Datuk Mohammad Nor Khalid atau lebih populer dengan nama panggilan LAT adalah seorang karikaturis Malaysia yang populer dan dikenal hingga ke mancanegara.
Panggilan populer Lat itu, konon berkait dengan dengan wajahnya yang 'bulat,' ketika dilahirkan di Kampung Lalang, Gopeng, Negeri Perak pada 5 Maret 1951.
Sabtu, 8 Juni 2023, kartunis yang cerdas, jenaka, kritis dan obyektif ini, kembali beroleh gelar sebagai Seniman Diraja dari Sultan Perak, Sultan Nazrin Shah. Suatu penghargaan bagi kemuliaan seorang seniman.
Menurut Yang Dipertua Majlis Agama Islam dan Adat Melayu Perak (MAIPk), Tan Sri Mohd Annuar Zaini berkata, Lat merupakan penerima gelar Seniman Diraja yang pertama dari Sultan Perak, Sultan Nazrin Shah.
Sultan Nazrin menitahkan gelaran tersebut di Batu Gajah, saat meresmikan Galeri Rumah Lat di Jalan Bemban, Ipoh, Perak. Galeri tersebut menyimpan karya-karya Lat, yang sejak usia 13 tahun sudah menerbitkan 12 jilid buku kartun. Karya pertamanya adalah serial 'Tiga Sekawan Menangkap Penchuri.'
Lat kian populer sebagai kartunis melalui 'Keluarga Si Mamat' yang diterbitkan koran Berita Minggu (1968), edisi khas akhir pekan Berita Harian (BH). Lat mengemukakan rasa sukacitanya, ketika pertama kali seri komiknya, 'Keluarga Si Mamat' (1968) disetujui untuk diterbitkan oleh redaktur BH kala itu, Tan Sri A. Samad Ismail. Kala itu usianya masih 16 tahun.
'Keluarga Si Mamat' lantas menghiasi koran tersebut selama 26 tahun. Lat melanjutkan karyanya dan kian populer melalui serial 'Kampung Boy' dan 'Town Boy,' dengan dinamika kehidupan yang lebih berwarna-warni.
Lat sendiri, terkenal sebagai sosok utama dalam serial kartun bertajuk 'Kampung Boy.' Juga dalam serial 'Lots of Lat,' 'Mat Som' dan 'Dr Who?.'
Sultan Nazrin yang datang bersama Raja Permaisuri Negeri Perak Tuanku Zara Salim, dalam titahnya mengatakan, anugerah tersebut diberikan sebagai pengakuan atas peran dan kontribusi Lat -- sebagai seniman -- yang sangat bermakna dalam memperkenalkan Malaysia di panggung internasional dan mengharumkan nama negara.
Sultan Nazrin menyatakan, legasi seniman agung ini nyata dan harus diturunkan kepada generasi muda sebagai pewaris dan penerus, sekaligus menjadi sumber khazanah seni yang amat bernilai buat rakyat.
"Semoga Galeri Rumah Lat, kekal sebagai satu simbol pencapaian hebat seorang seniman yang telah dikaruniakan Allah SWT bakat tersangat istimewa dan luar biasa," ujar Sultan Nazrin, yang juga disimak oleh Menteri Besar Perak, Datuk Seri Saarani Mohamad; Setiausaha Kerajaan Negeri, Datuk Ahmad Suaidi Abdul Rahim; Mohammad Nor serta isteri, Datin Faezah Ahmad Zanzaw dan Redaktur pelaksana grup The New Straits Times Press (Malaysia) Berhad (NSTP) merangkap Redaktur Pelaksana Berita Harian (BH), Datuk Ahmad Zaini Kamaruzzaman.
Menurut Sultan Nazrin, melalui goresan dan sketsanya yang bersahaja, Lat telah memberi perhatian yang tajam tentang dinamika kehidupan masyarakat majemuk berbilang kaum, agama, budaya, dan bahasa yang hidup harmonis di Malaysia.
"Lat melihat keragaman tersebut sebagai aset dan khazanah yang berharha di negara ini, dan memilih mengetengahkan elemen persamaan anggota masyarakat. Antara lain tentang kegembiraan dalam majelis perkawinan, lingkungan sekolah, polisi lalu lintas, pengemudi bis, dokter dan perawat, pengalaman di tengah kemacetan jalan raya, suasana di restoran, hakim dan pengacara, olahragawan, artis, politisi, wakil rakyat, pegawai imigrasi, petugas bea cukai, dan lain-lain," ungkap Sultan.
Sultan menilai, karya-karya Lat membawa misi yang jelas tentang keragaman rakyat tersebut.
"Karyanya, membawa mesej jelas bahwa rakyat yang pelbagai itu sebenarnya, menghadirkan naluri dasar untuk hidup rukun dengan semangat saling menghargai. Lat menghadirkan pesan, bahwa masyarakat yang beragam pada dasarnya tidak saling berprasangka buruk hanya karena perbedaan ras, etnik, keyakinan agama, praktik budaya dan kecakapan berbahasa," jelas Sultan.
Sultan Nazrin juga mengemukakan, bahwa Galeri Rumah Lat mempelihatkan sejarah hidup, liku-liku perjalanan seorang anak seni, merekam pelbagai pencapaian dan pengakuan yang dicapai oleh seorang 'kampung boy' yang hijrah menjadi 'town boy,' dan kini menjadi seniman ternama di peringkat internasional.
Sultan Nazri memuji, meski pencapaiannya luar biasa, Lat tetap hadir sebagai insan dengan sifat rendah hati seorang anak kampung, yang laksana padi, 'kian berisi kian merunduk.' Sultan Nazrin mendoakan, "Semoga Allah SWT mengurniakan Lat sebaik-baik kesihatan dan usia untuk terus berkarya."
Dikemukakan juga oleh Sultan Nazrin, karya-karya Lat mendapat pengakuan dan diterima untuk diterbitkan secara komersial sejak dia masih menjadi seorang pelajar.
Sebagai kartunis di media massa, ketajaman karyanya terasa sejak dia berkarir sebagai wartawan koran Berita Harian (1970), sebelum dia bertugas pada desk kriminal di koran New Straits Times (NST) pada 1973.
Selepas bertugas di desk kriminal BH dan NST, Lat diangkat sebagai kartunis NST sepanjang masa, menjelang akhir 1975. Lat, lalu menjadi editor kartun sosio politik dan mengelola rubrik "Scenes of Malaysian Life" dalam akhbar NST.
Tahun 1984 Lat memutuskan berhenti bekerja di grup media tersebut dan memilih jalan sebagai kartunis lepas sepanjang sepenuh masa. Selama masa itu, dia masih meneruskan serial kartun 'Keluarga Si Mamat' serta 'Scenes of Malaysian Life' melalui perusahaan penerbitan miliknya sendiri, yakni 'Kampung Boy Sdn Bhd.'
Pada masa itu juga, Lat menerbitkan karya inovasinya, novel kartun 'Mat Som' pada 1989 yang bercerita tentang kehidupan seorang wartawan sambilan (free lance) di ibu kota. Karyanya ini kemudian dikonvergensi menjadi karya film untuk bioskop pada 1990.
Lat yang juga penerima Hadiah Kebudayaan Asia (Fukuoka - Jepang, 2002) dalam Hari Wartawan Nasional (Hawana) 2023 di Ipoh penghujung Mei lalu, menerima Anugerah Hawana 2023. Ia banyak menerima beragam penghargaan kebudayaan karena konsistensinya berkhidmat dalam kesenian dan kebudayaan.
Kepiawaian Lat, menurut Mohammad Annuar -- sahabatnya sejak kecil -- kepada Sinar Harian, kecintaan dan kesetiaan karikaturis tersebut kepada negara, ditanamkan oleh Hew Chai Kee, ibu gurunya dalam Special Malay Class di National Type Primary School (English), Jalan Pasir Puteh, Ipoh.
Hew, menurut Annuar, senantiasa menekankan tentang disiplin dan kerja keras untuk berjaya, dan nilai tersebut abadi di dalam diri Lat.
Annuar mengatakan, "Lat dan saya sentiasa berasa terhutang budi kepada puan Hew kerana mendidik kami dengan penuh rasa tanggungjawab, kasih sayang dan menanamkan dalam jiwa kami mengenai semangat setia kepada negara.
Tentu, kata Annuar yang berperan besar dalam kesuksesan perjalanan karir Lat adalah orang tuanya. "Ibu bapa Lat sendiri merupakan pendorong utama yang mengenal pasti bakat puteranya, yang mempunyai kelebihan sebagai pelukis sejak masih bersekolah di masa kanak-kanak."
Lat tak menyangka dirinya akan menerima penghargaan sebagai Seniman Diraja dari Sultan Perak, Sultan Nazrin. Kepada wartawan yang meliput peresemian Galeri Rumah Lat, kartunis itu mengatakan, "Saya tak menyangka." Seketika, Lat mengenang sejumlah kawannya yang mendapat gelar Pelukis Diraja.
"Saya bersyukur dan menjunjung kasih kepada Tuanku," ungkap Lat pada jumpa pers. Menurutnya, pihak Kesultanan Perak selalu memberikan pengakuan dan penghargaan kepada karya seniman.
Menurut Lat, menjadi wartawan adalah membuka peluang baginya menempa diri sebagai manusia yang lebih berani dan bertanggungjawab. Dunia kewartawan dan profesi wartawan diakuinya, menempa dirinya berubah dari seorang yang pemalu, tidak berani bertanya dan mempertanyakan sesuatu, menjadi seorang yang yakin diri.
Hal itu terbentuk semasa dia menjadi wartawan kriminal yang harus selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai hal terkait kriminalitas kepada petinggi polisi, menteri dan berbagai kalangan masyarakat. "Saya menjadi seorang yang 'confident' dan berani," ungkapnya.
Kepada Bernama, Lat menyatakan, dunia kewartawanan mendidiknya menjadi manusia bertanggungjawab, mempunyai empati yang tinggi kerana harus berhadapan dengan situasi 'jiwa-jiwa tergangggu' kerana kehilangan keluarga tersayang dalam bencana seperti kemalangan dan kebakaran.
"Saya masih ingat jika ada sesuatu isu yang kita dapat, kita mesti pastikan setiap sudut dan aspek perlu dipilah, mengaitkan semua pihak yang terlibat dan bukannya menyajikan berita sebelah pihak sahaja. Semua pihak perlu diberi ruang yang adil untuk memberi penjelasan," katanya.
Lantas, Lat bercerita kenangan manisnya sepanjang wartawan. Kepada wartawan Bernama, Lat mengemukakan, kenangannya yang paling berkesan adalah hasratnya bertemu seniman agung negara Allahyarham Tan Sri P.Ramlee, tercapai di kediamannya seniman sohor musik dan film yang legendaris itu.
Bagi Lat media merupakan medium utama yang menjadi jembatan bagi dirinya menyampaikan pesan kepada masyarakat berbilang kaum melalui komik lukisannya.
"Jika tiada media, saya pun tidak ke mana-mana, bukan siapa-siapa, media memainkan peranan sangat penting dalam membantu melakar kejayaan saya dalam bidang melukis komik. Tiga saat jika ada pembaca ketawa melihat kartun saya di dada akhbar, itulah kepuasan sebenar saya," ungkapnya, seperti dikutip Bernama.
Tentang Galeri Rumah Lat yang kini menjadi salah satu dari 10 destinasi bagi pelancong yang datang ke Ipoh, mendapat bantuan dana sebesar RM3.81 juta, bantuan dari Kementerian Pelancongan, Seni dan Budaya yang diserahkan Menteri Besar Perak, Datuk Seri Saarani Mohamad saat perasmian. | Shya, Sharia
Baca Juga : Sultan Nazrin Shah dan Misi Profesional Wartawan ; Letakkan Kemerdekaan Pers Tidak di Ujung Lidah