Gubernur Pramono Aktifkan Kembali Planetarium Jakarta sebagai Ikon Edukasi Sains

| dilihat 146

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengaktifkan kembali Planetarium dan Observatorium Jakarta (Selasa,23/12), setelah selama 12 tahun (sejak 2012) berhenti beroperasi karena berbagai masalah. Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ), menurut Pramono merupakan salah satu ikon edukasi sains di Ibu Kota.

Dalam sambutannya yang membuncahkan optimisme, Gubernur Pramono Anung mengemukakan, pengaktifan sekaligus pembukaan kembali POJ diharapkan dapat menjadi ruang pembelajaran yang mendorong tumbuhnya rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, serta kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, terutama di kalangan generasi muda.

Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam memperluas akses edukasi, Gubernur Pramono menggratiskan kunjungan ke Planetarium Jakarta bagi pelajar dan masyarakat selama tiga bulan ke depan.

Kebijakan ini bertujuan mendorong minat belajar sains dan menghidupkan kembali peran Planetarium sebagai sarana edukasi publik yang inspiratif.

“Planetarium Jakarta ini dihadirkan sebagai sarana edukasi interaktif yang dapat dimanfaatkan oleh pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas. Tolong segera disampaikan, terutama kepada murid-murid sekolah yang ada di Jakarta, selama tiga bulan saya akan memberikan gratis,” ungkap Gubernur Pramono.

Pram juga menegaskan, revitalisasi dan aktivasi kawasan TIM tidak hanya berfokus pada pembaruan fisik, tetapi merupakan langkah strategis untuk menghidupkan kembali fungsi TIM sebagai ruang kebudayaan yang inklusif, relevan, dan mudah diakses oleh masyarakat. Pengaktifan kembali POJ dilakukan paralel dengan aktivasi Paviliun Raden Saleh di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini - Jakarta Pusat.

Bagian Utuh Pengalaman Kultural

Peresmian ini menjadi bagian dari upaya memperkuat ekosistem seni, budaya, dan edukasi, sekaligus mendukung transformasi Jakarta sebagai kota global yang berdaya saing dan berkarakte.

Dalam hal pengaktivan Paviliun Raden Saleh yang juga merupakan Wisma Seni, Gubernur Pramono berharap, agar kerja sama antara PT Jakarta Propertindo (Perseroda) dan Artotel Group dapat berjalan secara profesional dan berkelanjutan.

Paviliun Raden Saleh, ujar Pramono, harus menjadi bagian utuh dari pengalaman kultural TIM (Taman Ismail Marzuki), dengan membuka ruang seluas-luasnya bagi sivitas akademika Institut Kesenian Jakarta (IKJ) serta komunitas seni untuk berkolaborasi dan berekspresi.

“Secara pribadi, saya berharap kerja sama antara Artotel dan PT Jakarta Propertindo (Perseroda) di kawasan ini dapat dilaksanakan secara optimal," ungkapnya.

Ruang-ruang seni, menurut Pram, harus dibuka seluas-luasnya bagi keterlibatan IKJ, sehingga Paviliun Raden Saleh dapat berfungsi sebagai akomodasi yang terintegrasi dengan ekosistem seni dan budaya TIM. "Tidak hanya sebagai fasilitas pendukung, tetapi juga sebagai bagian dari pengalaman kultural,” tegas Gubernur Pramono.

Pendukung Utama Ekosistem Budaya

Sedangkan Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Perseroda) Iwan Takwin menjelaskan, Paviliun Raden Saleh -- yang juga dikenal sebagai Wisma Seni --, dihadirkan sebagai fasilitas pendukung utama dalam membangun ekosistem seni dan budaya di TIM.

Paviliun ini dikelola bersama Artotel Group melalui konsep ARTOTEL Curated, dengan total 139 kamar dan berbagai fasilitas penunjang, seperti ruang pertemuan, working space, kolam renang, EATSPACE, serta selasar yang difungsikan sebagai ruang pamer karya seni.

Iwan juga menjelaskan, kurasi karya seni yang ditampilkan di Paviliun Raden Saleh dilakukan melalui kolaborasi dengan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan para seniman. Dengan demikian, akomodasi ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat menginap, tetapi juga sebagai ruang dialog dan apresiasi seni.

“Kehadiran Paviliun Raden Saleh diharapkan menjadi pilihan akomodasi yang strategis bagi seniman, budayawan, dan pelaku industri kreatif, sekaligus memperkuat posisi TIM sebagai pusat seni dan budaya bertaraf nasional hingga internasional,” ujar Iwan.

Terkait aktivasi Planetarium Jakarta, Iwan menegaskan apa yang dikemukakan Gubernur Pramono, bahwa fasilitas ini diarahkan menjadi pusat edukasi sains dan antariksa yang imersif dan interaktif.

"Pembaruan mencakup sistem visualisasi astronomi digital berbasis data sains terkini, simulasi tata surya, serta penguatan fungsi edukasi bagi pelajar, mahasiswa, komunitas sains, dan masyarakat umum," tambah Iwan.

Sebagai inovasi unggulan, Planetarium Jakarta juga akan dilengkapi AI Virtual Host, yakni pemandu digital berbasis kecerdasan buatan yang menyajikan informasi astronomi dan sejarah Planetarium secara interaktif. Inovasi ini mencerminkan dukungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.

Menghidupkan kembali Marwah TIM

Dengan mengaktivasi Paviliun Raden Saleh dan Planetarium Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta optimistis kawasan Taman Ismail Marzuki akan semakin hidup sebagai ruang publik yang mendorong kreativitas, pembelajaran, dan kolaborasi lintas sektor, sekaligus memperkuat identitas Jakarta sebagai kota global berbasis budaya dan pengetahuan.

Secara historis, Planetarium dan Observatorium Jakarta digagas oleh Presiden RI Pertama Bung Karno ( informasi terkait : Gubernur Pramono Anung Aktifkan Planetarium Jakarta), sebelum Gubernur Ali Sadikin meresmikan Taman Ismail Marzuki (10 November 1968). Kendati demikian, pembukaan POJ untuk umum berlangsung sejak 1 Maret 1969 yang dilengkapi dengan modernisasi perangkat dan fasilitas berupa proyektor dan teropong, serta teater bintang.

Upaya modernisasi dan penguatan fungsi POJ dilanjutkan oleh Ali Sadikin. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang lantas mengambil tanggung jawab untuk merawat dan melakukan berbagai pembaruan sesuai dengan zamannya.

Keberadaan POJ memberi nilai tambah bagi kawasan TIM yang oleh para seniman dan budayawan dalam Musyawarah Kesenian Jakarta (MKJ) 2025 direkomendasikan sebagai sentra bagi pemajuan kebudayaan, sebagaimana dimaksud oleh UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan berskala global.

Ketika menyampaikan presentasi di MKJ 2025, Wakil Gubernur Rano Karno mengemukakan komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menghidupkan kembali marwah TIM, yang sepanjang sejarah keberadaannya merupakan laboratorium sekaligus etalase presentasi dan eksibisi karya kreatif dan pemikiran seniman - budayawan Indonesia berskala global.

Selama ini, POJ telah memainkan peran strategis, antara lain sebagai salah satu lokasi untuk melakukan pengamatan bulan dalam menentukan permulaan dan akhir pelaksanaan ibadah puasa bulan Ramadan.

Dalam konteks pemajuan kebudayaan, khasnya pengembangan sains dan teknologi terkait dengan astronomi bagi khalayak mulai khalayak, terutama pelajar, mahasiswa, dan kalangan pembelajar lainnya. Dalam mengelola program-programnya, POJ berkolaborasi dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Akademi Jakarta -- sebagai lembaga independen dan non struktural di bidang kebudayaan yang dibentuk oleh Gubernur. | rilisa, delanova

Editor : haedar | Sumber : foto-foto : berita jakarta
 
Ekonomi & Bisnis
12 Des 25, 06:53 WIB | Dilihat : 251
Pertamina Kirim LPG dengan Sling Load Helikopter
31 Okt 25, 07:16 WIB | Dilihat : 553
Kinerja Solid Pertamina NRE Lampaui Target
30 Okt 25, 00:14 WIB | Dilihat : 549
Optimus Tetap Program Utama Pertamina Hulu Energi
Selanjutnya
Polhukam
27 Des 25, 14:07 WIB | Dilihat : 193
Kerajaan Bantahan
21 Des 25, 19:21 WIB | Dilihat : 204
Media Perlu Jaga Kepekaan Hubungan Malaysia Indonesia
08 Nov 25, 07:31 WIB | Dilihat : 990
Syarikat Islam Tak Akan Menjadi Partai Politik
Selanjutnya