Pengalaman Perempuan Mengajar di Hutan 'Sokola Rimba' di Putar di Amerika

| dilihat 2203
Prisa Nasution dalam film "Sokola Rimba'. Foto: Cuplikan Film/IST
 
 
 
WASHINGTON DC, AKARPADINEWS.Com - Film Indonesia yang diadaptasi dari sebuah novel karya Butet Manurung“Sokola Rimba”atau“The Jungle School” diputar perdana di sebuah Festival Lingkungan Hidup di Washington DC dan mendapat sambutan hangat dari para penonton. 
 
Film Sokola Rimba diangkat dari pengalaman nyata aktivis pendidikan Butet Manurung yang mengabdikan dirinya mengajar membaca dan berhitung kepada anak-anak Suku Anak Dalam yang tinggal di pedalaman hutan di provinsi Jambi. Pengalamannya telah dituangkan dalam buku berjudul “Sokola Rimba” yang terbit pertama kali pada tahun 2007.Buku itu diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dengan judul “The Jungle School”
 
National Museum of Women in the Arts Washington DC menurut laporan voa, pada Selasa malam (25/3) lalu dipenuhi para pencinta film yang hendak menyaksikan film "Sokola Rimba" arahan sutradara Riri Rizadan diproduseri Mira Lesmana dari Milesfilm.
 
Pemutaran diikuti dengan diskusi interaktif dengan sutradaranya, Riri Riza.  Film yang sebagian besar menggunakan bahasa Rimba ini disambut hangat masyarakat Amerika, terbukti dengan ramainya diskusi usai pemutaran antara penonton dan Riri Riza.Melihat animo yang ada,Riri mengaku senang.“Senang sekali saya rasa ini buat seorang pembuat film pastinya kesempatan untuk menunjukkan film kita di luar lingkungan yang nyaman,” katanya.
 
 
Cerita tentang seorang perempuan yang mengajar anak-anak Rimba di pedalaman hutan ini, diputar dalam Festival Lingkungan Hidup di Washington DC. Riri mengatakan filmnya sarat dengan isu pendidikan, sosial dan lingkungan.“Film ini bicara soal bagaimana kita sebaiknya harus menyadari bahwa lingkungan, hutan, hutan tropis di Indonesia harus dijaga keseimbangannya, dan harus dijaga dimensinya. Karena ketika orang-orang Rimba mulai tertekan, dan perubahan terhadap mereka dipaksakan, yang terjadi adalah bencana,” tambah Riri.
 
Salah seorang penonton, Robin Tatu, mengaku ia belajar banyak dari film dan diskusinya. Ia mengatakan, “Saya senang diskusi tentang apa pentingnya untuk membiarkan orang-orang Rimba untuk tetap menjalankan hidup dengan cara mereka. Dan banyak yang bisa kita pelajari dari mereka. Mereka memiliki tradisi, pengetahuan tentang hutan dan pengetahuan tentang hidup.”Seorang penonton lain, Julie Sidharta, mengatakan ia semakin terdorong untuk menjadi relawan di Indonesia.“Saya sebenarnya sudah lama ingin kembali ke Indonesia, mungkin 1-2 bulan setiap tahun dengan maksud untuk menjadi semacam sukarelawan untuk memberikan sesuatu kembali ke Indonesia. Karena saya selalu memberikan kembali ke lingkungan saya disini di Richmond, Virginia dan saya rasa sekarang sudah waktunya untuk kembali ke Indonesia,” ujar Julie. 
 
Di dalam Film Sokola Rimba, Butet Manurung diperankan oleh aktris Prisia Nasution.  Lokasi dipilih di Hutan Bukit 12 di Jambi dan didukung oleh aktor lokal asli Jambi. Di akui Mira Lesmana beberapa waktu, film ini adalah salah satu film terbaik yang dibuatnya.
 
Sang penulis, Butet Manurung, ketika meluncurkan bukunya  di Amerika beberapa waktu lalu yang diterbitkan versi bahasa Inggris dengan judul “The Jungle School” mengaku setahun pertama di Rimba, dirinya tidak bisa bahasa mereka.  Namun, kisah-kisah unik dan lucu dia tulis dalam diarinya.
 
Istri Duta Besar Singapura untuk Amerika, Gouri Minpouri, adalah salah seorang penyunting buku itu. Ia mengatakan, “Kini pesannya akan sampai ke lebih banyak orang. Yaitu tentang orang-orang Rimba yang menghadapi tantangan dalam mengemban tradisi yang telah mereka jalankan ratusan tahun. Pesan tentang perubahan lingkungan yang mereka hadapi dan tantangannya, pesan bahwa mereka perlu dipahami, bahwa mereka perlu pendidikan. Semua orang perlu pendidikan.”
Penyunting buku “The Jungle School” lainnya, Ro King, berharap film yang dibintangi Prisia Nasution dan orang-orang Rimba itu, bisa membantu meningkatkan pemahaman banyak orang akan kebutuhan warga minoritas.“Kami harap penonton senang dengan filmnya dan terkesan dengan ketulusan anak-anak Rimba, sehingga membuat mereka tertarik membeli bukunya. Karena hasil penjualan bukunya akan digunakan untuk membantu membangun Sokola-sokola lain di Indonesia,” papar Ro King.
 
Kini ada lima Sokola yang tersebar di Indonesia, termasuk satu Sokola yang baru dibuka di pedalaman Papua.
 
Editor : Nur Baety Rofiq
 
Energi & Tambang
Ekonomi & Bisnis
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 275
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 138
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya