AKARPADINEWS.COM | DI Jakarta, terdapat banyak tempat nongkrong bersama keluarga, rekan seprofesi maupun sekomunitas. Beragam konsep dan menu ditawarkan. Nah, salah satu tempat mangkal yang menarik dikunjungi adalah Warung Apresiasi (Wapress).
Didirikan 19 Oktober 1992, Wapress terletak di Bulungan, di kawasan Blok M Plaza, dekat Gedung Olah Raga (GOR) Bulungan. Wapress tidah hanya menjadi tempat santai dan terbuka. Namun, menjadi ruang bagi seniman yang ingin berkreativitas dan unjuk kebolehan.
Awalnya, tempat ini terbengkalai, yang didesaki sampah. Melihat kondisi itu, Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ), menyulapnya menjadi tempat mangkal mereka mengekspresi kreatifitas dengan suasana kafe yang santai. Berangat dari keinginan itu, dibentuklah Wapress yang terletak di antara Hall B dan Hall C Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan.
Dengan dekor yang sederhana, kafe ini dapat menampung hingga 100 orang. Sebuah panggung berukuran 4×4 meter disediakan, berada di tengah ruangan, lengkap dengan perlatan musik dan sound system yang siap digunakan. Di depan panggung, terdapat taman kecil. Sekitar pukul 21.00, suguhan musik dilantunkan. Pengunjung juga dapat menikmati menu istimewa, dengan harga yang terjangkau.
Nama Wapress bersumber dari ide Anto Baret, pendiri, dan masih aktif menjadi pengurus Wapress. Keberadaan Wapress diharapkan dapat menjadi sumber informasi, ruang diskusi dan ekspresi seniman dari berbagai lintas seni, baik itu musik, pertunjukan maupun sastra. Karena menjadi ajang kreatifitas para seniman, Wapress menjadi pilihan masyarakat yang ingin mendapatkan sentuhan seni. Misalnya, acara Sastra Reboan yang diadakan tiap bulan dan menyajikan perform musik, pembacaan puisi, launching, dan bedah buku.
Wapress juga menjadi tempat untuk pameran lukisan, foto, maupun pemutaran film. Beberapa seniman besar seperti WS Rendra, Sutarji Calzoem Bachri, Amien Rais, Hidayat Nur Wahid, Sujiwo Tedjo, AGS Arya Dipayana, Rieke Diah Pitaloka, Maudy Koesnady, Cornelia Agatha, dan seniman lainnya, pernah pentas di sana.
“Saya di Wapress sejak 2002, bersama-sama dengan KPJ, tempat ini terbuka untuk teman-teman yang ingin bermusik, berteater, dan lainnya, untuk berekspresi, dan menampilkan karya sendiri dengan gratis. Di Jakarta, susah untuk (mendapatkan) tempat seperti ini, harga sesuai dompet dan bisa menikmati hiburan menyenangkan.” ucap Heru, vokalis Secon Hand, yang tampil di acara Sastra Reboan.
Di kafe yang buka pada pukul 20.00 tersebut, pengunjung bisa merasakan keakraban dan kehangatan. Teman-teman Wapress menyambut ramah dan akrab. Saat berkunjung ke sana, seakan menjadi rumah bersama, bagi para seniman, khususnya generasi muda kreatif yang ingin mementaskan karya dan mendapatkan apresiasi.
Namun, sejak Wapress berdiri, pengunjungnya kini tidak seramai dulu, karena tidak intensif menggelar pertunjukan seni. Meski tak bisa dipungkiri, Wapress masih memiliki tempat di hati para seniman hingga saat ini.
“Wapress sejak 2004-2006 sangat ramai pertunjukan, dari Senin sampai Kamis, band-band berkarya, tidak sama aliran musiknya, model dangdut, rock, etnik dan bisa tutup hingga jam dua malam. Di Wapress kita bisa bersantai, makan, dan pulangnya membawa perasaan yang menyenangkan,” ungkap Cakranada, yang membawakan musikalisasi puisi.
Ratu Selvi Agnesia