Melayu Forever Night

Forum Melayu Bangkit : Semarak dan Original

| dilihat 3028

JALAN ke arah Kemang, Jakarta Selatan, yang macet tak alang, Selasa (12/1/16) malam itu membuat kesal. Beberapa teman yang berangkat sejak beberapa jam sebelumnya, membelokkan kendaraan ke masjid di perempatan Prapanca untuk salat Maghrib.

Selepas itu, merambat lagi dalam sergapan macet hingga di depan kantor Walikota Jakarta Selatan. Begitu juga mereka yang datang dari arah tol Jakarta Outer Ring Road, Warung Buncit, dan Cipete.

Malam itu, mereka bergerak menuju ke Batik Lounge – Grand Hotel Kemang, yang terletak persis di depan Sekolah Al Azhar. Di situ, digelar acara eksklusif Melayu Forever Night oleh sejumlah alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang tergabung dalam grup komunikasi WA (WhatsApp) Kahmi Forever Pecinta Lagu Melayu (PLM).

Geisz Chalifah – promotor dan maesenas -- yang tak pernah lelah menggelar acara musik Melayu didapuk untuk menyajikan pergelaran dalam format kecil tapi berdampak besar. Khasnya dalam memajukan musik dan budaya Melayu.

Geisz tak hanya memilih penyanyi dan musisi yang pas, dia juga memilih stages manager yang paham format, dengan rundown yang apik, mengikuti irama jiwa para pecinta musik melayu. Termasuk Menteri Agraria dan Tata Ruang – Ferry Mursidan Baldan (FMB) dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Semua diundang hanya melalui komunikasi selular.

Pada saatnya tiba, Geisz membuka. Dia cerita ihwal bagaimana menghelat pergelaran musik melayu dalam beragam format. Lantas memanggil anggota parlemen, Irgan Chairul Machfudz yang didapuk sebagai tuan rumah. Irgan bicara. Dia mengulas sedikit tentang proses terjadinya pergelaran itu (Melayu Forever Night Citarasa Cendekia).

SENOPATI BERJOGET MELAYU DENGAN DARMANSYAH. DALAM KORIDOR ETIK.

“Kita jadikan pergelaran ini sebagai awal dari Forum Melayu Bangkit alias FMB,”ungkap Irgan.

FMB adalah juga initial Ferry Mursidan Baldan, yang sama menyintai musik dan kebudayaan Melayu. Seketika, Darmansyah (yang juga Ketua Umum Lembaga Pengembangan Budaya Melayu) siap-siap melantunkan lagu pembuka.  Ferry masuk dan langsung duduk santai dekat dengan Bursah Zarnubi – aktivis yang galak ketika berdemonstrasi tapi mudah berlinang air mata kerap mendengar lagu Timang-Timang-nya Said Effendy.

Tampak di ruangan yang tak terlalu besar itu para cendekiawan, eksekutif profesional, politisi, dan budayawan. Ada Fachry Mochammad, Imam Suharjo, Ulla Usman, Rheny, Hamid Basyaib, Sujana Sulaeman, Tigor Sihite, Ade Adam, Ichan Loulembah, dan lain-lain. Suasananya semarak dan original.

Seperti kata penyanyi Nong Niken Astri, di ruangan itu banyak para ‘insan cita,’ yang selain cendekia, juga kreatif. Karenanya, dia yakin, musik melayu bakal hidup terus didukung mereka.

Seluruh rangkaian musik dan lagu Melayu pun disajikan oleh para penyanyi : Darmansyah, Nong Niken Astri, Febri’na, dan Jelia, diiringi permainan accordion, keyboard dan piano oleh Butonk Olala dan Saleem yang menyajikan musik dengan aransemen apik.

Tembang-tembang Melayu ‘master’ yang populer melalui Said Effendi, M.Mashabi, P. Ramlee, dan Ahmad Jaiz. Juga tembang melayu populer yang lebih baru, silih berganti disajikan. Bagai sahut menyahut antara lagu yang satu dengan lagu yang lain.

Madu Tiga yang didendangkan Darmansyah, berbalas dengan Ke Mana kan Kucari Ganti yang didendangkan Nong, berpaut Patah Hati yang lirih yang dimedley dengan Selamat Tinggal Bungaku oleh Butonk dan Darmansyah. Seolah memberi aksentuasi atas realitas hidup yang tercermin dalam Selasih dan Bunga Melur.

Sejumlah pengunjung tak sanggup menahan kaki untuk berjoget melayu, berpadan zapin yang memang berbasis estetika – artistika – etis. “Inilah Melayu, meski berjoget tetap punya batas, tak ada saling tatap, lirik-melirik, jeling menjeling,”ungkap Geisz. Tetap dalam koridor etika.

Ferry beberapa kali diminta menyanyi ke atas pentas. Maka terdengarlah suaranya mendendangkan Cinta Hampa, yang dihentak duet apik Nong dan Febri’na mendendangkan Sabda Cinta. Beberapa lagu Husein Bawafie, yang pernah dipopulerkan M. Mashabi mengalun indah lewat suara Jelia yang masih belia.

USAI PERGELARAN ANGGOTA GROUP KF PECINTA MUSIK MELAYU - ARTIS & MUSISI FOTO BERSAMA DENGAN FERRY MURSIDAN BALDAN

YAYAN, RHENY, DR. ULLA, DAN LIES - DARI BERAGAM PROFESI (DOSEN, POLITISI, AKTIVIS KEMANUSIAAN) MENIKMATI MUSIK MELAYU.

Seketika hadir Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan – sesaat Nong usai melantunkan Bungaku yang populer oleh M. Mashabi, dan hendak menghadirkan Rentak 106. Ada jeda sesaat. Nong spontan mengundang ke pentas dan mewawancarai Ferry dan Anies ke pentas.

“Pak, tanpa pemberitahuan resmi, apa yang membuat bapak ringan langkah menuju ke perhelatan malam ini?”tanya Nong.

“Melayu itu musiknya ngangenin,” kata Anies. Lalu buka kartu, “Saya sempat bbm Geisz. Bila saya bisa, saya hadir. Lebih baik saya tiba-tiba hadir daripada sudah janji tiba-tiba saya batalkan," katanya. Lantas Nong bertanya tentang dukungan Anies pada musik melayu.

Ini yang menarik. Anie mengatakan, musik Melayu itu jangan hanya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Tapi juga harus menjadi tamu terhormat di negeri lain. Anie mengambil amsal musik dan lagu India, yang tak kita pahami makna syair dan liriknya, tetapi digemari.

“Kalau musik India bisa menguasai dunia, kenapa Melayu tidak?” tanya balik Anies. Ia katakan, harus ada kebanggaan dari anak negeri untuk memperkenalkan musik melayu ke manca negara. Caranya? “Setiap kita, harus punya CD musik melayu, termasuk di mobil. Perdengarkan itu, sehingga anak-anak kita mendengar dan kelak menikmatinya.”

Akan halnya Ferry Mursidan mengatakan, secara historis Indonesia merupakan rumpun melayu. Karenanya, untuk memajukan musik dan budaya melayu, perlu perlu dukungan dari semua kalangan, agar musik melayu semakin dicintai di negerinya sendiri.

Seketika, Nong mengundang beberapa penyanyi lain untuk berdendang bersama Ferry dan Anies, melantun Rentak 106 (atawa Pak Ketipak Ketipung). Suasana pun hangat, mesra, dan intim. Seperti diungkapkan Hamid Baysaib, musik melayu mampu menciptakan suasana karib yang khas.

“Pergelaran musik melayu itu menjadi wahana untuk menghadirkan silaturrahim yang original, tanpa basa-basi,” ungkap Ferry.

“Bikin usia kita mundur lagi lima belas tahun lalu,” ungkap Imam Suharjo yang turun berduet dengan Darmansyah mendendang lagu Seroja. Dan, lagi.. dengan gaya khas masing-masing, mereka berjoget melayu yang gerak dan iramanya tertata, seperti dihadirkan Geisz dan Senopati.

JELIA YANG MASIH BELIA. PENYANYI MELAYU GENERASI BARU YANG BOLEH DIHARAPKAN.

FEBRI'NA DIIRINGI ACCORDEON BUTONG, MENDAYU DAN MERENTAK DENDANG MELAYU

Lepas dari apapun juga, pergelaran yang dirancang spontan, itu seperti ungkap Irgan, diharap mampu terus menghidupkan spirit Melayu. Apalagi kini kini sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Rheny – anggota parlemen dari Komisi X – yang sempat mendendang lagu Cindai, malam itu berharap, kesadaran untuk memajukan seni dan budaya bangsa ini terus terpelihara. “Budaya harus dirawat dan dikembangkan, dengan kesungguhan. Kalau musik, ya harus berpentas,” ungkap Fachry Mohammad – yang tak pernah bosan menyajikan tembang melayu lewat Radio Al Khairat – Manado.

“Tak Melayu hilang di bumi.. tak hilang di dunia,”cetus Nong mengutip pameo yang populer itu..  

Grup WA Kahmi Forever tak hanya berisi pecinta musik melayu saja. “Sebelumnya ada Group WA Pecinta Pantun yang tak kalah riuh penggemarnya, dan Group WA Pecinta Lagu Sunda,”jelas Irgan. Termasuk Group WA Jalan Sehat yang sudah tersebar di 44 kota, plus tiga kota di luar negeri, yang digalang oleh Sujana Sulaeman. Juga ada group WA lain yang membahas soal ekonomi dan bisnis.

Sabtu, 6 Februari 2016 akan digelar serentak jalan sehat di Kebun Raya Bogor, dan serempak dan serentak dilakukan di seluruh kota yang sudah terbentuk itu.| Bang Sem

Editor : sem haesy | Sumber : FOTO KHAS DOK. NONG NIKEN & KFPLM
 
Sainstek
Lingkungan
03 Des 25, 18:35 WIB | Dilihat : 242
Jangan Pernah Menentang Semesta
04 Agt 25, 02:48 WIB | Dilihat : 1001
Almaty Kazakhtan Sentra Suara Akal Sehat
16 Jun 25, 13:19 WIB | Dilihat : 1178
JFF 2025 Menyegarkan Imagineering Jakarta
Selanjutnya