Film Ada Cinta di SMA

Memotret Realitas Remaja Kekinian

| dilihat 3749

AKARPADINEWS.COM | MASA remaja tentu penuh cerita. Suatu masa yang kala itu seseorang merasakan cinta pertama dan pahit manis persahabatan bersama rekan-rekan sebaya di sekolah. Kenangan yang sulit terlupakan itu, dideskripsikan dalam film berjudul: Ada Cinta di SMA.

Film tentang kehidupan anak Sekolah Menengah Atas (SMA) itu merupakan film musikal dengan latar tiga penceritaan yang terfokus pada tiga tokohnya. Ketiganya antara lain Iqbal yang diperankan Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, Ayla yang dilakoni Caitlin Halderman, dan Kiki yang diperankan Teuku Rizky Muhammad.

Dalam film itu dilukiskan, Iqbal adalah sosok yang ingin membuktikan dirinya kepada keluarganya jika mampu menjadi seseorang yang berbeda. Dia ingin keluar dari zona nyaman. Berbagai proses pun dilaluinya, salah satunya mencalonkan diri sebagai calon ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

Sementara Ayla, melakoni kisah terkait hubungannya dengan ibunya yang diperankan Wulan Guritno. Ayla, sosok remaja yang punya ambisi mengejar impiannya untuk mendapatkan beasiswa kuliah kedokteran di Kanada. Ayla juga mengikuti jejak Iqbal. Untuk meluluskan impiannya itu, dia juga ikut dalam pemilihan ketua OSIS di sekolahnya.

Sudut penceritaan kedua tokoh yang saling bertautan itu terlihat secara keseluruhan saat menyaksikan film Ada Cinta di SMA di Blitz CGV Mal, Slipi Jaya, Jakarta. Dari alur kisahnya, terlihat bagaimana keduanya terlibat dalam proses pemilihan ketua OSIS. Hingga akhirnya, Iqbal dengan Ayla pun menjalin kasih.

Sementara Kiki, melakoni cerita terkait hubungannya dengan ayahnya yang diperankan Ikang Fawzi. Polemik antar kedua tokoh terlihat saat sang ayah menentang Kiki menekuni musik.

Dari sudut penceritaan, film itu menyelipkan sejumlah kisah menarik, mulai dari percintaan, persahabatan, dan potret pergaulan anak SMA masa kini. Dan, kian menarik lantaran pembingkaian musikal di sepanjang alur film. Apalagi, karakteristik musik dalam film tersebut merepresentasikan situasi dan kondisi perasaan para tokoh dalam menghadapi persoalannya.

Salah satu bagian musikal yang paling menarik ialah ketika Ayla mengalami dilema hati cukup kuat setelah mengetahui Iqbal menggunakan idenya yang dicuri oleh Aldi yang diperankan Alvaro Maldini Siregar. Aldi adalah sahabat Iqbal. Dilema hati itu diperparah dengan peristiwa Marisa Kariza, ibu Ayla, yang diciduk polisi karena tersangkut kasus korupsi.

Pemilihan spot yang memasukan adegan musikal film tersebut cukup baik. Hanya saja, porsi musikal itu tidak menjadi pondasi yang kuat film tersebut. Mungkin lebih tepat, film berjudul Ada Cinta di SMA, yang diproduksi Starvision Plus itu disebut sebagai film semi musikal.

Meski demikian, hal yang harus diapresiasi kepada sang sutradara, Patrick Effendy, adalah upayanya untuk menggiring penonton muda, khususnya yang tengah duduk di bangku SMA. Tujuannya untuk menjadi pribadi yang berkarakter dan mampu menghadapi tantangan yang ada. Hal itu terlihat dalam adegan pemilihan ketua OSIS sebagai peristiwa penggerak alur cerita.

Sementara adegan yang cukup menarik dan menyuarakan pesan tentang persahabatan sejati ketika Iqbal dan Aldi terlibat konflik. Keduanya berkonflik ketika Iqbal tahu kalau Aldi membantunya dalam pemilihan ketua OSIS dengan cara yang salah.

Patrick tepat memasukkan sosok Kiki sebagai penengah konflik di antara dua sahabat tersebut. Sebab, melalui Kiki, Patrick memberi pesan jika konflik bisa diselesaikan bila dihadapi dan mau mengakui kesalahan yang dilakukan masing-masing. Pesan moral itu kiranya patut dicontoh para penonton film Ada Cinta di SMA yang tengah memasuki usia remaja.

Hanya saja, ada beberapa adegan blunder yang kiranya tak patut dicontoh oleh generasi muda saat ini, meski hal itu merupakan realitas. Adegan itu ialah pesta ulang tahun salah seorang teman sekelas Iqbal dan Ayla.

Namun, Patrick sepertinya sengaja memunculkan adegan tersebut untuk menjadi cermin bagi generasi muda masa kini yang gemar merayakan pesta secara besar-besaran. Hanya saja, pengemasan adegan itu kurang cantik.

Terlebih, ketika Ayla muncul dengan menggunakan kebaya, yang kemudian diledek Aldi. Meski sebenarnya hal itu lumrah di kalangan anak muda yang umumnya cenderung lebih suka berbusana modis, rada sedikit terbuka, maupun urak-urakan. Laku demikian dimaklumi, karena dalam fase usia remaja, seseorang tentu ingin eksistensinya diakui dan tengah mencari identitasnya. Mereka pun cenderung cepat beradaptasi dengan fenomena yang populer, meski sebenarnya berseberangan dengan budaya bangsa.

Dalam film ini juga muncul tokoh yang sebenarnya, yang bukan tokoh sentral. Namun, mampu mencuri perhatian sepanjang alur cerita. Tokoh tersebut bernama Bella yang diperankan Agatha Chelsea. Bella yang digambarkan sebagai siswi pendiam dan memiliki keterkarikan kepada Kiki ini adalah tokoh perempuan paling dewasa, dibandingkan Ayla dan Tara yang diperankan Gege Elsa.

Bella mampu mendukung hasrat bermusik Kiki yang ditentang ayahnya. Bella juga mampu berperan sebagai refleksi suara hati Kiki di saat bimbang melanda hatinya. Meski tidak mendapatkan porsi terlalu banyak, namun tiap laku Bella memiliki makna di sepanjang film. Pemilihan Agatha Chelsea sebagai pemeran Bella cukup tepat lantaran aktingnya dalam film tersebut cukup apik.

Kemenarikan film ini juga terdapat pada pemilihan latar belakang keluarga dari masing-masing tokoh. Pada film tersebut, Iqbal berasal dari keluarga besar dengan sebelas anak. Ayahnya yang diperankan Tora Sudiro bersama saudara-saudaranya kerap meremehkan Iqbal di rumah.

Atas perlakuan itu, Iqbal ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa dihormati di keluarganya dengan menjadi ketua OSIS. Meski sering diremehkan keluarganya, Iqbal masih merasakan hangatnya suasana kekeluargaan di rumah sederhananya. Sosok Cut Keke selaku ibu Iqbal cukup menarik. Sebab, artis berusia 42 tahun itu mampu menonjolkan sisi keibuan dengan sangat baik.

Keadaan keluarga Iqbal berbanding terbalik dengan keadaan keluarga Ayla dan Kiki. Ayla berasal dari keluarga mapan. Namun, keadaannya tidak begitu membahagiakan. Ayla dibesarkan ibunya, tanpa ayah. Dan, kesibukan sang ibu sebagai wanita karir, membuat hubungannya dengan Ayla tidak terlalu baik.

Berbanding terbalik dengan Ayla, Kiki hanya memiliki ayah dan seorang kakak lelaki. Keluarga Kiki hidup sederhana dan berkecukupan. Kiki ingin menjadi musisi sebab dia mengidolakan ayahnya yang dulunya seorang pemusik.

Hanya saja, ayahnya menilai, Kiki lebih baik tidak jadi seorang musisi. Sebab, dia tidak ingin anaknya bernasib sama sepertinya yang akhirnya hanya berprofesi sebagai pengojek online.

Dengan latar belakang keluarga yang sangat berbeda itu, Patrick seakan ingin menunjukkan jika setiap remaja memiliki masalah berbeda-beda di balik kemasan luarnya. Karenanya, mereka pun memiliki cara berbeda dalam menghadapi masalahnya. Dengan begitu, pendekatannya pun berbeda dalam menghadapi persoalan yang dihadapi masing-masing remaja.

Patrick nampaknya kurang begitu begitu detil dalam menampilkan penyelesaian masalah di masing-masing remaja itu, dan cenderung mengejar ritme film yang cukup cepat. Namun demikian, tempelan beberapa komika stand up comedian agak mengusir jenuh lantaran tempo film terlalu cepat dan alur yang datar.

Secara keseluruhan, Ada Cinta di SMA cukup menarik untuk ditonton, khususnya generasi muda. Dan, bagi penggemar CJR, film ini sangat mengobati kerinduan mereka terhadap idolanya. Apalagi, akting para pemain CJR dalam film tersebut lebih natural, matang, dan mampu menghadirkan ketokohannya masing-masing. | Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 339
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 244
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 423
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 317
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 272
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya