Kolaborasi Apik Balet-Jazz di The Nutcracker

| dilihat 2498

AKARPADINEWS.COM | The Nutcracker adalah kisah perayaan Natal favorit bagi warga Rusia yang mendunia. Dongeng  ini ditulis Ernst Theodor Amadeus Hoffman, asal Jeman pada tahun 1816 dengan judul asli The Nutcracker and The Mous King. Judul ini berubah menjadi The Nutcracker sejak dipentaskan dalam konser balet di Rusia tahun 1892.

Pada pertunjukan tersebut, The Nutcracker menuai sukses. Tidak hanya karena kesempurnaan permainan baletnya, kesuksesannya juga tidak terlepas dari komposisi musik luar biasa yang diciptakan Peter Ilyica Tchaikovsky, komponis besar Rusia.

Hingga saat ini, The Nutcracker menjadi kisah balet paling terkenal di dunia selain Giselle, Swan Lake, La Sylphide dan sebagainya. Kepopuleran dan daya tarik kisahnya menginsiprasi Rumah Karya Sjuman bersama Ballet Sumber Cipta sebagai salah satu sekolah ballet tertua di Indonesia untuk menampilkan pertunjukan The Nutcracker in Jazz pada 19-20 Desember 2015 di di panggung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Pertunjukan ballet keluarga Syuman ini hasil kolaborasi pimpinan Arya Yudistira Syuman selaku Artictic Director dan koreografer bersama Aksan Sjuman sebagai Music Director. Pertunjukan ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi  terhadap seni musik dan tari, selain juga cocok untuk ditampilkan bertepatan menjelang momentum perayaan natal.

Sebelumnya, The Nutcracker dipentaskan oleh Farida Oetoyo (alm) pendiri Ballet Sumber Cipta dalam bentuk repertoar ballet klasik pada tahun 2011. Kali ini, The Nutcracker dipentaskan dalam bentuk tari dengan aransemen musik kontemporer.

Begini kisahnya. Pada saat malam Natal yang indah, dan dirayakan dengan tari-tarian, seorang gadis cilik bernama Clara mendapat hadiah istimewa boneka Nutcracker (pemecah kacang) dari paman Dross. Boneka ini pula yang menggiring Clara memasuki dunia mimpi lain, menyaksikan pertarungan kawanan tikus dan raja tikus dengan Nutcracker bersama pasukannya.  

Selanjutnya, buliran salju dan menjelajah ke hutan yang indah bersama sekawanan burung yang terbang dengan bebas hingga perjumpaan Clara di istana dengan sambutan hangat peri Sugarplum dan sang pangeran yang memperkenalkan Clara dengan warga istana.

Mereka menari dengan bahagia hingga akhirnya Clara berpamitan. Ternyata, segala keindahan itu adalah mimpi semata. Clara terbangun bersama boneka Nutcracker yang ia peluk erat selama tidurnya dan menemaninya melakukan petualangan dalam mimpi.

Segala mimpi Clara dalam Nutcracker disajikan dalam bentuk tarian balet kontemporer, musik jazz, dan balutan multimedia, ketiga elemen inilah yang menjadikan pertunjukan ini menjadi berbeda dengan pertunjukan balet lainnya. “Kami membuat sesuatu yang baru karena memberikan sentuhan tari kontemporer dengan masuknya musik jazz,” tutur Arya Yudhistira Syuman saat konferensi pers di Jakarta, (18/12).

The Nutcracker in Jazz merupakan hasil aransemen para musisi selama enam bulan yang terdiri dari pengajar, alumni, dan siswa terpilih Sjuman School of Music pimpinan Aksan Sjuman. Sedangkan para musisi orchestra dimainkan Fantasia Orchestra dan Big Band.

Menariknya, pada awal pertunjukan terlihat dua orchestra, dapat saling melengkapi satu sama lain, dengan rasa jazz yang kental dan instrumen musik klasik.   

“Pertunjukan ini menjadi satu-satunya di dunia, di mana balet bersama iringan musik jazz dan ini sudah standar internasional,” tegas Aksan Sjuman. Gagasan kreativitas inilah yang dianggap menjadi keunggulan dalam pertunjukan ini.

Menurut Aksan, musik dirancang dan diaransemen selama enam bulan. Sedangkan proses tari sekitar empat bulan lamanya. Selanjutnya, antara tari dan musik digabungkan sebelum pertunjukan.

Hal lain yang juga menarik dalam pertunjukan ini adalah regenerasi koreografer muda dengan mempercayakan Sekararum Nirmala dan Nabilla Rasul, selain Arya Yudhistira Syuman sebagai koreografer dan pimpinan Ballet Sumber Cipta.  

The Nutcracker in Jazz melibatkan 120 penari yang terdiri dari para murid Balet Sumber Cipta, dari usia delapan tahun hingga dewasa dan pendidik. Tentu tidak mudah mengatur para penari dalam proses latihan. Sekararum Nirmala merasakan kendala selama latihan adalah mengatur penari anak-anak.

Dalam urusan multimedia dan tata cahaya, terlihat sentuhan kecanggihan teknologi yang mumpuni. Panggung terlihat mewah. Sekaligus elemen visual ini mampu menciptakan ruang dan atmosfer yang berbeda di setiap pergantian tiga babak.

Di mulai dari suasana natal hingga penonton terasa diajak memasuki dimensi lain ketika Clara berpindah ke alam mimpi dan ilusi. Panggung The Nutcracker in Jazz yang berkisah tentang suasana kehangatan malam Natal dan impian Clara sepertinya ditujukan untuk penonton anak-anak dan keluarga, dengan visual panggung yang mengambarkan suasana Eropa, mulai dari tari, kostum, properti, dan lainnya. The Nutcracker in Jazz, suguhan drama balet dan musik jazz dengan citarasa Eropa yang layak untuk dinikmati.   

Ratu Selvi Agnesia 

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Ekonomi & Bisnis
12 Des 25, 06:53 WIB | Dilihat : 83
Pertamina Kirim LPG dengan Sling Load Helikopter
31 Okt 25, 07:16 WIB | Dilihat : 461
Kinerja Solid Pertamina NRE Lampaui Target
30 Okt 25, 00:14 WIB | Dilihat : 455
Optimus Tetap Program Utama Pertamina Hulu Energi
Selanjutnya
Polhukam