EURO 2016

Laku Barbar Suporter Eropa

| dilihat 2810

SAINT ETIENNE, AKARPADINEWS.COM | KIPER Tim Nasional (Timnas) Republik Ceko, Peter Cech, mendadak meninggalkan gawang yang dijaganya. Dia menepi bersama rekan-rekan setimnya lima menit sebelum pertandingan berakhir lantaran suporter lawan, Krosia, melempar suar (flare) ke sudut kiri lapangan, tak jauh dari gawangnya.

Tak hanya satu, suar muntah lagi dari tribun suporter Kroasia. Menyala, berkobar, menghasilkan asap putih pekat. Wasit Mark Clattenburg lantas menunda pertandingan. Selagi petugas (steward) berusaha memadamkan dan membersihkan kobaran suar di Saint-Etienne stadium, lemparan kembali datang. Bahkan, sempat mengenai salah seorang petugas. Beberapa pemain Timnas Kroasia pun menyambangi sumber lemparan, menenangkan para suporternya.

Ulah suporter Kroasia terbilang janggal. Tak ada pangkal kecewa selama pertandingan berlangsung. Tim mereka pun sedang unggul 2-1 atas Republik Ceko. Permainan Vatreni atau The Blazers, julukan bagi Timnas Kroasia pun sangat memukau. Serangan demi serangan tertata apik melalui skema umpan pendek cepat dari kaki ke kaki. Gempuran agresif Kroasia, memaksa para pemain Ceko tampil bertahan.

Ivan Perisic membuka keunggulan Kroasia melalui tendangan keras ke sudut kiri jala gawang Cech pada menit 37. Memasuki paruh kedua, Kroasia tak mengendurkan serangan. Bahkan, Ivan Rakitic berhasil menambah angka untuk Kroasia pada menit 59. Ceko akhirnya bisa membalas gol pada menit 75, melalui sundulan Milan Skoda.

10 menit usia gol Skoda, insiden pelemparan suar terjadi. Pertandingan terhenti sesaat. Konsentrasi pemain Kroasia terpecah. Beberapa sibuk menenangkan suporter, sementara lainnya berharap cemas agar timnya tak mendapat sanksi. Keadaan mulai membaik, wasit pun meneruskan pertandingan.

Ceko berhasil memanfaatkan keadaan. Petaka datang bagi Kroasia pada pengujung laga. Tangan pemain belakang Kroasia, Domagoj Vida, menyentuh bola di kotak pinalti. Ceko beroleh hadiah penalti. Tomas Necid berhasil mengeksekusi pinalti, menyeimbangkan kedudukan menjadi sama kuat 2-2. Skor tak berubah hingga akhir laga.

Insiden pelemparan suar sangat merugikan Timnas Kroasia. Pelatih Timnas Kroasia, Ante Cacic, sebagaimana dilansir The Guardian menilai, konsentrasi timnya buyar dan gagal meraih tiga poin lantaran ulah segelintir suporter. Dia beranggapan, aksi itu tidak mencerminkan fans Kroasia. Sampai-sampai, dia menyebut, “Apa yang telah terjadi adalah usaha terorisme. Mereka hooligans, bukan suporter. Tempat mereka bukan di stadion,” ungkap Cacic.

Bukan sekadar berimbas pada hasil akhir, para pemain pun menatap gamang laga selanjutnya melawan Spanyol, salah satu tim kuat grup D. Kekhawatiran gagal tampil berjumpa Spanyol dan sanksi berat federasi tertinggi sepakbola Eropa (UEFA) juga melanda para pemain. “Kami harus melihat apakah kami akan bermain melawan Spanyol, mungkin mereka (UEFA) mengirim kami pulang setelah ini,” kata Ivan Rakitic selepas pertandingan.

Hasil imbang pertandingan tentu bukan raihan menyenangkan bagi suporter Kroasia. Mereka datang justru untuk mendukung tim kesayangannya meraih hasil penuh tiga angka. Bila memang kemenangan merupakan dambaan seluruh suporter Kroasia, mengapa insiden tersebut terjadi?

Aksi tersebut ternyata bukan satu-satunya. Insiden pelemparan suar pernah terjadi pada laga kualifikasi Euro 2016 saat Kroasia berhadapan dengan Italia di San Siro pada 2014 silam.

Para pendukung timnas Kroasia garis keras, Bad Blue Boys, berpakaian hitam-hitam melempar suar hingga ke tengah lapangan. Pertandingan sempat tertunda sekira 10 menit. UEFA menjatuhkan sanksi denda senilai 80.000 Euro kepada federasi sepakbola Kroasia, Hrvatski nogometni savez (HNS).  

Kedua aksi tersebut tenyata saling berkaitan. Aksi itu merupakan bentuk kekecewaan pendukung Kroasia kepada Federasi Sepakbola Kroasia (HNS), terutama kepada Zdravko Mamic, wakil presiden federasi. Mamic, saat menjabat sebagai chief executive klub Dinamo Zagreb, diduga melakukan penggelapan keuangan klub sejak 2008. Damir Vrbanovic, Direktur Eksekutif HSN juga dituduh sebagai kaki tangan dalam kasus yang sama.

Mamic mendapat skor dari otoritas setempat, kemudian mundur dari posisinya di klub, walau tetap mengisi posisi sebagai penasihat. Meski begitu, Mamic dan Vrbanovic tetap bekerja di federasi. “Banyak penggemar di Kroasia merasa Timnas telah dibajak oleh keduanya, serta Davor Suker, Presiden HNS dipandang oleh banyak orang sebagai boneka mereka dan mengubahnya menjadi alat untuk menghasilkan uang,” dinukil The Guardian.

Suporter garik keras Kroasia, menolak kehadiran keduanya di federasi. Demi menunjukan protesnya, mereka acap melakukan aksi pelemparan suar sejak pertandingan di kompetisi domestik, kemudian berlanjut ke laga internasional. Tentu insiden terakhir pada laga Kroasia kontra Ceko memantik perhatian besar, tetapi merugikan bagi tim, juga persepakbolaan Kroasia. Sanksi berat UEFA menanti Kroasia.

Insiden tersebut juga mencoreng kredibilitas pihak keamanan setempat. Meski dengan pemeriksaan hingga tiga lapis, dan penjagaan super ketat, tetap saja mereka kecolongan. Suporter Kroasia tetap bisa menyalakan dan melempar suar ke lapangan. Suar menjadi benda ilegal selama berada di stadion.

Pelarangan membawa benda berpotensi menghasilkan api berlaku paska-tragedi Valley Parade 1985. Tercatat 56 korban tewas lantaran tribun penonton terbakar saat laga mempertemukan Bradford City melawan Lincoln City. Insiden tersebut menelurkan revisi peraturan Green Guide. Peraturan itu, salah satunya melarang penonton membawa barang-barang mudah terbakar. Termasuk suar.  

Aksi vandal segelintir suporter Kroasia merupakan gambaran nyata wajah bopeng suporter Eropa. Masyarakat tanah air kerap mendapat suguhan kreatifitas koreografi, wajah molek fans perempuan, dan karnaval besar suporter Eropa. Apalagi kamera acap menangkap keriangan anak-anak di tribun-tribun liga-liga Eropa. Stadion aman bagi keluarga. Begitu beradab. Semata, itu semua adalah gula-gula industri sepakbola. Memang hal-hal baik nampak, namun hal-hal negatif juga menyeruak.

Sepekan terahir, jagat sepakbola Eropa tercoreng aksi tawuran suporter Inggris dan Rusia. (Baca: Pelaku Kerusuhan di Marseille Terlatih). Kedua suporter baku pukul dan saling lempar di dalam stadion Stade Velodrome, Marseille, seusai laga Inggris melawan Rusia. Suar pun menyala di tribun. Di luar stadium, kedua suporter kembali bentrok di beberapa titik kota Merseille. Tak hanya baku pukul, keduanya pun saling lempar bangku cafe, botol minum, dan benda lainnya di sekitar lokasi.

Insiden itu memakan korban 35 orang luka, dan empat di antaranya luka berat. Sebanyak 20 orang hooligans tertangkap, dan tiga orang ultras pendukung Rusia menginap di dalam sel. Cafe-cafe setempat merugi karena propertinya hancur. Jalan-jalan kota Merseille pun mencekam.

Sebelumnya, para suporter Inggris terlibat bentrokan dengan warga lokal Marseille. Bentrokan terjadi di wilayah Old Port. Salah seorang warga, Nicolas, seperti dilansir The Telegraph, pemicu bentrokan berawal dari teriakan suporter Inggris mencari anggota ISIS.

“Ya, dari yang saya saksikan, bentrokan antara warga sekitar dan suporter Inggris itu terjadi ketika suporter inggris mulai berteriak, ISIS di mana kamu?” Warga Marseille kebanyakan berasal dari imigran timur tengah dan memeluk agama Islam. Teriakan dan nyanyian itu tentu menyulut kemarahan warga.

Tak hanya suporter Inggris dan Rusia. Bentrokan terjadi pada Sabtu malam (11/6) antara pendukung Irlandia Utara melawan pemuda lokal Nice. Entah apa penyebab bentrokan. Namun, sekitar 20 sampai 30 pemuda Nice melempari pendukung Irlandia Utara dengan botol. "Kemudian mereka berbalas lemparan,” ungkap seorang petugas Polisi Prancis, dilansir Mail Online.Tujuh orang cedera, satu di antaranya luka berat di kepala.   

Bentrokan suporter belum berakhir. Jelang laga pembuka Grup C mempertemukan Jerman dan Ukraina. Laga justru memanas di luar pertandingan. Suporter Jerman dan Ukraina terlibat bentrok di Kota Lille. Mereka melempar bangku, meja, botol, dan benda keras lainnya di antara jalan mengapit jejeran cafe-cafe. Polisi setempat melaporkan dua orang luka. 

Bentrokan antar-suporter menjadi catatan penting selama gelaran Euro 2016. Pihak keamanan Prancis semula menduga tantangan terberat menjamin kemanan penyelenggaran Euro 2016, tak lain serangan teroris ISIS. Wajar, sebab 11 Nopember 2015 silam, beberapa titik di kota Paris mendapat serangan bom dan rentetan tembakan.

ISIS mengklaim bertanggung jawab terhadap serangan itu. Demi mengamankan perhelatan tertinggi sepakbola se-Eropa, pihak keamanan Prancis menerjunkan 90 ribu petugas keamanan tersebar di sepuluh kota tempat pertandingan. Sepanjang pekan kedua gelaran, pihak kemanan justru kerepotan dengan musuh lama, hooligan

Pemangku kepentingan Prancis memang tidak tinggal diam atas aksi bentrok para suporter. Menteri Dalam Negeri Perancis, Bernard Cazeneuve, melakukan pengetatan distribusi minuman beralkohol pada area tertentu, terutama berkenaan dengan perhelatan pertandingan.

“Saya telah melakukan pendekatan termasuk melarang penjualan, konsumsi, dan distribusi minuman beralkohol di aera sensitif pada hari pertandingan dan hari sebelumnya, serta pada hari-hari saat fan zone dibuka,” ujar Bernarnd.

UEFA merespon aksi suporter dengan pertimbangan pengeluaran sanksi berat terhadap federasi-federasi sepakbola yang kedapatan suporternya berkelahi. Di saat sepakbola Eropa menjadi poros perkembangan sepakbola modern, suporternya justru bertingkah sebaliknya, kembali ke polah purba.

Anehnya, saat bentrokan suporter Inggris-Rusia terjadi, para netizen tanah air justru memuja perilaku buruk tersebut, dengan komentar “keren”. Mereka lumrahnya membandingkan ulah suporter itu dengan suporter tanah air, terkesan “kampungan” bila bentrokan terjadi.

Tak ada beda. Baik suporter Eropa, maupun suporter tanah air. Sama-sama kerap bertindak barbar, bentrok fisik, dan pelanggaran lainnya. Sama-sama kampungan.

Dirga Adinata

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : The Telegraph/Mirror/Dailmail/The Guardian
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 918
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1153
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1411
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1556
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 498
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1581
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1371
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya