Indonesia Gagal di Indonesia Open 2016

Dongkrak Prestasi Pebulutangkis Muda

| dilihat 2604

AKARPADINEWS.COM | INDONESIA kembali menelan pil pahit di laga bulutangkis. Setelah gagal menggondol Piala Thomas dan Uber 2016 yang digelar Mei lalu, Indonesia dipermalukan di hadapan suporternya sendiri.

Meski telah mengerahkan kekuatan penuhnya, Indonesia tak menempatkan satu pemainnya di partai puncak BCA Indonesia Open Super Series Premier (BIOSSP) 2016. Inilah torehan terburuk untuk kali pertama sejak turnamen itu digelar tahun 1982.

Tiga pemain ganda Indonesia yang diharapkan meraih kemenangan, ternyata gugur di babak 16 besar. Pasangan Indonesia, Greysia Polii dan Nitya Krishinda Maheswari, ditaklukkan pasangan asal Malaysia, Vivian Kah Mun Hoo dan Woon Khe Wei, dengan dua set langsung, 17-21 dan 19-21.

Demikian pula pasangan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir yang tak dinyana ditaklukan pasangan baru asal Denmark, Kim Astrup-Line Kjaersfeldt, dengan skor 19-21 dan 17-21. Pasangan Indonesia yang pernah Juara Dunia 2013 dan  All England 2014, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan juga harus mengakui kehebatan Mads Conrad Petersen dan Mads Pieler Kolding juga asal Denmark, dengan skor 21-19, 13-21, dan 18-21.

Satu-satunya harapan Indonesia yang bertarung di laga semifinal, Ihsan Maulana Mustofa juga harus mengakui kehebatan dan pengalaman pebulutangkis peringkat kedua dunia Lee Chong Wei.

Ihsan dihajar Chong Wei dengan skor 9-21 dan 18-21. Sementara Jonatan Christie, yang sempat menaklukan Lin Dan, pemain peringkat ketiga dunia dari Tiongkok, dikalahkan Jan O Jorgensen asal Denmark. Sempat menang 21-14, Jonatan, akhirnya menyerah 19-21 dan 14-21.  Sebelumnya, Jorgensen juga mengalahkan pemain tunggal Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting dengan skor 22-20 dan 25-23.

Ricky Soebagdja, Manajer Tim Indonesia di BIOSSP 2016 merasa kecewa dengan torehan buruk tersebut. "Saya secara pribadi sangat kecewa," katanya. Ricky membantah jika waktu yang mepet dengan Piala Thomas dan Uber, menjadi penyebab kekalahan tim Indonesia. Sebelum tempur di lapangan, dia menyatakan, para pemain menyatakan kesiapannya. Nyatanya, sejak babak awal, ganda putra dan ganda campuran Indonesia, sudah kalah.

Atas kekalahan itu, Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, menekankan pentingnya evaluasi. "Kami akan melakukan evaluasi, mengenai apa saja yang perlu diperbaiki,” katanya. Rexy sempat kecewa dengan pernyataan Tontowi, yang setelah kekalahannya menyatakan, ada tekanan untuk menjadi juara.

Menurut Rexy, tidak ada yang mengharuskannya meraih juara. Namun, dia menegaskan, mestinya ambisi menjadi juara datang dari Tontowi. "Ini (meraih juara) mestinya datang dari dirinya sendiri. Sebagai pemain yang sudah juara dunia dan juara All England tiga kali, saya rasa wajar kalau Tontowi ditargetkan juara di sini (BIOSSP). Ini baru Indonesia Open, bagaimana di olimpiade nanti? Tekanan pasti akan lebih besar,” kata Rexy.

Tiga legenda bulutangkis Indonesia Christian Hadinata, Hariyanto Arbi, dan Alan Budikusuma juga prihatin atas kegagalan di Indonesia Open. "Saya prihatin karena atlet-atlet yang dipersiapkan ke olimpiade tidak bisa mencapai babak akhir," katanya. Namun, Christian mengapresiasi banyaknya atlet muda yang mencatat prestasi.

Alan Budikusuma menganggap wajar kekalahan pemain muda Indonesia. Dia mencontohkan kekalahan Jonathan atas Jorgensen. "Lawannya Jonatan sangat berpengalaman, ada celah sedikit saja berbahaya buat Jonatan. Namun, Jonathan punya potensi bagus di masa depan. Jangan pernah berpikir kalah sebelum bermain,” katanya.

Hariyanto Arbi mengapresiasi perjuangan Jonathan, Ihsan, dan Anthony. Dia pun yakin, mereka akan menjadi masa depan bulutangkis Indonesia. Namun, dia mengkritik, pada pertandingan perempat final, Jonatan menggebu-gebu di awal, belum bisa mengontrol diri dan terlalu diforsir. "Jadi di game kedua dan ketiga staminanya drop,” kata Hariyanto.

Gita Wirjawan, Ketua Umum PP PBSI mengapresiasi perjuangan Ihsan. Menurut Gita, Ihsan sudah berjuang maksimal dan sempat mengejar di game kedua. "Harus kita akui Lee Chong Wei lebih berpengalaman dan masih lebih unggul, ini bisa jadi pelajaran untuk Ihsan kedepannya,” ujar

PBSI memang harus berbenah. Kekalahan kali memang cukup memalukan. Apalagi, Indonesia gagal membawa pulang Piala Thomas dan Uber yang sudah sekian lama tak diraih. Salah satu upaya yang dilakukan, Rexy menegaskan, akan meminta target pemain pelapis kedua. "Akan kami challenge mereka, bisa nggak jadi juara?” katanya.

Rexy pun menyakini, dua tahun lagi, Indonesia memiliki tiga pemain tunggal terbaik dunia. Ketiganya adalah Ihsan, Jonathan, dan Anthony. Kualitasnya tidak jauh berbeda dengan pemain top 10 dunia. "Jonatan, Ihsan dan Anthony silih berganti mempersulit pemain-pemain di Top 10, mereka hanya kurang tenang saja, sering terprovokasi lawan, masih labil,” ujar Rexy.

Usai menundukan Ihsan, Chong Wei juga memperkirakan, Ihsan dapat menjadi salah satu pemain 10 top dunia. Lee Chong menilai, Ihsan bermain dengan percaya diri dan memiliki semangat luar biasa. "Saya lihat fighting spirit-nya juga bagus, kalau dia lebih banyak ikut pertandingan dan banyak pengalaman, saya rasa Ihsan bisa masuk Top 10 dunia,” kata Chong Wei.

Dia menyamakan Ihsan seperti mantan pebulutangkis dunia asal Indonesia Taufik Hidayat. "Ihsan adalah pemain menyerang. Sayang, hanya kurang pengalaman saja, dalam satu-dua tahun lagi dia bisa lebih bagus,” tuturnya.

Meski kalah dari Chong Wei, Ihsan bersyukur karena bisa sampai ke babak semifinal. Saat menghadapi Chong Wei, Ihsan memang berupaya keras. Dia berupaya menembus pertahanan Chong Wei dengan smash tajamnya. Namun, Chong Wei yang jauh berpengalaman, mampu menghalau serangan Ihsan. Sementara Ihsan, senantiasa kebobolan saat menghadapi serangan Chong Wei.

Di babak kedua, Ihsan sempat memimpin perolehan angka, 8-7. Namun, Chong Wei berhasil mengambil alih permainan dan mengungguli Ihsan. Sempat tertinggal, Ihsan mencoba bangkit. Perolehan Ihsan sempat mendekati Chong Wei, 18-19. Namun, Chong Wei berhasil menutup permain, dengan skor 18-21.

Bagi Ihsan, pertarungan menghadapi Chong Wei merupakan pengalaman berharga. "Saya banyak belajar dari pemain sekelas Lee Chong Wei. Saya pelajari teknik permainan dan ketenangannya di lapangan,” katanya. Dia juga mengaku sering melakukan kesalahan karena feeling yang kurang tepat dan shuttlecock yang dipakai lajunya kencang. "Jadi, saya sering ragu-ragu takut out,” beber Ihsan.

Di ajang bulutangkis dunia, Indonesia memang menjadi salah satu negara yang disegani, meski jarang menggodol piala. Saat Piala Thomas yang digelar di Kunshan, China, Mei 2016 lalu, Indonesia ditaklukan Denmark di laga final.

Tunggal putra Denmark Hans-Kristian Vittinghus berhasil mengantarkan negaranya meraih Piala Thomas untuk pertama kalinya setelah lima kali kalah menghadapi Indonesia di laga final Piala Thomas. Hans mengalahkan Ihsan, dua set langsung, 21-16 dan 21-7. Denmark versus Indonesia berakhir dengan kedudukan 3-2. Denmark menyapu semua dari tiga nomor tunggal, sedangkan Indonesia berhasil di dua ganda putra.

Indonesia tercatat 13 kali meraih Piala Thomas. Prestasi itu diraih tahun 1958, 1961, 1964, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000, dan 2002. Indonesia juga telah enam kali menjadi runner-up Piala Thomas, masing-masing pada 1967, 1982, 1986, 1992, 2010, dan 2016.

Kegagalan meraih juara di BIOSSP, Thomas dan Uber di tahun 2016, harus benar-benar menjadi pelajaran bagi Tim Bulutangkis Indonesia. Pebulutangkis muda Indonesia, diharapkan dapat kembali menorehkan prestasi yang diraih para pendahulunya.

M. Yamin Panca Setia

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : Badminton Indonesia/Antara
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1096
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Energi & Tambang