Deddy Mizwar Kampanyekan Konsumsi Daging Kambing

Kontes Domba dan Kambing di Istana Bogor

| dilihat 3635

AKARPADINEWS.COM | TAK banyak orang tahu, Presiden Jokowi memelihara kambing / domba di Istana Bogor. Tak sekadar memelihara, kambing dan domba itu sungguh dirawat, termasuk dimandikan secara reguler. Begitu informasi yang diterima dan terkonfirmasi.

Ketika berkunjung ke Bandung, sebelum melakukan kampanye tax amnesty di hotel Inter Contenintel – Dago Pakar, Presiden Jokowi yang didampingi Kepala Staf Presiden Teten Masduki, Wakil Ketua MPR RI Osman Sapta Odang, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dan beberapa staf lainnya, sempat berbincang soal kambing dan domba dengan Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Deddy Mizwar yang sejak tahun 2014 gencar berkampanye konsumsi daging kambing dan domba.

Dalam obrolan serius tapi santai itu, topik soal kambing dan domba mengemuka, lantaran selama ini kita kerap dihadang oleh persoalan sapi. Padahal secara tradisi, masyarakat Indonesia lebih karib dengan kambing dan domba. Terutama karena sebagian terbesar masyarakat Indonesia adalah muslim, yang memperoleh pengetahuan tentang kualitas daging kambing dan domba yang lebih baik dibandingkan dengan kualitas daging hewan lainnya termasuk sapi.

Sabtu, 27/8/2016 di Istana Bogor, Presiden Jokowi menggelar kontes domba garut dan kambing, memperebutkan Piala Kemerdekaan di Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor. Dalam kontes itu, menurut Teten Masduki, akan domba dan kambing akan dinilai dalam empat kategori. Yaitu: Raja Pedaging, Raja Petet, Raja Kasep dan Ratu Bibit.

Para juri yang diambil dari kalangan akademisi, asosiasi domba Garut, dan unsur pemerintah akan menilai bobot dan kesehatan domba kontestan. Termasuk kontestan kambing perah yang memproduksi susu paling banyak dan paling berkualitas.

Juri akan menilai domba kontestan dari kategori Raja Pedaging dari bobot kesehatan sebagai pedaging. Untuk kategori Raja Petet, juri akan menilai domba atau kambing kontestan yang masih muda, tetapi berpotensi sebagai pejantan yang akan menghasilkan daging berkualitas.

Akan halnya domba peserta kategori Raja Kasep akan memilih domba yang berbadan kekar, bertandung bagus, berbulu halus, dan prima kesehatannya. Sedangkan Ratu Bibit, yang akan dinilai para juri adalah domba / kambing anakan yang berpotensi mempunyai daging berkualitas. Domba milik Presiden Jokowi yang dipelihara di Istana Bogor juga diikutsertakan dalam salah satu kategori.

Adapun, kategori Ratu Bibit, hal yang dinilai para juri, yakni domba yang masih berupa anakan, namun berpotensi memiliki daging yang berkualitas. Domba garut milik Presiden Jokowi yang dipelihara di Istana Bogor akan diikutsertakan ke dalam salah satu kategori itu.

Diperkirakan lomba berlangsung selama enam jam, dilanjutkan dengan bincang-bincang antara Presiden Jokowi dengan peternak.

Ketika dikonfirmasi soal obrolannya tentang kambing dan domba dengan Presiden Jokowi, Wakil Gubernur Jawa Barat – H. Deddy Mizwar menjawab dengan tertawa ngakak. “Ternyata Presiden Jokowi memelihara kambing dan domba,” ujarnya.

Deddy Mizwar : Daging Kambing Berkualitas

Deddy bercerita, dia meyakini, Rasulullah Muhammad SAW memenuhi protein hewaninya dengan mengonsumsi daging kambing. Dia membayangkan, di masa itu, yang hewan dikenal di Arab hanya kambing, domba, dan unta,. Hewan-hewan dengan protein hewani berkualitas.

Di dalam Al Qur’an, tentang qurban, dikisahkan Allah mengganti keikhlasan Nabi Ismail yang bersedia dikurbankan dengan kambing (qibas).  Karena itu, Deddy Mizwar membiasakan dirinya berkurban dengan kambing dan domba. Tentu jumlahnya menjadi banyak.

Deddy menjelaskan, daging kambing sangat baik dikonsumsi untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan. Ia berani menyatakan hal itu, setelah mengetahui hasil riset yang dilakukan kalangan peneliti. Bahkan, Deddy meminta Kementerian Ristekdikti melakukan penelitian untuk memperoleh kambing / domba gen O yang akan menjadi kambing / domba anakan bagi peternakan.

Alhasil, menurut Deddy masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Barat perlu disosialisasi supaya mengonsumsi daging kambing. “Daging kambing dan domba itu daging terbaik, karena itu hanya daging terbaik yang diiutamakan dalam berkurban. Bukan berarti daging unta dan daging sapi tidak penting,”ujarnya.

Deddy lalu bercerita, dalam hal susu, pun demikian. Hasil penelitian yang pernah dilaporkan kepadanya menunjukkan, susu kambing / domba kandungannya hampir sama dengan air susu ibu. “Itu sudah teruji oleh para ahli,” cetusnya.

Tentang pendapat sebagian kalangan, bahwa daging kambing / domba berbahaya bagi mereka yang berpenyakit darah tinggi. Deddy mengatakan, bagi mereka yang berpenyakit darah tinggi, mengonsumsi daging apa saja sama berbahaya. “Apalagi kalau kebanyakan,”tuturnya.

Mengonsumsi apa saja harus wajar, tidak kebanyakan atau berlebih-lebihan. Mengonsumsi sesuatu secara berlebih-lebihan, ujar Deddy, adalah salah. Jadi, konsumsi sesuai porsi yang wajar.

Dia berkelakar, bila mengonsumsi sate, sop, gule, steak dan apa saja dengan bahan utama daging, pasti memancing darah tinggi. “Begitu habis makan lihat bonnya saja sudah memancing darah tinggi,” kelakarnya sambil terkekeh.

Ia menduga, tidak mustahil, informasi ihwal konsumsi daging kambing / domba akan bikin kolesterol dan hipertensi, sengaja dikembangkan sebagai isu oleh negara-negara yang produksi sapinya berlebihan.

“Akibatnya kita bergantung pada mereka. Padahal, daing sapi bila dimakan banyak juga bisa bikin kolesterol,”ujar Wakil Gubernur yang mengenyam juga pendidikan di Sekolah Menengah Farmasi itu.

Serius Deddy mengatakan, kalau masyarakat Indonesia kembali ke tradisi, mengonsumsi daging kambing / domba, kita tidak akan ribut terus soal daging sapi.

Bagi Jawa Barat sendiri, walaupun tetap membuka ruang bagi peternakan sapi, ternak kambing / domba merupakan bagian dari mata pencaharian yang sudah lama dilakukan.

Di menyebut, Jawa Barat memiliki hampir 9 juta ekot domba dan hampir 2 juta ekor kambing, tetapi konsumsi daging kambing dan domba relatif masih sedikit. Hanya 1.45 persen rakyat Jawa Barat mengonsumsi kambing / domba. Selebihnya 74 persen mengonsumsi unggas, dan 24 persen mengonsumsi sapi.

Vasian konsumsi daging seperti, boleh jadi karena kita terus menerus membiarkan diri terpengaruh oleh pola konsumsi daging sapi untuk memenuhi protein hewani. Akhirnya kita hanya fokus ke daging sapi, yang kenyataannya selalu kekurangan. Akibatnya kita harus impor sapi.

Kalau mau bicara ketahanan pangan dari aspek pemenuhan protein hewani, fokus pada kambing dan domba, karena potensinya di dalam negeri sangat besar dan produksinya lebih banyak dibandingkan sapi.

Tapi, bleid atau kebijakannya adalah soal ketahanan pangan, bukan semata-mata daging sapi. Janganlah kita terus menerus fokus pada sesuatu yang kurang, seperti sapi, lalu mengabaikan yang potensial pengembangannya, seperti kambing / domba.

Kontes domba yang digelar Presiden Jokowi di Istana Bogor, itu boleh menjadi langkah awal memulai peralihan fokus ketahanan pangan berbasis kambing / domba. Perlu juga dilanjutkan dengan penelitian intens tentang kambing / domba, sebelum akhirnya kampanye konsumsi daging kambing / domba.

Tentu, yang perlu dikembangkan bukan hanya kambing hitam, dan bukan pula domba yang gampang diadu. Melainkan semua jenis kambing / domba pedaging dan kambing / domba perah.. Dan.. ingat, kulit kambing / domba merupakan kulit berkualitas untuk jaket, celana, dan aksesoris lainnya. Dalam kontes tersebut kambing bernama Bejo terpilih sebagai Raja Pedaging.| JM Fadhillah

Editor : sem haesy | Sumber : berbagai sumber
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 429
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1006
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 237
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 713
Momentum Cinta
Selanjutnya
Energi & Tambang