Dialog dengan Karyawan di Penghujung Operasi Perusahaan

| dilihat 1184

Catatan Bang Sém

Ketika perusahaan dalam kondisi sulit dan dihadang pailakan mengakhiri operasinya, apapun penyebabnya, terutama faktor eksternal (perekonomian dan bisnis) yang menekan berat, berdialoglah dengan karyawan.

Ajak karyawan pada fungsi-fungsi strategis (general manager dan manajer) yang secara kolektif terlibat dalam ikhtiar menyelamatkan bisnis perusahaan dalam dialog tersebut. Tentu, peran serikat pekerja sangat penting dalam dialog dimaksud.

Jangan sekali sekala menghindari peluang dialog dengan karyawan, karena melalui dialog itulah komunikasi akan berlangsung dengan terus terang dan apa adanya. Tidak ringan memang. Karena dialog dengan karyawan memerlukan kematangan, sekaligus keseimbangan nalar, nurani, dan rasa.

Karyawan dalam perusahaan adalah salah satu pihak yang sangat harus tahu kondisi obyektif perusahaan dan ikhtiar bisnis yang dilakukan oleh pemilik dan pemimpin perusahaan

Dari pengalaman selama ini, sebelum melakukan dialog dengan karyawan, pemilik dan pemimpin perusahaan mesti menguasai dan mendalami undang-undang yang mengatur relasi karyawan dan perusahaan. Antara lain undang-undang ketenaga-kerjaan.

Baca dan pahami dengan jernih berbagai hal yang tersurat dan tersirat dalam undang-undang ketenagakerjaan tersebut. Pahami dengan jelas pasal-pasal yang berkaitan dengan kewajiban dan hak karyawan.

Terang Benderang dan Terbuka

Hitung dengan terang benderang kewajiban perusahaan untuk memenuhi hak karyawan. Karena ketika perusahaan berhenti aktivitasnya dan harus memenuhi berbagai aksi bisnis terkait dengan hak dan kewajiban dengan pihak ketiga, hubungan perusahaan dan karyawan adalah hal yang sangat penting didahulukan.

Bicaralah sejujurnya kondisi obyektif perusahaan, termasuk kemampuan optimum perusahaan memenuhi kewajibannya atas hak-hak karyawan. Tak hanya berkaitan dengan pesangon dalam besaran tertentu sesuai dengan masa jeda kerja yang akan mereka alami.

Hal demikian amat diperlukan untuk memastikan, bahwa ketika perusahaan berhenti melakukan aktivitas bisnisnya, karyawan mendapat kepastian, bahwa hak-hak mereka terlindungi. Kendati, tak semua hak dapat dipenuhi perusahaan, khasnya berkaitan dengan kewajiban perusahaan terkait dengan social security.

Dalam konteks ini, pemilik dan pemimpin perusahaan mesti secara terang benderang dan terbuka menjelaskan rencana aksi perusahaan untuk segera menghentikan program social security tersebut. Termasuk asuransi ketenagakerjaan.

Buka dialog yang jernih terkait dengan rencana perusahaan membayar upah, paket pesangon, dan kewajiban perusahaan lain (seperti membuat rekomendasi dan 'raport' kinerja karyawan), sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan yang segera menyergap mereka.

Mengurangi kecemasan adalah pertimbangan awal mengapa dialog dengan karyawan harus dilakukan. Selebihnya adalah untuk merawat komunikasi yang terbuka dan jujur ??dengan karyawan. Setidaknya terkait dengan seluruh proses yang dapat membantu mereka mempersiapkan diri secara finansial selama masa jeda kerja.

Ikhtiar Bisnis tak Berhenti

Karena situasi dan kondisi penutupan perusahaan atau penghentian bisnis akibat tekanan berat berbagai faktor eksternal, pemilik dan pemimpin perusahaan juga mesti menyisakan sedikit celah ruang harapan, bahwa pada pada masa tertentu di depan, masih ada kemungkinan akttivitas bisnis bisa dilanjutkan. Walaupun, misalnya, dengan menggunakan perusahaan lain. Oleh sebab itu perusahaan masih harus menjalin kontak dengan karyawan.

Dalam dialog dengan karyawan, dari pengalaman selama ini, biasanya karyawan yang kritis dan terbuka menyampaikan aspirasinya secara jernih, merupakan mereka yang terandalkan. Tanggung jawab mereka terhadap perusahaan mengemuka dan terasakan.

Mereka lebih mudah diajak berkomunikasi, katimbang karyawan yang lebih mendahulukan kepentingan dirinya. Antara lain dapat terbaca dari bagaimana mereka menafsir dan menerjemahkan berbagai aturan tertulis di dalam undang-undang ketenagakerjaan dan peraturan perusahaan.

Bagi karyawan yang semacam ini, yang utama adalah bagaiumana hak-hak mereka terpenuhi dan kecemasannya menghadapi jeda kerja. Untuk meyakinkan siapa saja yang berdialog, mereka bicara seolah-olah membawa aspirasi seluruh karyawan. Hal ini mereka lakukan untuk mendapatkan dukungan seluruh karyawan.

Tidak berhenti hanya sampai pada dialog terbuka yang melibatkan seluruh karyawan, dialog dan komunikasi antar personal juga diperlukan. Melalui komunikasi semacam ini, akan dapat diketahui siapa saja karyawan yang perlu mendapatkan rekomendasi khas, sekaligus perlu dibantu untuk bekerja di perusahaan kolega pemilik perusahaan.

Kejujuran, kejelasan, pertanggungjawaban, akuntabilitas, dan kewajaran dari pemilik dan pemimpin perusahaan, akan sangat membantu berlangsungnya dialog dengan karyawan di penghujung operasi perusahaan. Lantas yakini, ikhtiar bisnis tak boleh berhenti. |

Editor : delanova
 
Lingkungan
09 Jan 25, 20:57 WIB | Dilihat : 845
Petaka Kebakaran Terburuk Landa Los Angeles
22 Des 24, 16:25 WIB | Dilihat : 487
Awan dan Fenomena Alam
29 Nov 24, 04:10 WIB | Dilihat : 604
Banjir Terparah Menerjang Malaysia
19 Sep 24, 12:52 WIB | Dilihat : 1362
Antara Lumbung Pangan dan Kai Wait
Selanjutnya
Humaniora
31 Jan 25, 05:17 WIB | Dilihat : 410
Keserakahan
31 Des 24, 09:17 WIB | Dilihat : 528
Berjarak dengan Bimbit
25 Des 24, 02:45 WIB | Dilihat : 332
Christmas Carol di Jakarta
22 Des 24, 11:13 WIB | Dilihat : 810
FORHATI Peduli Pengembangan Generasi Emas
Selanjutnya