Nyaris tak jauh berbeda suasana dengan penyerbuan rumah Presiden Afganistan Ashraf Gani (15/8/2021) dan kediaman Presiden Sri Lanka Rajapaksa (8/7/2022), penyerbuan rakyat ke kediaman resmi Perdana Menteri Bangladesh Seikh Hasina (5/8/2024), menggambarkan kekacauan tak terkendali.
Beberapa orang dari mereka masuk ke kamar tidur, mencoba 'menikmati' peraduan para petinggi negeri tersebut. Vandalisme dan penjarahan berlangsung. Rakyat dengan sukacita menggondol berbarang berharga dari rumah mewah yang luas dan bernama Ganabhaban yang sesungguhnya bermakna 'rumah rakyat.'
Ratusan dari ribuan rakyat yang melakukan protes melawan Seikh Hasina secara tanpa henti selama tiga pekan. Gerakan perlawanan tersebut dimotori oleh mahasiswa dan dikabarkan memakan korban sebanyak 300 orang sebagai martir.
Penyerbuan rakyat memasuki 'rumahnya' tersebut terjadi beberapa saat setelah PM Seikh Hasina menyatakan mengundurkan diri dan minggat ke India. Para petugas kepolisian tak berkutik menghadapi gerakan rakyat menuju Ganabhahan yang terletak di sebelah utara Sher-e-Bangla Nagar, gedung parlemen.
Sheikh Hasina sebagai Perdana Menteri atas dasar undang-undang wajib tinggal di Ganabhahan. Undang-undang yang disahkan parlemen 13 Oktober 2009 tersebut, merupakan undang-undang keamanan bagi anggota keluarga Sheikh Mujibur Rahman -- ayah Seikh Hasina -- yang dielu-elukan sebagai pemimpin gerakan kemerdekaan Bangladesh. Undang-undang tersebut disahkan parlemen pada tanggal 13 Oktober 2009.
Selaku PM, Seikh Hasina sendiri menempati Ganabhaban pada 6 Maret 2010, lebih setahun setelah ia dilantik. Semula ia tinggal di kediaman pribadinya di Sudha Sadan. Di kediaman resminya yang luas itu Seikh Hasina melakukan berbagai tugas dan tanggung jawab resminya sebagai PM. Termasuk membahas ihwal Rohingya dengan Duta Besar Myanmar.
Untuk mengakses Ganabhaban harus ada izin khas, bahkan terhadap petinggi dan politisi Partai Liga Awami yang menjadi pilar utama kuasa Seikh Hasina.
Ganabhahan selalu menjadi incaran aksi protes selama masa pemerintahan Seikh Hasina yang mesra dengan Amerika Serikat -- dan mulai melirik China di penghujung pemerintahannya -- untuk mewujudkan obsesi dan ambisinya membangun infrastruktur, namun tidak memprioritaskan persoalan pendidikan yang menyebabkan terjadinya pengangguran kaum terdidik.
Senin, 5 Agustus 2024, rakyat yang memandang Ganabhaban sebagai rumah mereka, bergerak, menyerbu, merangsek dan melakukan apa saja yang melintas seketika di benak mereka. Seluruh sudut ruang Ganabhaban dimasuki oleh mereka.
Beberapa lukisan Seikh Mujiburrahman mereka rusak. Sejumlah pintu kamar, mereka timpa dengan berbagai benda keras yang nampak di depan mereka. Petugas keamanan dari kalangan tentara tak bisa menghalangi mereka, kecuali ruangan tertentu yang berisi perangkat yang berkaitan dengan negara. Tentara Bangladesh dibatasi oleh ketentuan untuk bersikap independen dalam hal politik praktis.
Tak hanya meubelair, perangkat elektronik seperti pesawat televisi dan komputer, pakaian (tanpa kecuali) pakaian dalam dan pakaian tidur Seikh Hasina, mereka gondol.
Beberapa di antara mereka yang masuk ke ruang makan dan dapur, memboyong apa saja yang mereka lihat, termasuk ikan mentah. Bahkan mereka santap sekenanya, makanan masak di atas meja makan. Rakyat juga memboyong aneka hewan, seperti ayam, angsa, kelinci, di tengah suasana yang kacau.
Di halaman, di atas rumput hijau, beberapa pengunjuk rasa terlihat melakukan sujud syukur dengan haru, mensyukuri berakhirnya rezim yang mereka anggap tak melayani rakyat sesuai dengan apa yang diperlukan.
Melihat situasi demikian, mahasiswa yang bersama tentara telah bersepakat untuk meminta penerima hadiah nobel Muhammad Yunus memimpin sementara pemerintahan, mengambil alih dan mengamankan Ganabhaban.
Para mahasiswa berkumpul dan menghentikan penjarahan, dengan membuat rantai manusia dan berhasil menyelamatkan sekitar 80 persen barang jarahan. Tentara yang berjaga di situ, keesopkan harinya, menerima kembali hewan dan barang yang sempat dijarah sebelumnya.
Karena kerusakan yang relatif parah di Ganabhaban, Jamuna State alias wisma negara dipersiapkan untuk digunakan sebagai kediaman resmi perdana menteri sementara Muhammad Yunus.
Peraih nobel perdamaian dan pemimpin Garmin Bank yang membalik kemiskinan rakyat Bangladesh, namun di buru dan bank-nya dituduh melakukan penyimpangan oleh pemerintahan rezim Seikh Hasina, itu sudah menyatakan kesediaannya menerima amanah. Ia akan bertugas menyiapkan dan menyelenggarakan Pemilihan Umum selekasnya.
Ketika dihubungi untuk menerima amanah menyelamatkan Bangladesh, Muhammad Yunus sedang berada di Paris, Perancis selaku penasihat penyelenggaraan pesta olah raga Olimpiade 2024. Dia segera terbang ke Dhaka dan bersiap menjalankan tugasnya. "Ini merupakan kemerdekaan kedua," ungkapnya, kala mengomentari mundur dan kabujrnya Seikh Hasina. | delanova