita kemenangan, menggugah suasana. Irama musik itu, melayangkan suara ke telinga tak kurang dari 50 ribu khalayak yang menyaksikan parade tersebut.

Rabu yang berpesona, itu sebagaimana ditayangkan secara langsung oleh CCTV (Central China Television) yang direlay berbagai siaran televisi ke seluruh dunia, itu memang sedang mengirimkan pesan kedigjayaan Tiongkok di abad ke 21.

Pemerintah RRT 'menciptakan momentum' peringatan Hari Kemenangan Tiongkok ke 80 tahun (1945-2025) dengan parade akbar, sekaligus menjadi ajang unjuk daya (presentasi dan eksibisi) militer mutakhir Tiongkok. Parade itu dikemas dalam pergelaran 'one topic show' dengan koreografi yang juga menata peralatan militer canggih seperti drone, rudal hipersonik, dan pesawat tempur.

Pada parade akbar militer tersebut, RRT memamerkan rudal berkemampuan nuklir yang dapat diluncurkan dari darat, laut, dan udara secara paralel.

Dengan berkali-kali menyajikan gambar Presiden Xi Jin Ping yang berjalan berbanjaran dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Kim Jong Un -- dalam frame close up,  medium close up, dan medium shot -- tertangkap kesan dan pesan khas : Parade akbar militer RRT, itu  sedang memperlihatkan kehebatan militer dan visi Tiongkok untuk masa depan.

Pilihan Damai atau Perang

Kim Jong Un datang bersama puteri dan calon pewarisnya, Kim Ju Ae -- yang diketahui merupakan perjalanan internasional pertamanya ke Tiongkok, khas untuk menyaksikan parade tersebut.

Walhasil, dari apa yang nampak di layar televisi, penampakan Presiden Xi dengan Presiden Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, tersebut merupakan penanda dan pertunjukan publik pertama dari "tiga serangkai" kemampuan dan kesiagaan negara dengan keandalan nuklirnya yang lengkap.

Mengenakan jas tutup a la Mao Dze Dong yang memimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT) meraih kemenangan selama perang saudara pasca-Perang Dunia II, Presiden Xi berpidato.  

“Saat ini, umat manusia dihadapkan pada pilihan damai atau perang, dialog atau konfrontasi, sama-sama menguntungkan atau sama-sama diuntungkan,” ungkapnya. Xi, menambahkan,  rakyat Tiongkok “berdiri teguh di sisi sejarah yang benar.”

Tepuk tangan penonton -- termasuk para veteran -- membahana. Mereka duduk di kursi berwarna hijau, merah, dan emas, yang melambangkan tanah subur Tiongkok, pengorbanan rakyat, dan perdamaian, seperti diulas penyiar  CCTV.

Untuk perayaan parade akbar militer tersebut, pemerintah RRT menyiapkan sejak Agustus 2025. Selain menciptakan keamanan di seluruh Beijing, juga latihan seluruh peserta parade.

Karenanya, parade tersebut nampak berlangsung tertib dengan memadu-padan artistika dan estetika, serta citra daya Tiongkok. Tertampak pada eksibisi Jinglei-1, rudal jarak jauh berbasis udara; Julang-3, rudal antarbenua berbasis kapal selam; serta Dongfeng-31 dan Dongfeng-61, rudal antarbenua berbasis darat.

Pada parade tersebut juga juga dipamerkan Yingji-17, Yingji-19, dan Yingji-20, rudal antikapal hipersonik yang telah diuji Tiongkok terhadap prototipe kapal induk AS. Tampak dipamerkan pula drone yang dapat beroperasi di bawah air dan di udara.

Beberapa  di antaranya drone yang diperuntukan bagi misi pengintaian dan serangan presisi. Selain itu, helikopter nirawak yang dirancang untuk peluncuran berbasis kapal juga ditampilkan dalam parade tersebut.

Tak ketinggalan, dipamerkan juga Rudal jelajah Changjian-20A, Yingji-18C, Changjian-1000, dan rudal hipersonik Yingji-21, Dongfeng-17, dan Dongfeng-26D.

Dihadiri 25 Pemimpin Dunia

Siaran langsung parade tersebut, tak hanya memperlihatkan Presiden Xi Jin Ping, Presiden Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim. Melainkan juga para pemimpin dunia lainnya, seperti  Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Indonesia Prabowo Subianto, dan Perdana Menteri X Malaysia Anwar Ibrahim.

Nampak hadir pula Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, Presiden Mongolia Khurelsukh Ukhnaa, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev, dan Presiden Belarus Alexander Lukashenko, Presiden Vietnam Luong Cuong, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Presiden Maladewa Mohamed Muizzu, Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli, dan Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa, Perdana Menteri Slovakia Robert Fico dan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, dan Panglima Militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing.

Sebagian besar para pemimpin negara dan pemerintahan tersebut, sebagaimana Presiden Putin, sudah berada di Tiongkok untuk menghadiri KTT SCO (Shanghai Cooperation  Organization) di Tianjin.

Presiden Xi menjamu para pemimpin dunia tersebut untuk menyaksikan kedigjayaan RRT, sambil mengenang sejarah. Presiden Prabowo yang semula berhalangan hadir di Tian Jin, hadir di Beijing.

Dari berbagai informasi diketahui, RRT terakhir kali menyelenggarakan parade militer Hari Kemenangan tersebut, sepuluh tahun yang lalu.  Akan halnya Kim Jong Un yang datang dengan kereta lapis bajanya melintasi perbatasan dan tiba pada Selasa pagi.  

Bagi Kim, kehadirannya tersebut menandai pertama kalinya ia menghadiri parade militer Tiongkok dalam 66 tahun.  Tahun 1959, Pemimpin Korea Utara terakhir yang menghadiri parade militer di Tiongkok adalah pendiri negara tersebut, mendiang kakek Kim Jong Un, Kim Il Sung.

Trump Tergoda

Parade militer akbar Tiongkok di Beijing berlangsung di tengah ancaman tarif perdagangan yang akan diberlakukan Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara di seluruh dunia.

Lewat unggahan di akun Truth Social-nya, Trump tergoda. Ia menulis, "Banyak orang Amerika gugur dalam perjuangan Tiongkok meraih Kemenangan dan Kejayaan ... Semoga Presiden Xi dan rakyat Tiongkok merayakan hari yang agung dan abadi secara luar biasa ."

Dalam unggahannya yang terkesan ditujukan kepada Presiden Xi,  Trump melanjutkan, "Sampaikan salam hangat saya kepada Vladimir Putin, dan Kim Jong Un, karena kalian berkonspirasi melawan Amerika Serikat." Unggahan yang terkesan 'menuding konspirasi melawan AS,' ini segera ditepis ajudan Putin, "tidak ada seorang pun yang memikirkan hal ini."

Tiongkok mengadakan parade Hari Kemenangan, tersebut, menurut Al Jazeera, terkait dengan sejarah delapan dekade lampau, di penghujung Perang Dunia II yang dipicu oleh invasi Jerman ke Polandia pada tahun 1939

Invasi itu mengakibatkan Inggris dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman, yang di dunia Barat dipandang sebagai titik awal Perang Dunia II. Kala itu, Asia telah menghadapi beban agresi Jepang selama beberapa tahun.

Setelah invasi Manchuria pada tahun 1931, pasukan Jepang dan Tiongkok – terutama di bawah pimpinan Kuomintang (KMT) Chiang Kai-shek dan Partai Komunis Tiongkok (PKT) – terlibat dalam serangkaian pertempuran kecil.

Kala itu, KMT dan PKT terjebak dalam fase pertama perang saudara mereka sendiri untuk menguasai Tiongkok, dan Jepang berhasil mencapai kemajuan yang signifikan. Juli 1937, pasukan Jepang dan Tiongkok bentrok di luar Beijing. Dalam beberapa hari, konflik ini berkembang menjadi konflik besar – padahal KMT dan PKT telah sepakat untuk membentuk front persatuan melawan Jepang yang akan berlangsung hingga akhir perang pada tahun 1945.

Hari Kemenangan Tiongkok

Militer Jepang menginvasi kota-kota di timur, termasuk Nanjing, menewaskan ribuan warga sipil, menghancurkan desa-desa, dan mengorbankan kaum perempuan. PKT dan KMT terus melakukan perlawanan. Tak kurang dari 20 juta orang Tiongkok tewas akibat perang tersebut, mayoritas adalah warga sipil.

Pada tahun 1941, Amerika Serikat, di bawah Presiden Demokrat Franklin D. Roosevelt, memberlakukan embargo minyak terhadap Jepang. Al Jazeera mencatat, pada bulan Desember 1941, tentara Jepang melancarkan serangan mendadak terhadap Armada Pasifik AS di Pearl Harbor di Hawaii, yang menyebabkan kerusakan dan korban jiwa, serta menyeret AS ke dalam perang.

Jepang juga merebut wilayah lain di negara-negara Asia (1940), termasuk sebagian wilayah Indonesia modern, Malaysia dan Myanmar, serta sebagian wilayah India modern. Tahun 1945, angkatan udara AS menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Setelah itu, Uni Soviet juga menyatakan perang terhadap Jepang.

PKT dan KMT melanjutkan perang saudara mereka, dengan komunis di bawah kepemimpinan Mao Zedong akhirnya muncul sebagai pemenang pada tahun 1949, ketika Chiang dan sisa pasukan KMT-nya melarikan diri ke Taiwan, lantas mendirikan pemerintahan paralel di sana.

2 September 1945, Jepang secara resmi menyerah. Pada tahun 2014, pemerintah Tiongkok menetapkan tanggal 3 September, sehari setelah Jepang menyerah, sebagai Hari Kemenangan. Tahun 2015, PKT mengakui pengorbanan yang dilakukan oleh tentara KMT selama perang, dengan mengundang para veteran untuk menghadiri pawai militer saat itu.

Saat itu, Taiwan diperintah oleh KMT, yang, terlepas dari ketegangan historisnya, telah lama mengupayakan hubungan yang lebih dekat dengan Tiongkok daratan di bawah PKT. Namun, sejak 2016, Taiwan diperintah oleh Partai Progresif Demokratik (DPP), yang bersikap tegas tentang kedaulatan wilayah yang berpemerintahan sendiri tersebut.

Tiongkok bersikeras, Taiwan harus dipersatukan kembali dengan daratan. Tiongkok bersikap kritis terhadap DPP. Berlatar belakang hal tersebut, parade militer akbar kali ini diharapkan akan menyoroti peran PKT dalam mengalahkan Jepang.

Parade militer akbar tersebut memang memperingati 80 tahun kekalahan kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia II. Parade tersebut juga laksana mewakili perlawanan Tiongkok, sejak setelah invasi Jepang ke Manchuria pada tahun 1931. | haedar, jeanny, delanova

 

Editor : delanova | Sumber : CCTV, AlJazeera, ChinaToday, dan berbagai sumber
 
Sainstek
19 Feb 25, 19:05 WIB | Dilihat : 1747
Presiden Prabowo Lantik Brian Yuliarto Mendiktisaintek
25 Okt 24, 10:37 WIB | Dilihat : 1847
Maung Garuda Limousine yang Membanggakan
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 3610
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
Selanjutnya
Seni & Hiburan
19 Nov 24, 08:29 WIB | Dilihat : 2064
Kanyaah Indung Bapak
20 Jul 24, 21:32 WIB | Dilihat : 2728
Voice of Baceprot Meteor dari Singajaya
Selanjutnya