Tsunami dan Pasang Purnama Terjang Pantai Banten

| dilihat 1554

Dinihari kelam mengantar musibah ke Lampung Selatan dan Banten. Setelah terjadi simpang siur berita tentang tsunami yang terjadi sepanjang pantai Anyer sampai Ujungkulon sampai dinihari, akhirnya BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) memastikan, peristiwa air laut yang menerjang kawasan pantai Banten itu, adalah tsunami.

Untuk pertama kalinya, berita tentang tsunami anyer itu dikabarkan oleh portal berita Kumparan (Sabtu, 23/12/18). Lantas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, lewat akun twitternya membantah.

Dia menyatakan, gelombang tinggi di Pantai Anyer bukan tsunami. "Ini bukan tsunami. Juga bukan disebabkan letusan Gunung Anak Krakatau. Tapi gelombang pasang karena bulan purnama. Masyarakat harap tenang," kata Sutopo, seperti kemudian dikutip Kumparan.

BMKG hingga dinihari masih menggunakan istilah tsunami, namun tak memastikan apa penyebabnya. BMKG hanya menyatakan, tsunami itu terjadi bukan tersebab oleh gempa.

Pada dinihari itu pula, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati saat konferensi pers di Kantor BMKG, Jakarta, Ahad (23/12), meyakinkan, bahwa gelombang besar yang memakan beberapa korban itu, adalah tsunami. (baca: Pasang Naik Kala Bulan Purnama Kasmaran)

Dwikorita mengemukakan, BMKG berupaya mengumpulkan seluruh informasi dan menganalisis karena ada beberapa hal yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan, pada rentang waktu mulai tanggal 21-22 Desember.

"Jadi pada tanggal 21 Desember Badan Geologi mengumumkan terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau dan level meningkat pada level waspada," ungkapnya.

Mulai kemarin (Sabtu, 22/12/18) pukul 07.00 WIB< BMKG juga memberikan peringatan dini, karena telah menganalisis dan mendeteksi ada potensi gelombang tinggi di perairan Selat Sunda, diperkirakan mulai kemarin 21 sampai 25 Desember.

"Ini dua peristiwa berbeda tapi terjadi di waktu yang sama dan lokasi yang sama-sama di perairan Selat Sunda. Pertama adalah erupsi Gunung Anak Krakatau dan kedua potensi gelombang tinggi," lanjut keterangan BMKG, itu. 

Tanggal 22 Desember pukul 09.00 - 11.00 WIB tim BMKG berada di perairan Selat Sunda untuk melakukan uji coba instrumen di situ, terverifikasi terjadi hujan lebat dengan gelombang dan angin kencang.

Karena itu, ungkap Dwi, tim kami kembali ke darat dan akhirnya masih tanggal 22 Desember pukul 21.03 WIB Badan Geologi mengumumkan terjadi lagi erupsi Anak Gunung Krakatau. Kemudian pukul 21.27 wib, Tidegauge Badan Informasi Geospasial yang terekam BMKG menunjukkan, ada kenaikan muka air pantai, tiba-tiba. Ada kenaikan air.

"Kami analisis, kami memerlukan waktu apakah kenaikan air air pasang akibat fenomena atmosfer yang ada gelombang tinggi yang ada bulan purnama. Namun, ternyata setelah analisis lanjut, gelombang itu merupakan gelombamg tsunami," jelas Dwi.

Dijelaskannya, tipe pola tsunami yang berlangsung di Anyer, mirip dengan yang terjadi di Palu, Sulawesi Utara, sehingga Kantor BMKG berkoordinasi segera dengan Badan Geologi dan sepakat,  bahwa diduga indikasi yang terjadi memang, pada hari yang sama ada gelombang tinggi, purnama, dan erupsi Anak Gunung Krakatau yang diduga menyebabkan tsunami.

Jadi tsunami yang terjadi bukan karena gempa, karena tidak ada gejala tektonik, yang menyebabkan tsunami sehingga setelah BMKG berkoordinasi, menytakan, bahwa diduga akibat erupsi (Anak Krakatau) tersebut kemungkinan bisa langsung atau tidak langsung memicu terjadinya tsunami.  

BMKG masih akan terus melakukan pengecekan lapangan pada Ahad (23/12/18). "Kami masih perlu mengecek pada saat sudah terang, kami mencurigai longsor karena pola grafik tsunami periodenya pendek-pendek dan mirip seperti Palu karena longsor. Besok pagi kami berupaya mengumpulkan data lagi apakah benar itu karena longsor tebing," ungkap Dwi.

Kepala BMKG itu, lantas mengemukakan, tsunami cukup jauh sampai Bandar Lampung, Cilegon, Serang, Banten dan artinya energinya cukup tinggi. "Sehingga yang paling penting bagi masyarakat tenang, namun jangan berada di pantai Selat Sunda, baik di wilayah Lampung, Banten, Serang, itu jangan kembali dulu. Karena pemicunya ini masih diduga," tegasnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data terbaru akibat tsunami di Selat Sunda dan mengabarkan tsunami, itu menimbulkan kerusakan di Pandeglang, Lampung Selatan, dan Serang.

Sampai Ahad (23/12/18) subuh, tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang dan puluhan bangunan rusak di wilayah Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, dan Lampung Selatan.

"Data korban kemungkinan masih akan terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak di data," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Ahad (23/12).

Di Kabupaten Pandeglang daerah yang terdampak terdapat di Kecamatan Carita, Panimbang dan Sumur, menurut BNPB, data sementara mencatat 14 orang meninggal dunia, 150 orang luka-luka, 43 rumah rusak berat, 9 unit hotel rusak berat dan puluhan kendaraan rusak. Daerah yang terdampak parah adalah permukiman dan kawasan wisata di Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita.

Di Kabupaten Lampung Selatan, t 3 orang meninggal dunia dan 11 orang luka-luka. Sedangkan di Kabupaten Serang, 3 orang meninggal dunia, 4 orang luka dan 2 orang hilang. Daerah yang terdampak di Kecamatan Cinangka.

Kumparan memberitakan, grup band Seventeen merupakan korban tsunami yang menerjang Banten, Sabtu (22/12). Tsunami menerjang dan merobohkan panggung, dari arah belakang panggung, ketika band yang terbentuk tahun 1999 ini tengah mengisi salah satu acara di Tanjung Lesung Beach Resort, Pandeglang - Banten.

Tsunami menerjang dan merobohkan panggung, ketika Seventeen baru menyajikan satu lagu, dan pengunjung belum lagi ramai.

Terkabarkan, Bani, bassist Seventeen dan Oki, road manager mereka, meninggal dunia. Tiga personel Seventeen lainnya, sampai pagi, dikabarkan. Ifan, vokalis band ini, selamat.  Selain mereka, pengunjung yang menonton penampilan mereka juga menjadi korban, dan meninggal dunia.

Grup band Seventeen manggung di situ untuk menghibur dalam acara yang digelar PLN.

Sampai Ahad pagi masih banyak dugaan penyebab tsunami di sekitar Selat Sunda dan bibir pantai Samudera Indonesia, itu. Belum dipastikan benar, apakah tsunami itu tersebab oleh erupsi atau longsoran Anak Krakatau.

Pada 24 Oktober lalu, gunung ini sempat erupsi, melontarkan batu dan abu pekat yang sempat menggerakkan gelombang laut di Selat Sunda.

Percikan api besar, kala itu, dapat dilihat hanya beberapa meter dari perahu wisata, dan orang-orang di perahu itu terkejut mendengar ledakan dan gemuruh. Mereka segera meninggalkan laut, menuju ke pantai. | Ki Sabrang

Editor : Web Administrator | Sumber : BNPB, BMKG, Kumparan, dan sumber lain
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 429
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1006
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 237
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 713
Momentum Cinta
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 219
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 434
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 432
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 401
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya