Asean Literary Festival 2015

Semangat Asia dalam Dinamika Global

| dilihat 1793
 
JAKARTA, AKARPADINEWS.COM |  Setelah sukses diselenggarakan selama tiga hari pada Maret tahun 2014 lalu, kali ini perhelatan temu sastra internasional “Asean Literary Festival ” (ALF) akan segera digelar selama delapan hari pada 15-22 Maret 2015 di Taman Ismail Marzuki dengan tema “Question of Conscience”.
 
Gelaran ini diselenggarakan oleh Yayasan Muara bersama dukungan dari Kementerian Luar Negeri RI dan Hivos. Menurut Abdul Khalik selaku Direktur ALF, tema yang diusung  terkait pada sastra sebagai respon dinamika global dan perkembangan zaman, terutama pada konsumerisme dan perkembangan teknologi informasi.  
 
Abdul dalam siaran persnya menjelaskan tentang identitas sastrawan bersama karya ASEAN dan Asia untuk menghadapi perubahan, selain mempertanyakan kembali posisi karya sastra sebagai suara hati nurani dalam memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan.
 
Penyelenggaraan ALF menampilkan acara-acara yang lebih beragam, sama seperti tahun lalu akan ada rangkaian diskusi, workshop menulis dan dramatic reading dan pentas seni baik puisi dan seni pertunjukan lain. Sebagai tambahan, ALF akan menayangkan Asean film screening terpilih dari berbagai negara pada hari pertama hingga ke tiga  di Goethe Institute dan berbagai universitas ternama di Jakarta. Kegiatan literary trip akan membawa peserta dan pengunjung ke beberapa tempat penting bersejarah yang turut mengukir perkembangan sastra Indonesia.  
 
Membangkitkan semangat dan identitas Asia sebagai kesadaran budaya dalam sastra jelas menjadi fokus pertemuan dalam wadah ALF. Terutama bila dihubungkan dengan Asean Community pada 2015 menurut Abdul Khalik. Selain Khalik, para penggagas ALF diantaranya adalah Diretur Program, novelis Okky Madasari dan dewan pengarah dari akademisi dan sastrawan antara lain Tommy F Awuy, Saras Dewi, Damhuri Muhammad, dan Jamil Maidan Flores. 
 
Penyelenggaraan ALF yang akan diikuti  oleh para penulis, seniman, akademisi, penerbit, dan film lebih dari 20 negara dari ASEAN dan non ASEAN menarik untuk dihadiri di balik kelangkaan gelaran sastra yang menawarkan wacana dan dialog pertemuan lintas budaya. 
 
Asia, termasuk Asean sendiri memiliki toko-tokoh sastrawan yang menelurkan karya-karya besar dan menjadi inspirasi wacana perubahan dalam kondisi sosial dan politik, di Indonesia nama Pramoedya Ananta Toer salah satunya, atau sosok Wiji Tukul, yang hilang pada masa Orde Baru adalah penyair yang terpilih sebagai peraih Asean Literary Award.  
 
Selanjutnya, apakah yang bisa ditawarkan oleh para sastrawan bagi perkembangan sastra Indonesia dan Asia saat ini? Ketika zaman telah berubah, globalisasi, teknologi dan informasi menjadi dua mata pisau, sebagai pendukung kemajuan zaman atau melunturkan sisi kemanusiaan. Semoga penyelenggaraan ALF dapat menjawab pertanyaan tersebut, selain di manakah letak kesadaran dan hati nurani kita dan karya sastra.  |Ratu Selvi Agnesia
 
 
Editor : Nur Baety Rofiq
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 239
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 463
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 454
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 425
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 941
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1170
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1431
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1580
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya