Pencapaian Industri Halal Malaysia

| dilihat 230

Sekira awal tahun 2013 dalam suatu pertemuan ISWAMI (Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia Indonesia) di Bandung, yang dihadiri Ahmad Husni Anadzlah - Menteri Keuangan II Malaysia kala itu, berkembang dialog pemikiran ihwal industri halal di Asia Tenggara.

Pada dialog tersebut mengemuka pandangan, bagi Malaysia dan Indonesia, industri halal, bila terkelola baik, akan menjadi penyangga artsitektur ekonomi bisnis, khasnya keuangan di rantau Asia Tenggara.

Di sela acara, berlangsung gunemcatur (talkshow) dengan menghadirkan  penyanyi sohor Malaysia Siti Nurhalizah. Siti baru mulai terjun terjun ke bisnis kosmetik halal (Simply Sity) yang berbasis tradisi hias-rias tradisional budaya Melayu.

Gunemcatur itu dipandu wartawan utama senior, mantan Ketua Umum Persatuan Wartawan indonesia (PWI) Pusat, Allahyarham Tarman Azzam. Kala itu Siti berkeyakinan, jalur industri halal akan menjadi jalan utama kemajuan bisnisnya. Paling tidak di Malaysia.

Dugaan Siti benar. Sampai menjelang dekade abad 21 (2018) dengan ditopang penduduk muslim seesar 20,8 juta jiwa atau 63,5 persen dari total populasinya, nilai ekonomi halal Malaysia terus berkembang cepat dan progresif.

Tahun 2016 Malaysia mendirikan Halal Development Corporation (HDC) yang mengemban fungsi utama melakukan promosi produk industri halal. Juga menyelenggarakan berbagai program pelatihan. Dua tahun kemudian, kontribusi industri halal Malaysia terhadap PDB (pendapatan domestik bruto) mencapai 7,8% pada tahun 2018.

Proyeksi Pencapaian 2030

Dengan pergerakan yang dinamis dan terkelola baik di awah koordinasi Timbalan Perdana Menteri, kontribusi tersebut diperkirakan akan meningkat signifikan menjadi 11% pada tahun 2030.

Bila pada tahun 2018 nilai PDB halal Malaysia mencapai 28 miliar dolar Amerika Serikat (AS), diproyeksikan pada tahun 2030 akan mencapai 58,5 miliar dolar AS.  Selain itu, nilai ekspor tahunan produk halal dari Malaysia adalah 8 miliar dolas AS. Proyeksi nilai ekspor dirancang bergerak ke sekitar 5,1 persen dari total ekspor negara jiran tersebut.  

Sesuai dengan rencana dan proyeksi yang disepakati oleh pemangku kepentingan dan pelaku industri halal, diperkirakan pada tahun 2030 nilai industri halal Malaysia akan mencapai 113,2 miliar  dolar AS atau berkontribusi sebesar 2 persen terhadap nilai pasar global yang diproyeksikan.

Penghujung September 2024, Menteri Investasi, Perdagangan dan Industri Malaysia, Tengku Datuk Seri Zafrul Tengku Abdul Azis mengemukakan, tahun 2030 akan didorong sampai 11 persen dari PDB Malaysia, atau bernilai RM75,2 miliar atau 177,4 miliar dolar AS.

Malaysia menargetkan nilai ekspor halal sebesar RM75,2 miliar atau 11 persen dari produk domestik bruto pada tahun 2030, kata Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Tengku Datuk Seri Zafrul Tengku Abdul Aziz.

Proyeksi Zafrul bertolak dari pencapaian tahun lalu, yang menunjukkan ekspor halal Malaysia, mencapai total RM55 miliar. Pencapaian ini menunjukkan, industri halal memainkan peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi negara.

Pemimpin Industri Halal Dunia

Pencapaian tersebut ditopang oleh industri makanan dan minuman halal (Food&Beverage / F&B) sebagai kontributor terbesar, dengan nilai ekspor sebesar RM29,4 miliar. Kontribusi sektor ini disusul oleh kontribusi bahan-bahan halal, kosmetik dan produk perawatan pribadi; turunan minyak kelapa sawit, industri kimia, dan farmasi.

Meskipun menghadapi tantangan ekonomi global, Malaysia tetap menjadi yang teratas dalam Indikator Ekonomi Islam Global (GIEI) 2023.

Menurut Zafrul, ketika bicara di forum Malaysia International Halal Showcase (Mihas) 2024, pencapaian Malaysia selama 10 tahun ini menandakan posisinya sebagai pemimpin industri di tingkat global. Mihas 2024 tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri (Miti) dan diselenggarakan oleh Malaysia External Trade Development Corporation (Matrade).

Pencapaian tersebut juga ditopang oleh pencapaian sektor jasa, pembiayaan Islam yang diterima dengan baik dan digunakan secara luas berdasarkan prinsip pembagian risiko, dan investasi berdasarkan nilai-nilai Islam seperti keadilan, transparansi, dan tanggung jawab sosial. Nilai-nilai tersebut sejalan dengan prinsip Lingkungan, Sosial & Tata Kelola (ESG), yang dipromosikan secara luas di negara-negara non-Muslim.

Optimisme kontribusi industri halal akan terus meningkat juga berkembang sejalan dengan agenda digitalisasi ekspor. Kementerian Investasi, Perdagangan dan Industri mendorong perusahaan-perusahaan Malaysia, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (yang berproses menjadi usaha kreatif mandiri) menggunakan platform eDagang untuk ekspor melalui e-TRADE.

Zafrul yang mantan Menteri Keuangan tersebut mengemukakan, Miti dan Matrade juga mendorong eksportir Malaysia untuk memanfaatkan Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA), termasuk FTA terbesar, yaitu Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP). Masing-masing menyumbang 28 persen dan 11,5 persen dari PDB global.

Halal Park

Di Malaysia, sertifikasi halal berada di bawah JAKIM (Jabatan -- baca: kantor -- Kemajuan Islam Malaysia) yang dipimpin Menteri Portofolio urusan Agama Islam di Kantor Perdana Menteri. Sedangkan HDC (Halal Development Corporation) memusatkan perhatian pada promosi, investasi, dan pengembangan industri halal. Antara lain melalui Halal Park - kawasan industri halal.

HDC juga mengembangkan inovasi yang selaras dengan perkembangan pasar global. Berbagai upaya dilakukan untuk menguatkan dan mengembangkan industri halal. Antara lain dengan menggelar rangkaian pameran bertema globalisasi inovasi halal sebagai platform terdepan bagi perusahaan halal global untuk memamerkan produk, layanan, dan teknologi industri halal yang paling inovatif  melalui 14 klaster.

Industri halal Malaysia yang menjadi salah satu landasan kekuatan ekonomi jiran tersebut, digerakkan oleh para pelaku utama. Mereka telah memainkan peran penting dan strategis dalam membentuk dan memajukan berbagai segmen dalam sektor yang dinamis ini. Dominasi populasi muslim di Malaysia menciptakan peluang bagi makanan halal di Malaysia.

QL Foods, misalnya. Sebuah perusahaan yang berbasis di Malaysia, ini menonjol sebagai pelaku utama, yang memproduksi dan mendistribusikan beragam produk makanan halal untuk pasar lokal dan internasional. Tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan ini rata-rata sebesar 43%, sejak industri halal populer secara global.

Pelaku utama lain dalam industri makanan halal di Malaysia adalah Kawan Food, yang mengkhususkan diri dalam produk makanan beku halal seperti paratha, chapati, dan samosa. Perusahaan ini berkembang dengan tingkat pertumbuhan sebesar 28 persen per tahun.  Fokus Kawan Food adalah pada bahan-bahan bersertifikat halal berkualitas tinggi dan teknik manufaktur modern.  

Pertumbuhan berbagai sektor

Di sektor farmasi, Duopharma Biotech muncul sebagai pemain penting dalam industri halal Malaysia, yang memproduksi dan mendistribusikan obat-obatan dan produk perawatan kesehatan bersertifikat halal. Duopharma Biotech mengalami tingkat pertumbuhan yang signifikan sebesar 37% rata-rata per tahun. Permintaan produk perawatan kesehatan halal dari dalam dan luar negeri terus menunjukan peningkatan.

 Di sektor fashion, dUCk merupakan merek fesyen di bawah naungan Fashionalet yang berbasis di Malaysia. FashionValet merupakan pemain kunci dalam segmen fesyen sederhana. Menawarkan beragam produk bersertifikat halal, termasuk syal, pakaian, tas, aksesori, dan perlengkapan rumah. dUCk telah mencapai pertumbuhan pendapatan yang signifikan sebesar 36% rata-rata per tahun. Fokusnya pada e-commerce dan pemasaran digital.

Di sektor kosmetik, Simply Siti, yang didirikan Dato' Siti Nurhaliza, menonjol sebagai pemain terkemuka. Menawarkan berbagai produk kecantikan bersertifikat halal, Simply Siti telah memperluas distribusinya ke negara-negara Asia Tenggara lainnya dan Timur Tengah. Fokusnya pada penggunaan bahan-bahan alami dan berkualitas tinggi, kolaborasi strategis, dan inisiatif pemasaran digital yang menggerakkan pertumbuhan pendapatannya.

Di sektor industri keuangan Islam, Maybank Islamic dan Bank Islam Malaysia adalah pemain utama yang menawarkan produk dan layanan perbankan sesuai dengan aqidah, syariah,  muamalah dan akhlaq. Maybank Islamic bertumbuh rata-rata 15 persen per tahun, akan halnya Bank Islam Malaysia bertumbuh rata-rata 6 persen per tahun. Bank-bank ini telah memperluas jangkauan penawaran yang sesuai dengan sistem keuangan Islam, berinvestasi dalam teknologi digital, dan memperkuat kehadiran mereka di pasar-pasar utama.

Secara kolektif, para pemain ini berkontribusi pada semangat industri halal Malaysia, sekaligus menunjukkan kepemimpinan Malaysia di hampir seluruh segmen halal. Mereka berkomitmen untuk mempertahankan pertumbuhan di sektor ekonomi yang signifikan secara global ini.

HDC juga melakukan persemaian pasar, antara lain di Timor Timur, Tatarstan, Jepang, dan beberapa negara lainnya. HDC selalu siap membantu dan berkolaborasi dengan negara lain untuk membangun ekosistem halal yang tangguh dan secara kolektif memanfaatkan peluang ekonomi. Pemerintah Malaysia telah memberi mandat penuh kepada HDC sebagai koordinator utama pengembangan ekosistem halal di Malaysia. Dengan mandat tersebut, HDC memfasilitasi masuknya pelaku industri ke dalam ekonomi halal.

Ekosistem Halal Dunia

HDC sendiri melakukan berbagai program aksi untuk meningkatkan jumlah pakar halal Malaysia; meningkatkan investasi langsung di kawasan industri halal yang dikelolanya; dan menciptakan peluang kerja bagi warga Malaysia di salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Melalui kegiatan promosi yang gencar HDC dan lembaga lainnya, terus menggencarkan persemaian dan pertumbuhan industri halal secara global. Antara lain seperti yang nampak di Uruguay, Peru, Brasil, Jepang, dan Korea. Utusan dari berbagai negara tersebut datang ke HDC untuk mempelajari bagaimana Malaysia mengembangkan ekosistem halalnya.

Dinamika perkembangan undustri halal memang prospektif. Diperkirakan, pasar halal global bernilai sekitar 3 triliun dolar AS. HDC sendiri memperkirakan, akan  tumbuh hingga 5 triliun dolar AS pada tahun 2030.

Malaysia, melalui HDC memberi perhatian dan memelihara ambisi untuk menguasai seluruh rantai pasokan. Apalagi pemerintah telah pula memainkan aksi diplomasi (bisnis) halal. Diplomasi halal ini bertujuan menduniakan sistem ekonomi halal dengan menghubungkan ekosistem halal Malaysia dengan ekosistem halal lain di seluruh dunia.

Terkait dengan hal tersebut, HDC terus mengembangkan pengetahuan dan keahlian, sekaligus memfasiliotasi akses ekosistem industri halal domestik dengan dunia - global. Kelembagaannya tak rumit, sehingga kolaorasi dan sinergi erlangsung efektif dan efisien.

HDC tak pernah berhenti mengembangkan kreativitas dan inovasi, termasuk menyelenggarakan pelatihan dan konsultasi. Sekaligus selalu siap berbagi pengetahuan dan pengalaman. Semua berlangsung di atas cara yang halal | haedar

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Lingkungan
19 Sep 24, 12:52 WIB | Dilihat : 781
Antara Lumbung Pangan dan Kai Wait
24 Jul 24, 07:03 WIB | Dilihat : 988
Gertasi Selenggarakan Munas di Perdesaan Garut
02 Jul 24, 13:28 WIB | Dilihat : 963
Menyambangi Kota Bogor dari Jalur Commuter Line
23 Mei 24, 17:36 WIB | Dilihat : 1584
Wawali Bukittinggi Sambut Baik Gagasan SIGAP Indonesia
Selanjutnya