Memancing Motorik Anak Dyspraxia

| dilihat 2898

AKARPADINEWS.COM | ORANG Tua tentu khawatir dan bertanya-tanya taktka mencermati anaknya yang sulit aktif dalam beraktivitas. Bisa jadi, anaknya mengidap dyspraxia. Gangguan ini juga dikenal dengan sebutan Motor Learning DifficultiesPerceptuo-MotorDysfunctions, dan Developmental Coordination Disorder (DCD).

Secara medis, dyspraxia merupakan gangguan atau ketidakmatangan dalam mengorganisasikan gerakan. Hal tersebut terjadi bukan karena adanya kelemahan pada otot, melainkan kurang mampunya otak memproses informasi sehingga menyebabkan pesan-pesan dari otak tidak tersampaikan secara penuh atau benar kepada otot-otot tubuh. Karena itu, anak yang mengidap dyspraxia akan kesulitan untuk mengkoordinasikan gerak motoriknya.

Gangguan perkembangan ini dapat terjangkit pada setiap anak-anak dan cenderung menghinggap pada anak lelaki. Gejala gangguan ini berbeda pada tiap jenjang usia. Di usia balita, penderita gangguan dyspraxia akan kesulitan untuk belajar duduk, merangkak, berdiri, dan berjalan. Bahkan, ada penderita yang melewati fase belajar merangkak.

Dyspraxia juga dapat menyebabkan anak sulit untuk belajar berbicara dan memahami kosakata yang diajarkan kepadanya. Balita penderita gangguan dyspraxia juga mengalami kesulitan untuk belajar buang air besar atau kecil sehingga anak tersebut akan sangat bergantung kepada popoknya.

Lalu, pada usia pra sekolah, gejala yang dapat diperhatikan ialah kesulitannya si anak melakukan tindakan motorik, seperti mengikat tali sepatu, melompat, atau memakai baju. Hal itu disebabkan reflek motoriknya tidak berjalan dengan baik. Selain itu, anak penderita gangguan perkembangan ini juga akan mengalami kesulitan untuk fokus pada sesuatu hal dan mencerap hal-hal yang baru dipelajarinya.

Anak penderita dyspraxia juga akan mengalami kesulitan untuk berbaur, bermain dengan teman-temannya. Di arena bermain, anak-anak itu tidak cepat bergerakn karena lambatnya proses informasi yang disampaikan otak kepada tubuh. Sehingga, anak penderita dyspraxia akan kesulitan bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Apalagi, kelemahan motoriknya itu akan menyebabkan anak sulit menjaga keseimbangannya sehingga sering terbentur oleh benda di sekitarnya. Tak hanya itu, anak penderita gangguan ini juga mudah merasa gelisah dibandingkan dengan anak-anak lainnya.

Untuk usia sekolah, anak penderita dyspraxia memiliki gejala kurang dapat fokus dan akan mengalami kesulitan dalam pelajaran olah raga. Selain itu, pelajaran yang akan amat lambat diserapnya ialah pelajaran matematika dan menulis. Karena proses kerja otaknya yang lamban menyebabkan anak lemah memproses informasi. Ciri yang paling ketara pada usia ini ialah anak akan sulit mengikuti instruksi dari guru dan sangat tidak terorganisir dalam menempatkan sesuatu.

Hingga saat ini, penyebab gangguan dyspraxia belum dapat dipastikan. Namun, beberapa peneliti mengemukakan, penyebab gangguan ini karena perkembangan sel saraf yang mengontrol gerak otot tidak berkembang dengan baik. Karenanya, sampainya perintah dan informasi dari otak ke otot membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan anak lainnya.

Untuk menyembuhkan gangguan perkembangan ini, membutuhkan komitmen orang tua dan orang-orang terdekat untuk mengajak anak untuk beraktivitas. Anak penderita dyspraxia harus dibiasakan untuk melakukan aktifitas yang merangsang kinerja motorik saraf ototnya.

Dengan begitu, sarafnya akan terlatih dan anak akan mampu melakukan gerak motoriknya dengan benar. Salah satu terapi yang dirasa sangat tepat untuk anak penderita dyspraxia ialah mengajak dan mengajarkan anak untuk berkuda.

Kegiatan tersebut akan melatih kognisi anak sehingga dapat meningkatkan mood dan kecepatan respon motoriknya. Adapun terapi audio visual juga sangat cocok untuk melawan gangguan perkembangan ini. Terapi audio visual itu pun harus berupa aktivitas yang membuat anak untuk bergerak yang akan melatih gerak motorik dan kognitifnya.

Cara paling mudah melawan gangguan dyspraxia pada anak sebenarnya ialah dengan mengajak anak penderita gangguan tersebut bermain. Dengan bermain, anak akan membiasakan tubuhnya untuk bergerak dan memproses informasi lebih cepat. Selain itu, permainan yang diutamakan ialah permainan yang membutuhkan gerak fisik.

Untuk itu, bagi orang tua yang memiliki anak dyspraxia diharapkan mampu mengajak anaknya bermain. Karena, dengan bermain bersama orang tuanya maka anak akan berlatih untuk bersosialisasi yang juga merupakan salah satu kelemahan anak dyspraxia.

Setelah anak sudah terbiasa dan terlatih bersosialisasi, hendaknya anak juga diberikan kesempatan bermain dengan teman sebayanya. Dengan bermain bersama teman sebayanya, anak penderita dyspraxia dapat mengeksplorasi geraknya secara spontan.

Dyspraxia bukan gangguan yang harus ditakuti oleh orang tua. Karena, gangguan perkembangan ini tidak akan membuat suram masa depannya. Salah satu penderita dyspraxia yang mampu mengalahkan penyakitnya dan berhasil dalam karirnya ialah Daniel Radcliffe, aktor yang memerankan Harry Potter.

Sebagai penderita dyspraxia, Daniel pernah merasakan sulitnya beradaptasi dengan beragam kegiatan yang mengandalkan kinerja motorik dan pemprosesan informasi otaknya. Saat berada di bangku sekolah dasar, dirinya kerap menghadapi banyak kendala secara akademik. Namun, dengan dukungan orang terdekatnya yang berkomitmen membantunya, Daniel berhasil mengalahkan penyakitnya dan meraih cita-citanya sebagai aktor ternama.

Kisah Daniel dapat menjadi contoh bagi orang tua yang memiliki anak dyspraxia. Dengan kasih sayang dan komitmen serius, anak dyspraxia dapat mengalahkan penyakitnya. Orang tua juga harus terus memupuk semangat anaknya agar tidak menjadi pribadi yang tertutup.

Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : Medical News Today/understood.org/News Medical
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 239
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 463
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 454
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 424
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Energi & Tambang