
Catatan Bang Sèm
Tantangan besar dunia Abad 21 yang harus dihadapi generasi muda adalah perjuangan kemanusiaan, apapun hambatannya. Mendiang James (1933-2013) profesor revolusioner dan futuris dari Universitas Oxford - Inggris menyebut 17 tantangan besar. Dua di antaranya adalah melawan terorisme dan mencegah perang besar.
Martin juga menyebut singularitas, transhumanisma, dan merancang peradaban baru yang ditopang oleh gaya hidup berkelanjutan secara sehat, di atas keseimbangan nilai kearifan dan kecerdasan budaya (lokal dan global) berbasis sains dan teknologi.
Pandangan Martin dapat dipahami sebagai pemantik kesadaran untuk keluar dari jebakan kapitalisma global dan sosialisma mondial yang tak pernah henti menciptakan krisis di berbagai sektor kehidupan di seluruh dunia.
Gerakan mahasiswa yang semula sporadis merespon penjajahan penguasa zionis Israel yang didukung kuat oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman dan sekutunya, kini meluas sebagai 'gelombang dahsyat' yang mengalir di sungai-sungai kesadaran menuju ke samodera revolusi kebudayaan baru.
Israel sejak semula diberi peluang dan dilindungi Inggris untuk menduduki Palestina untuk dan atas nama 'mencapai tanah yang dijanjikan' memilih jalan zionisma untuk menguasa tanah air milik Palestina.
Lebih dari tujuh dekade, ideologi politik zionisma: ultra nasionalisma yang menyerukan dan membentuk negara Yahudi, sekaligus mendukung keberadaan Israel sebagai suatu negara yang harus menguasai seluruh wilayah tanah air dan budaya Palestina.

Eksistensi Palestina dari Peta Dunia
Zionisma yang menjadi aliran darah ideologi kaum ultra nasionalis Yahudi -- yang juga ditentang oleh umat Yahudi ortodox -- Israel sebagai 'negara' penguasa tanah rampasan -- mengubah landskap wilayah suci dan damai menjadi kawasan kejam dan menindas Palestina sebagai pemilik tanah dan kawasan itu.
Ganti berganti penguasa zionis Israel mengusir dan mengawasi lebih ketat terhadap rakyat pemilik sah tanah Palestina. Semua dilakukan oleh kebijakan pemerintah yang secara sadar dan sengaja menggerakkan gelombang kekerasan sebagai bagian dari tuntutan kembalinya 'tanah air' yang pernah mereka kenal.
Secara sistemik, terstruktur, massif dan berkelanjutan -- penguasa zionis Israel merampas apa saja yang dimiliki rakyat Palestina, termasuk nyawa mereka. Setiap langkah kebijakan penguasa zionis Israel berujung penghapusan Palestina dari peta dunia. Bahkan tak lagi menganggap rakyat Palestina sebagai manusia. (Ingat ulang perlakuan nista penjajah Belanda atas pribumi Nusantara yang menganggap anjing lebih mulia dari kaum pribumi).
Dari masa ke masa, kebijakan penguasa zionis Israel tak berubah. Mulai dari pemiskinan secara ekonomi, pembodohan secara sosial budaya, penghancuran dan perampasan aset, sampai tak ada lagi negara dan bangsa Palestina.
Sepanjang abad 20, ganti berganti penguasa zionis Israel yang didukung Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman dan sekutu lainnya melakukan kebijakan demikian dengan segala varian dan relasi kepentingannya.
Perjuangan rakyat Palestina dengan berbagai faksi di dalamnya, antara lain PLO (Palestine Liberation Organization) dengan Yasser Arafat sebagai tokoh utamanya, HAMAS (Harakat al-Muqawama al-Islamiya) dan berbagai kelompok lainnya yang menjadi wadah perjuangan kemerdekaan Palestina ( oleh media Barat disebut sebagai teroris ).

Menjerat Negara dan Bangsa di Dunia
Para penguasa zionis yang menguasai pemerintahan Israel, melalui kaum ultra nasionalis Yahudi dengan bentangan luas kapitalisma global, 'menaklukan' penguasa negara-negara besar (khasnya negara industri) khasnya Amerika Serikat dan sekutunya di NATO ( The North Atlantic Treaty Organization ).
Kaum ultra nasionalis Yahudi di berbagai belahan dunia, sangat intensif dan ekspensif menguasai politik kekuasaan di berbagai negara dalam persekutuan NATO. Dengan berbagai cara, para pemimpin negara-negara yang terikat perjanjian NATO tersebut melakukan pelemahan atas siapa saja yang dianggap musuh. Terutama negara-negara Arab.
Dari sisi militer, ekonomi, dan budaya (termasuk agama) mereka melakukan berbagai cara untuk memecah dan melemahkan (memantik dan memelihara perpecahan umat). Tanpa kecuali melalui pendekatan pilantropi politik, sosial, dan ekonomi. Antara lain dipelopori oleh George Soros yang gencar menebar jejaring kapitalisme global.
AS dan sekutunya di NATO berhimpun memasok senjata paling mutakhir dan canggih mengikuti perkembangan sains dan teknologi. Sekaligus membuka ruang luas bagi kaum ultra nasionalis Yahudi melakukan investasi.
Tak hanya dalam lingkungan ekonomi dan bisnis, jauh daripada itu adalah investasi di bidang budaya ( pendidikan, kesehatan, teknologi), sehingga secara bertalian menjerat seluruh negara dan bangsa di dunia. Gerakan sosialisma mondial, mereka taklukan dari jalur fiskal dan moneter. Terutama penguasaan sumberdaya alam.
Sasarannya adalah penguasaan dimensi natural dan kultural berbagai bangsa, yang dipercepat aksinya oleh kemajuan sains, industri, dan teknologi informasi. Mulai dari perang Arab - Israel (1948), Krisis Suez (1956), Perang Yom Kipur (1973), Perang Vietnam (-- dimulai dengan konflik Vietnam vs Laos vs Kamboja (1955) yang berulang dengan Perang Vietnam vs AS dan jatuhnya Saigon (1975), Perang Teluk (1990-1991), serta Runtuhnya Uni Sovyet (1991).

Israel Makin Brutal dan Pongah
Infiltrasi untuk melantakkan dunia Arab - Islam dengan berbagai aksi pemberontakan rakyat bersenjata untuk menggulingkan pemerintahan yang sah, menyusul invasi militer AS menjatuhkan Presiden Irak Saddam Hussein - 2003. Gerakan pemberontakan lantas terjadi di Tunisia - 2010, kemudian menyebar ke Libya - 2011, Mesir - 2011, Yaman - 2012, Suriah dan Bahrain). Gerakan pemberontakan yang melibatkan AS dan sekutunya, itu lantras diromantisasi sebagai ar rabi' al 'arabi alias Arab Spring mengadopsi sistem demokrasi Barat.
Gerakan tersebut juga menjalar ke Maroko, Aljazair, Yordania, Kuwait, Oman, Sudan, Djibouti, dan Mauritania. Palestina selama masa itu terabaikan dan membuat Israel leluasa melakukan aksi invasi penguasaan atas wilayah negara dan bangsa itu. Terus berlanjut hingga kini secara lebih biadab. Perdana Menteri Israel Benyamin Netanjahu memandang invasi sebagai sesuatu yang harus terjadi.
Lewat berbagai media dalam penguasaan oligark Yahudi (tanpa kecuali seluruh media, saluran dan platform) terutama media sosial yang menebarkan habitus singularitas secara negatif, aksi invasi - agresi dan genosida yang dilakukan zionis Israel makin menjadi - jadi. Mereka makin brutal dan pongah melakukan invasi, merampas hak hidup warga Palestina di Gaza.
Di bentang masa peradaban post truth (yang memuliakan kebohongan - tipu tipu politik dan menafikan kebenaran), aksi kejahatan budaya dan kemanusiaan yang dilakukan zionis Israel telah melampaui batas. Biadab.
Palestina nyaris tak bersisa, tinggal air mata kering di mata rakyat. Dalam situasi demikian, mereka menganggap sudah berada di atas angin. Mereka abai, selain masih ada pasukan pejuang HAMAS, masih ada anak-anak yang di seluruh aliran darahnya mengalir keberanian berjuang dan tidak takut mati. "Satu kafiyeh menyertai pemakaman anak Palestina, berjuta kafiyeh dikenakan ribuan mahasiswa di dunia. Satu bendera Palestina dikoyak di Gaza, ribuan bendera Palestina berkibar di dunia."
Perlawanan terus mereka lakukan. Gairah perjuangan inilah yang meresonansi dan menghidupkan kesadaran kemanusiaan generasi baru peradaban di hampir seluruh dunia. Khasnya kaum terdidik : mahasiswa, akademisi, serta masyarakat global berbudaya dan berkemanusiaan. Manusia berkesadaran untuk menciptakan kedamaian atas dasar simpati, empati, apresiasi, respek dan cinta.

Menularkan Memetika
Beranjak dari pandangan ini, kita mendapat sajian fakta, para mahasiswa dan akademi tersebut menggelorakan ‘Gerakan mahasiswa terbesar abad ke-21,’ yang melampaui gerakan aksi massa yang pernah terjadi. Protes pro-Palestina menyebar di kampus-kampus global, tak mampu dibendung oleh tindakan represif yang dilakukan polisi yang dikerahkan para penguasa di negara-negara yang pemerintahnya buta hati dan memasok dukungan dalam kejahatan yang dilakukan zionis Israel.
Mahasiswa di Universitas Columbia New York, Harvard, Instiut Teknologi Massachusetts, Universitas California (Berkeley, Los Angeles, Riverside, Los Angeles), Universitas NewYork (termasuk Institut Fashion dan Teknologi), Universitas George Washington, Universitas Stanford, Universitas Yale sampai 130 universitas di Amerika Serikat, bergerak, menularkan memetika (kesadaran akal budi) cerminan dan ekspresi kemanusiaan dan menjadikan kampus mereka sebagai pusat protes terhadap kejahatan zionis Israel di Gaza dan seluruh Palestina.
Gerakan mereka, tak hanya diikuti kampus-kampus ternama di AS, bahkan kemudian berubah menjadi gelombang aktivisme baru yang kuat. Gelombang yang memaksa semua orang untuk ambil peduli. Menggetarkan solidaritas mahasiswa lain di Institut Science Po, Universitas Sorbonne, dan berbagai kampus universitas di Prancis. Gelombang aksi mahasiswa terbesar abad 21 tersebut juga tular di Inggris (terutama di Universitas Cambridge dan Oxford), Jerman, Italia, Spanyol, Swedia, Kanada, Australia, Jepang, Belanda Belgia, Korea, Mexico, Roma, Libanon, Maroko, Mesir, dan lain-lain.
Benjamin Netanjahu gusar. Ia menyebut gerakan mahasiswa ini mengerikan karena berdampak pada meluasnya gerakan anti smith dan keberpihakan pada aksi perjuangan Palestina yang antara lain ditandai dengan ketangguhan pasukan HAMAS di Gaza. Ia mengappeal Presiden AS Joe Biden, Presiden Perancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan para petinggi negara-negara sekutunya untuk menghentikan aksi tersebut.
Netanjahu kian gusar, karena Israel terancam krisis ekonomi dan mulai mendapat serangan dari rakyat Israel yang mulai antipati akibat kekejaman yang dilakukannya. Apalagi kalangan penganut Yahudi ortodox di beberapa negara, terlihat mendukung gerakan aktivisme mahasiswa ini.
Joe Biden menghadapi dilema besar. Selain mendapat tuntutan yang sama dari partai Repuiblik lawannya, dia juga dituntut beberapa senator dari partai Demokrat, pengusungnya, yang kuatir kesalahan mengambil keputusan akan merugikan dalam Pemilihan Umum sebentar lagi.
Robert Cohen, seorang profesor di Universitas New York, dalam wawancara dengan ABC7 News mewaran, agar Joe Biden berhati-hati dalam memberikan bantuan militernya kepada pemerintah zionis Israel. Menurutnya, akstivisme mahasiswa yang sedang tumbuh, sangat signifikan dan cerminan sikap muak mereka terhadap perilaku para pemimpin AS dan sekutunya.

Tak Hanya Merutuk Kutuk
Aksi mahasiswa ditandai dengan mengenakan kafiyèh dan bendera Palestina sebagai simbol perlawanan dan perjuangan jelas lugas mendukung Palestina merdeka dan mengutuk perilaku jahat zionis Israel. Mereka tak hanya merutuk-kutuk invasi dan agresi Israel dan menuntut pemerintah di negaranya masing-masing ambil peduli menghentikan kejahatan zionis Israel.
Gelombang mahasiswa di berbagai belahan dunia tersebut juga menuntut kampusnya masing-masing untuk melakukan aksi cepat divestasi atas investasi berbagai korporasi dunia dalam jaringan bisnis Yahudi. Mereka juga menuntut para pemimpin di universitasnya masing-masing mengutuk agresi - genosida zionis Israel di Gaza.
Tanpa kecuali menyerukan boikot seluruh produk perusahaan (dari industri manufaktur sampai industri pangan dan toiletris) yang selama ini menyokong Israel sebagai manifestasi solidaritas zionis. Seruan mahasiswa merupakan ekspresi kejengkelan dan kemarahan mahasiswa atas kejahatan perang yang dilakukan zionis Israel.
Joe Biden dan pemerintah AS, juga pemimpin di negara-negara sekutunya kian terpojok, karena pasukan keamanan dan polisi yang mereka kirim menghadapi massa mahasiswa, mulai brutal di lapangan. Tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa yang sebagian besar berlangsung damai, antara lain menangkap dan menganiaya mahasiswa dan dosen. Axios mencatat, lebih dari 2.900 orang kini telah ditangkap dalam protes di setidaknya 61 kampus di seluruh AS.
Selain itu, kalangan pemimpin dan pengelola universitas mulai retak dan terancam pecah, karena perbedaan sikap yang semakin besar antara fakultas dan administrasi universitas. Banyak profesor dan dosen yang mendukung mahasiswa. Sebaran kekerasan dan fitnah atas mahasiswa, dosen, dan para profesor tersebut tak menghentikan arus besar gelombang protes. Di beberapa universitas, tuntutan mahasiswa dan dosen diterima.
Belum lagi, di beberapa wilayah, protes mahasiswa dan akademisi mendapat dorongan ketika pengadilan menolak permintaan perintah yang akan memaksa mahasiswa Pro-Palestina menghentikan aksinya. Di Meksiko para mahasiswa berseru kepada universitas dan pemerintah Meksiko untuk memutuskan hubungan dengan Israel, mengecam “genosida imperialis di Gaza” dan mengkritik hubungan dekat negara tersebut dengan Tel Aviv dalam bidang perdagangan, intelijen dan pertahanan. Di London, pemimpin Universitas berjanji untuk memenuhi tuntutan mahasiswa.
Di Perancis aksi mahasiswa tular ke generasi di bawahnya, siswa-siswa sekolah menengah. Pemandangan sama terlihat di lingkungan kampus Universitas Helsinki, ketika kelompok solidaritas bernama Students for Palestine, bergabung dalam gelombang aksi mahasiswa, dan ikut mendirikan perkemahan di sana. Di Indonesia? Mahasiswa sedang sibuk melakukan protes atas besar dan mahalnya uang kuliah yang diterapkan oleh manajemen kampus. Ho'o huwo'o !
Penulis Waran
Baca Artikel Terkait : Mahasiswa Terus Bergerak Meski Ditekan