Pesawat Boeing 737 Max Dikandangkan Sementara

| dilihat 1602

Pemerintah Republik Indonesia melalui Direktur Jendral Perhubungan Udara - Kementerian Perhubungan, akhirnya memerintahkan kepada maskapai penerbangan untuk melakukan temporary grounded pesawat Boeing tipe 737 Max 8.  Alias dikandangkan sementara.

Larangan terbang untuk pesawat seharga USD121,6 atau setara Rp1,7 triliun per unit, itu, menyusul peristiwa jatuhnya pesawat jenis tersebut milik Ethiopian Airlines, Ahad (10/3/19) mengalami kecelakaan, enam menit setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Addis Ababa, Ethiopia. Pesawat itu rencana terbang ke Nairobi, Kenya.

Dalam kecelakaan itu, sebanyak 149 penumpang dan 8 awak kabin dinyatakan tewas. TV Pemerintah Ethiopia menyatakan para penumpang di dalam pesawat itu berasal dari 33 negara, salah seorang di antaranya adalah warga Indonesia, Harina Hafitz.

Pesawat sejenis milik Lion Air JT610, juga mengalami kecelakaan di Teluk Karawang, setelah beberapa menit lepas landas dari bandara internasional Soekarno Hatta, Senin, 29 Oktober 2018, dan menewaskan 189 orang.

Pesawat Boieng 737 adalah jenis pesawat yang paling laku. Tahun 2017 tercatat pesawat tipe 737 adalah terjual sebanyak 69 unit. Di Indonesia, LionAir mempunyai dan mengoperasikan 10 unit pesawat jenis ini. Sedangkan Garuda Indonesia, hanya 1 unit pesawat.

Direktur Jendral Perhubungan Udara, Polana B. Pramesti, memutuskan untuk melarang terbang sementara pesawat terbang Boeing 737-8 MAX di Indonesia. Kebijakan ini diambil untuk memastikan bahwa pesawat yang beroperasi di Indonesia dalam kondisi laik terbang (airworthy), sekaligus menjamin keselamatan penerbangan di Indonesia.

Menurut keterangan resmi yang dikeluarkannya, Senin (11/3/2019) Polana menyatakan, larangan terbang itu dilakukan juga untuk melakukan inspeksi seluruh pesawat jenis ini.

Sejak peristiwa jatuhnya pesawat JT610, pengawasan atas jenis pesawat ini dilakukan ketat. Direktorat Jendral Perhubungan Udara juga telah melakukan komunikasi dengan Federal Aviation Administration (FAA), untuk memberikan jaminan bahwa seluruh pesawat Boeing 737 - 8 MAX yang beroperasi di Indonesia laik terbang.

FAA telah menerbitkan Airworthiness Directive yang telah diadopsi juga oleh Ditjen Perhubungan Udara dan telah diberlakukan kepada seluruh operator penerbangan Indonesia yang mengoperasikan Boeing 737-8 MAX.  FAA menyampaikan akan terus berkomunikasi dengan Ditjen Perhubungan Udara sekiranya diperlukan langkah lanjutan guna memastikan kondisi airworthy (laik terbang) untuk Boeing 737-8 MAX.

Direktorat Jendral Perhubungan Udara juga telah menerima pernyataan langsung dari Boeing Co., sebagai pabrikan yang akan memberikan keterangan terkini terkait hasil investigasi kecelakaan Ethiopian Airlines. Boeing Co. juga siap menjawab pertanyaan dari Ditjen Perhubungan Udara tentang langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan aiworthy jenis pesawat terbang Boeing 737-8 MAX.

Polana menghimbau seluruh maskapai penerbangan untuk mematuhi aturan yang berlaku sebab keselamatan adalah hal yang utama dalam penerbangan. Memperkuat penjelasan Polana, Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Avirianto mengatakan, larangan terbang berlaku selama proses inspeksi, yang akamn dilakukanmulai 12 Maret 2019. 

Senin (11/3/19) Kementerian Perhubungan melalui Avianto sudah memanggil maskapai Garuda Indonesia dan Lion Air menyusul jatuhnya pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan maskapai Ethiopian Airline kemarin.

Garuda Indonesia melalui M. Ikhsan Rosan, Vice President Corporate Secretary mengeluarkan pernyataan resmi pula terkait dengan pesawat ini, pada Senin (11/3/19).

Dalam pernyataan resminya itu, dijelaskan, Garuda Indonesia sebagai provider jasa penerbangan yang turut mengoperasikan 1 (satu) armada Boeing 737 Max 8. Secara berkelanjutan, Garuda Indonesia terus melaksanakan prosedur inspeksi extra serta pemeriksaan berkala lanjutan terhadap fitur-fitur vital penunjang kelaikan armada seperti  airspeed, altitude system, flight control system hingga stall management system dengan catatan hasil inspeksi No Fault Found (dengan hasil baik).

Tak hanya itu, Garuda juga melakukan trainning terhadap pilot secara rutin dan berkala, dengan melaksanakan Proficiency Check di Simulator B 737 MAX. Selain itu, Garuda Indonesia terus melaksanakan close review dan berkoordinasi intensif dan memberikan regular report sejak Oktober tahun lalu dengan regulator, yaitu Direktorat Jenderal Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU).

Garuda Indonesia juga memberikan saran dalam menyikapi adanya insiden penerbangan yang melibatkan armada Boeing 737 MAX 8, khususnya dalam memastikan aspek mitigasi dan kebijakan preventif terhadap tata kelola safety armada Boeing 737 MAX 8 tetap terjaga. Garuda Indonesia mengerti dan memahami kekuatiran penumpang sehingga tetap ekstra ketat dalam memonitor operasi penerbangannya.

Terkait dengan Surat Edaran yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Senin (11/3) sore, tentang Temporary Grounded untuk pelaksanaan Inspeksi atas seluruh B737 MAX yang beroperasi di Indonesia, Garuda Indonesia melakukan grounded atas pesawat B 737 MAX sejak sore ini (11/3) sampai pemberitahuan lebih lanjut. 

Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan nasional terus berupaya mengedepankan komitmen dan budaya safety dalam seluruh lini operasionalnya. Hal tersebut sejalan dengan value aspek “safety” sebagai “core” operasional perusahaan yang sudah tertanam dalam budaya kerja jajaran karyawan dan lini operasional Garuda Indonesia.

Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Udara diambil, setelah sebelumnya Menteri Perhubungan dipanggil rapat oleh Menko Maritim, Luhut B. Panjaitan. Respon Kementerian Perhubungan kalah cepat dibandingkan dengan kementerian yang sama di Republik Rakyat China yang telah lebih dlu memerintahkan maskapai penerbangan di nara komunis yang kapitalistik, itu untuk mengkandangkan seluruh pesawat Boeing 737 MAX.

Dari berbagai referensi, kelemahan pesawat jenis ini justru pada saat take off dan landing, padahal potensi bahasa justru pada dua momen itu.

Dalam kasus pesawat Lion Air JT610, Jack Steward (Share, 11/07/18) mengabarkan, persoalan pada sensor. Tapi, hal itu semestinya, sudah cukup bagi Boeing untuk mengeluarkan peringatan keselamatan bagi semua maskapai yang mengoperasikan pesawat-pesawat itu, sekaligus memberitahu para pilot untuk memoles cara menangani 'pembacaan' yang membingungkan atau tindakan tak menentu dari komputer instrumen kontrol penerbanganyang bisa menyebabkan pesawat menukik dan tenggelam.

FAA mengatakan pihaknya mengabaikan saran Boeing, untuk mewajibkan perusahaan penerbangan AS untuk mematuhinya. Sensor yang menjadi penyebab kecelakaan pesawat ini menggunakan komputer agar pilot pesawat mengetahui jumlah daya angkat yang dihasilkan sayap saat mereka memotong di udara. Jika sudut serang terlalu curam, daya angkat mulai berkurang, dan menciptakan kendala aerodinamis, karena  tidak cukup daya angkat ke atas untuk menjaga pesawat tetap tinggi.

Les Westbrooks, profesor ilmu aeronautika di Embry-Riddle Aeronautical University dan pilot menyatakan, cara untuk mengatasinya adalah dengan mengarahkan hidung pesawat sedikit ke bawah, sehingga sistem keamanan akan melakukan secara otomatis, serta secara agresif dan keras menggoyangkan kontrol kuk sebagai peringatan.

Tetapi jika bacaan tidak benar atau tidak konsisten, baik otomasi dan manusia dapat menjadi bingung untuk mendorong lebih jauh dan lebih ke bawah saat mereka mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan tentang hal itu. Pun untuk mencaritahu penyebab hidung hidung menukik tajam.

Setiap ada masalah dengan Boeing 737 MAX selalu memprihatinkan, karena pesawat ini menjadi model yang populer di seluruh dunia untuk Boeing, yang telah memproduksi 219 unit dari generasi keempat pesawat jet berbadan sempit 737. Apalagi banyak maskapai di seluruh dunia sedang memesan pesawat ini sampai lebih dari 4.700 unit.

Boeing 737 MAX adalah pesawat terlaris dalam sejarah Boeing. Pesawat jenis ini merupakan peningkatan dari tipe 737 sebelumnya, dengan mesin yang lebih efisien dan ujung sayap yang terpisah untuk aerodinamika yang lebih baik. Boeing memulai pengiriman pada Mei 2017. Pelanggan terbesar di AS sejauh ini termasuk Southwest dan Amerika. Secara internasional, Air Canada, Lion, dan Norwegia, seperti halnya beberapa maskapai regional China.

Boeing tidak menjawab permintaan untuk klarifikasi apakah peringatan keselamatan ini memengaruhi model tertentu, MAX-8, yang diterbangkan Lion Air, atau apakah itu berdampak pada MAX-7 hingga MAX-10, yang berbeda panjangnya. Dan... pesawat sejenis milik Air Ethiopia itu, tersungkur dengan kematian yang memilukan. | delanova

Editor : Web Administrator | Sumber : berbagai sumber
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 634
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 784
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 751
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya