Jalur Sutera Baru Tantangan bagi Indonesia

| dilihat 554

JAKARTA | Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, mengapresiasi gagasan Jalur Sutera Baru yang tahun ini memasuki tahun ke-10. "Bagi Indonesia ini merupakan tantangan dan peluang baru. Indonesia sangat menyambut baik. Namun Indonesia ingin agarĀ  program ini memiliki misi untuk maju bersama dan makmur bersama," katanya, Jumat, 13 Oktober 2023.

Hal itu ia sampaikan saat memberikan sambutan pada Seminar Satu Dekade One Belt One Road (OBOR) yang diadakan Lembaga Pendidikan Tinggi PWNU DKI Jakarta. Acara itu dihadiri Ketua Tanfidziyah PWNU DKI KH Syamsul Maarif, Rais Syuriah PWNU, anggota DPRI Charles Meikiansyah dan M Farhan.

Program OBOR diluncurkan Presiden Xi Jinping pada 2013, bahkan disampaikan langsung juga saat berpidato di DPR RI. OBOR yang kini berubah menjadi Belt and Road Initiative itu lebih dikenal sebagai Jalur Sutera Baru.

Ada dua jalur, darat dan laut. Darat melewati Asia Tengah, Timur Tengah, dan Eropa. Sedangkan jalur laut melewati Asia Tenggara, Asia Selatan, Eropa, dan Afrika.

Gobel mengatakan, ada banyak kesamaan dan kedekatan nilai-nilai Asia antara Tiongkok dan Indonesia. Hal ini, katanya, diharapkan tidak mengulang hubungan Indonesia dengan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika yang eksploitatif.

"Kita ingin sesuatu yang baru, yang memberikan keuntungan pada dua pihak," katanya.

Bangsa-bangsa Asia, kata Gobel, sangat menekankan pertautan hati, harmoni, keselarasan, kadamaian, dan kemakmuran bersama.

"Karena itu, kita harus memulai dengan mutual trust, lalu berlanjut ke mutual respect, dan akhirnya mutual benefit," katanya.

Inisiatif Tiongkok yang berwajah ekonomi ini, kata Gobel, merupakan pertanda positif bagi terjalinnya ikatan heart to heart relationship, bukan semata pocket to pocket relationship. "Kalau pocket to pocket saja tak ada pertautan hati, yang ada hanya benefit saja," katanya.

Bangsa-bangsa Timur, kata Gobel, tak melulu mengandalkan rasionalitas dalam menjalin hubungan, tapi juga ada keterlibatan rasa.

"Karena kita punya hati, karena kita bertenggang rasa, karena kita paham bahwa semua pihak butuh hidup dan ingin makmur. Saat Indonesia menginisiasi Konferensi Asia Afrika sama sekali tak menimbang keuntungan. Langkah itu dibuat semata merupakan amanat konstitusi bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan bahwa terbebas dari kemiskinan dan kesengsaraan juga merupakan hak segala manusia," katanya.

Pada 2013, kata Gobel, ketika kali pertama Tiongkok meluncurkan program OBOR, investasi Tiongkok di Indonesia hanya 297 juta dollar dan menempati peringkat ke-12 investor terbesar di Indonesia.

Kini, hingga Juni 2023, investasi Tiongkok sudah 3,8 miliar dollar AS. Investasi Tiongkok menempati peringkat kedua setelah Singapura. Pada 2022, investasi Tiongkok di Indonesia mencapai 8,2 miliar dollar AS. Tiongkok untuk kali pertama menempati peringkat kedua terbesar di Indonesia. Ada sejumlah proyek besar Tiongkok di Indonesia seperti pembangunan smelter di Sulawesi dan Maluku Utara, juga pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. | rilisa

Editor : delanova
 
Humaniora
Sainstek
25 Okt 24, 10:37 WIB | Dilihat : 213
Maung Garuda Limousine yang Membanggakan
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 1822
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 2091
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 2321
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
Selanjutnya