SEJAK Desember 2024, Presiden Terpilih AS Donald Trump telah sesumbar akan menjadikan Gaza sebagai neraka, bila kelompok pejuang Palestina HAMAS tidak membebaskan para sandera zionis Israel, sebelum pelantikannya 20 Januari 2025 mendatang.
Pernyataan Trump tersebut membuat Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanjahu merasa mendapat angin, bahwa HAMAS akan keder. Netanjahu sudah salah berkali-kali membaca beragam peristiwa pada posisi negosiasi dengan para pejuang gigih Palestina tersebut.
Beragam analisis dan prediksi bahkan mengemukana, selepas tanggal 20 Januari -- dengan asumsi tidak ada kejutan yang mengguncang dunia -- semua neraka akan terjadi di Timur Tengah.
Trump sendiri dan tim presidensinya tak menjelaskan apa yang akan dilakukan di balik pernyataan, "neraka yang harus dibayar" jika HAMAS tak melepas para sandera.
Selasa (8/1/25) dalam suatu konferensi pers, Trump sekali lagi sesumbar, "neraka akan pecah di Timur Tengah" jika para sandera tidak dikembalikan pada saat ia menjabat. "Itu tidak akan baik untuk Hamas. Dan itu tidak akan baik, sejujurnya, untuk siapa pun," kata Trump.
Adalah Jonathan Panikoff, petinggi urusan Timur Dekat Dewan Intelijen Nasional (2015-2020) yang menyatakan, ancaman Trump itu ditujukan untuk meyakinkan Hamas bahwa mereka lebih mungkin memperoleh kesepakatan yang lebih baik dengan pemerintahan Biden yang akan berakhir daripada dengan pemerintahan Trump yang akan datang.
Menurut Panikoff kepada media online FP (Foreign Policy), ancaman atau gertakan Trump itu supaya HAMAS segera membuat kesepakatan. Hanya beberapa jam dari ancaman Trump itu, menyeruak kabar ke seantero dunia, California - salah satu Negara Bagian AS yang penting, diserang alam yang segera mengubahnya menjadi 'neraka' dengan kobaran api membara. Alam, seolah, menjawab ancaman Trump dan mendahului.
Trump dan Biden Tak Peduli Isyarat Bomba
Tentu Trump maupun Presiden AS Joe Biden yang akan mengakhiri jabatannya tak peduli, bahwa selama bulan Desember 2024 itu juga, CalFire -- pasukan pemadam kebakaran (bomba) California -- sedang ancang-ancang menghadapi anomali musim dan bersiap siaga menghadapi musim dingin.
Mereka melakukan penyesuaian strategi kerja sejalan dengan penurunan aktivitas kebakaran musiman dan mengoptimalkan sumber daya secara strategis karena risiko kebakaran berkurang selama bulan-bulan yang lebih dingin.
Mereka tetap memprakirakan, kendati California mengalami jumlah kebakaran yang lebih tinggi dari biasanya tahun ini, total luas lahan yang terbakar tetap sedikit di bawah rata-rata lima tahun tetapi melebihi angka tahun lalu.
Prakiraan mereka menunjukkan, bahwa suhu di atas normal dan curah hujan di bawah normal akan terus berlanjut hingga Februari, sehingga meningkatkan risiko kebakaran, terutama di California Selatan.
Isyarat meningkatnya frekuensi kejadian angin lepas pantai mereka prediksi, dapat meningkatkan kekuatiran kebakaran di area tertentu. Mereka sudah menyiagakan Jet Stream yang terus aktif, dan diperkirakan akan membawa kondisi yang dingin dan lembab, yang mendorong pertumbuhan vegetasi dataran rendah dan salju di dataran tinggi.
Di laman resmi website mereka, pasukan bomba ini mengemukakan, kondisi ini, dikombinasikan dengan peralihan ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, diperkirakan akan menurunkan potensi kebakaran yang signifikan selama 2-3 bulan ke depan. Namun, California Selatan tetap menjadi pengecualian, di mana beberapa risiko kebakaran yang meningkat mungkin terus berlanjut.
Laksana Pasukan Petaka
Isyarat alam kebakaran sporadis di berbagai spot kebakaran hutan sejak Juni 2024 yang berhasil diatasi, tak menggusarkan, ketika cuaca kering disertai beliung menghempas sejak Selasa (6/1/25).
Api menjalar cepat, merambah berbagai wilayah, tak terkecuali Los Angeles. Berbagai media sontak mengabarkan situasi kacau. Warga Los Angeles yang menjerit panik, lantas kabur menghindari diri dari kejaran api yang bergerak cepat ke berbagai area, termasuk area permukiman para selebritas dunia. Mereka tinggalkan kendaraan mereka yang lantas dilumat api membara.
Hollywood, Beverly Hills dan beberapa area lain, termasuk Malibu, Pacific Palisades tak terselamatkan. Badai mengubah kebakaran hutan yang tampaknya biasa menjadi kobaran api yang berkobar dalam hitungan jam.
Kobaran api melesat bagai pasukan petaka yang bergerak menuju Pacific Palisades. Api segera mengepung lingkungan di sebelah barat kota, meluas dengan cepat dari 10 hektar menjadi beberapa ribu hektar.
Berbatasan dengan Malibu, Pacific Palisades yang selama ini dianggap sebagai 'surga' dengan jalan-jalan di lereng bukit dan jalan berliku yang terletak di Pegunungan Santa Monica, dan memanjang hingga ke pantai-pantai di sepanjang Samudra Pasifik.
Para selebritas aktordan aktris Hollywood menyaksikan bagaimana api melumat rumah yang menyimpan gemerlap gaya hidup mereka. Mereka segera mengungsi, salah seorang di antaranya adalah aktor James Woods.
Selaras dengan itu, aktor Steve Guttenberg, warga Pacific Palisades, mendesak orang-orang yang meninggalkan mobil mereka untuk meninggalkan kunci di dalam sehingga kendaraan dapat dipindahkan untuk memberi jalan bagi truk pemadam kebakaran. Buldoser segera membersihkan kendaraan yang ditinggalkan untuk membuka rute bagi kendaraan darurat.
Alam Mengirim 'Neraka' Lebih Cepat
Di daerah Pacific Palisades ini, menurut Hollywood Reporter, tinggal Jennifer Aniston, Bradley Cooper, Tom Hanks, Reese Witherspoon, Adam Sandler, dan Michael Keaton dengan gelimang gaya hidup mewah mereka. Akan halnya Ewan McGregor tinggal di Topanga Canyon, pinggiran kota Los Angeles yang juga menjadi sasaran api.
"Ini seperti kiamat," seru Ellen Delosh-Bacher kepada Los Angeles Times, kala bergegas dari pusat kota Los Angeles ke rumahnya, tempat ibunya yang berusia 95 tahun dan dua anjingnya tinggal. Ia semakin cemas, ketika api menggeliat dan menghambur di belakang kedai kopi Starbucks. Polisi menyeru keras, "Segera lari. Selamatkan dirimu."
Alam bergerak lebih cepat dari pembuktian sesumbar janji Trump akan mengubah Gaza menjadi neraka. California Selatan -- termasuk Los Angeles -- yang selama ini diandaikan sebagai 'surga dunia' dan menjadi bagian penting 'mimpi Amerika,' kota kedua ternama setelah New York City, lebih cepat berubah jadi neraka.
Trump mempolitisasi keadaan. Ia menyerang Gubernur California Gavin Newsom dan Walikota Los Angeles Karen Bass yang ditudingnya mengabaikan kebijakan ihwal air. Dengan gaya khasnya yang pongah dan laku lajak, Trump terus menghujani Newsom, seperti membalas dendam. Lantaran pada masa pemerintahan pertamanya, Trump menjadi sasaran kritik Newsom perihal perubahan iklim.
Situasi California Selatan sampai beberaopa bagian wilayah Los Angeles yang hangus dan kini meninggalkan bengkalai kota yang legam, disebut Mohammad Javad Zarif, mantan Menteri Luar Negeri Iran, "mengingatkan kita pada kebiadaban Israel di Gaza."
Wakil Presiden untuk Urusan Strategis yang juga akademisi Iran, ini mencuit di akun X-nya (Jum'at, 10/1/25), "Rekaman suram dari California mengingatkan kita pada rumah, sekolah, dan rumah sakit yang hancur di Gaza," tulis Zarif.
Ia menulis pula, "Merupakan hal yang manusiawi untuk bersimpati kepada warga California yang telah kehilangan segalanya karena amukan alam— terutama karena banyak di sana yang mendukung warga Gaza yang kehilangan segalanya karena kebiadaban Israel."
Serangan Israel Melumatkan Kemanusiaan
Zarif mengungkapkan simpatinya. Cuitannya agak berbeda dengan kebanyakan netizen dari Turki dan berbagai belahan dunia yang menyimpan gelegak dan luahan lugas.
Meskipun esensi pesan yang dikemukakan mereka senada dengan pesan Zarif, para netizen dari berbagai belahan dunia, khasnya Turki, Malaysia, Perancis, Belanda, Jepang, dan beberapa negara bagian di AS menyerukan aksi nyata penghentian genosida zionis Israel di Gaza.
Berbagai media mengungkap ekspresi berbagai kalangan (akademisi, analis, politisi, dan netizen biasa) merespon peristiwa terpanggangnya California oleh api yang membara sebagai serangan alam atas Amerika Serikat supaya sadar diri, bahwa dukungan mereka terhadap aksi genosida zionis Israel yang memporak-poranda Gaza, telah merampas segalanya. Termasuk melumatkan kemanusiaan.
Kebakaran besar melanda California Selatan telah menghancurkan puluhan ribu hektar lahan serta banyak rumah dan bisnis di daerah tersebut. Namun, cuit Fethema di akun X-nya, hanya menewaskan 10 orang.
Hanya sekitar 180.000 orang yang harus dievakuasi dengan 200.000 orang lainnya berada di bawah peringatan evakuasi. "Tak sebanding dengan derita rakyat Palestina," sambung Fethema.
Akankah Pemerintah AS Sadar?
Sedangkan Zarif dalam ciutannya menyebut, ketika rezim zionis Israel menyerang Gaza sejak Oktober tahun lalu, telah menewaskan sedikitnya 46.006 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 109.378 lainnya, di Gaza setelah mereka 'meratakan' hampir seluruh wilayah yang dikepung hingga rata dengan tanah.
Israel melancarkan serangan brutalnya di Gaza pada 7 Oktober 2023, setelah kelompok perlawanan Hamas Palestina melakukan operasi kejutan terhadap entitas penjajah, itu sebagai balasan atas kekejamannya yang meningkat terhadap rakyat Palestina.
Akankah serangan alam yang mengubah Hollywood menjadi Hell-iwood menyadarkan Washington dan sekutu, serta pemasok senjata terbesar zionis Israel, sadar?
Telah berulang kali Amerika Serikat memveto resolusi Dewan Keamanan PBB tentang gencatan senjata di Gaza dan sejak itu memberikan dukungan intelijen, keuangan, dan logistik yang tak terbatas kepada rezim tersebut.
Bahkan, Pemerintahan Presiden AS Joe Biden -- yang akan segera lengser -- Jum'at (10/1/25) lalu, masih mengumumkan kesepakatan senjata senilai USD 8 miliar kepada rezim Israel, sebagai bagian dari dukungan Washington yang tak tergoyahkan terhadap perang genosida yang dilakukan oleh entitas penjajah di Jalur Gaza yang terkepung. | Haedar