Iran Anggap Remeh Serangan Israel

| dilihat 330

Malam sudah larut, Kamis (18/4/24) ketika terdengar suara ledakan agak kuat di luar Isfahan. Suara ledakan itu, lantas diakui sebagai serangan balik zionist Israel atas Iran. Tapi, ledakan itu tak mencemaskan warga. Pemerintah Iran, anggap remeh serangan Israel tersebut.

Sebelumnya, Sabtu (14/4/24) Iran melakukan serangan atas Israel, dan membuat sejumlah kerusakan infrastruktur pangkalan udara Israel, di Selatan Tel Aviv. Serangan drone dan rudal balistik Iran, itu sekadar tempelangan peringatan Iran atas Israel, yang pada 1 April menggempur konsultan Iran di Damaskus.

Zionis Israel, agaknya merencanakan serangan atas sentra nuklir Iran Natanz di luar Isfahan. Namun tak kesampaian. Pemerintah, media, dan rakyat Iran menganggap remeh serangan itu.

Pihak berwenang menyebut, suara ledakan di kota Isfahan (Iran tengah) dan kota Tabriz (Iran barat laut) merupakan akibat dari sistem pertahanan udara Iran yang gencar menembaki “benda mencurigakan,” yang seliweran di luar dua kota tersebut.

Hossein Dalirian, juru bicara badan antariksa Iran dalam postingan di akun X (twitter), mengemukakan, “tidak ada serangan udara dari luar” perbatasan Iran di Isfahan atau bagian lain negara itu.

Para pejabat Iran mengemukakan, semua fasilitas militer dan nuklir yang terletak di dalam dan sekitar kota Isfahan aman. Tak ada kerusakan.  Badan Energi Atom Internasional PBB juga mengkonfirmasi, tidak ada kerusakan pada situs nuklir Iran.

Menurut Hossein Dalirian, serangan yang diklaim sebagai serangan zionis Israel, itu sebagai “usaha yang gagal” untuk menerbangkan quadcopter yang “ditembak jatuh.”

Diplomasi Bijak Iran

Terkait ledakan tersebut, Kantor Berita semi-resmi Fars melaporkan tiga ledakan di sekitar bandara Isfahan dan Pangkalan Udara Tentara Shekari ke-8.

Serangan zionis Israel tersebut dibesar-besarkan oleh media Barat, termasuk sejumlah media Amerika Serikat (AS) yang mengutip pengakuan para pejabat, bahwa mereka telah menerima pemberitahuan awal laporan serangan Israel terhadap Iran. Mereka menyebut, serangan Israel memang diarahkan ke sentra nulir Iran, Natanz.

Sentra nuklir Natanz memang terletak dekat kota Isfahan, yang beberapa tahun terakhir menjadi sasaran beberapa serangan sabotase dalam beberapa tahun terakhir.

Kehidupan di Isfahan berlangsung normal. Kendati demikian, setelah terjadi 'serangan' tersebut, otoritas bandar udara negara, menghentikan penerbangan ke kota Isfahan dan Shiraz dari Teheran. Menurut maskapai penerbangan dan navigasi udara Iran, penerbangan kemudian dilanjutkan di Bandara Internasional Imam Khomeini dan Bandara Internasional Mehrabad.

Pemimpin Zionis Israel, Benjamin Netanjahu, memang telah berjanji akan memberikan respon militer atas serangan Iran, walaupun banyak negara Barat mendesak untuk menahan diri untuk mengurangi ketegangan.

Tindakan Netanjahu mengabaikan desakan sejumlah pemimpin negara-negara Barat.  Perdana Menteri dari ultra kanan Partai Likud, itu memang dihadapkan oleh satu di antara tiga pilihan: pembalasan keras terhadap Iran; respons yang lemah terhadap pasukan proksi Iran atau pangkalan asing Iran; atau tidak ada respon sama sekali.

Menggerus Citra Israel

Pembalasan yang kuat dipandang sebagai aksi yang akan mengembalikan kredibilitas militer Israel sebagai kekuatan paling kuat di Timur Tengah, kendati akan merusak hubungan Israel dengan sekutu Barat, terutama AS. Ditengarai, pilihan melakukan pembalasan kuat, mungkin akan menambah dan meningkatkan kecenderungan internasional untuk mengakui negara Palestina yang merdeka. Terutama, mengingat pertemuan Majelis Umum PBB mendatang yang akan membahas isu tersebut.

Netanjahu dan kabinetnya cenderung memilih pembalasan kuat untuk kepentingan politik domestiknya. Pilihan tersebut, berbeda dengan opsi kedua, yang dilihat dari sudut pandang geopolitik, merupakan opsi paling menguntungkan bagi Israel. Khasnya, karena dapat memuaskan sebagian warga Israel, mempertahankan aliansi antara Israel dan sekutu-sekutu Baratnya.

Opsi kedua juga dipandang akan menguntungkan bagi zionis Israel karena akan meningkatkan tekanan diplomatik terhadap Republik Islam Iran. Suatu situasi yang dipandang dapat melemahkan strategi baru Iran dalam menetapkan garis merah baru di sekitar pasukan proksinya.

Selama ini sikap Iran yang merespon lemah kelakuan zionis Israel, sebagai langkah diplomasi yang bijak. Karenanya, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, lebih menyerukan serangan balasan kepada Israel -- atas tragedi Damaskus -- sekadar sebagai tempelengan saja terhadap Israel (baca: Cara Iran Menempeleng Israel).

Tindakan Iran semacam itu, terbukti, berkontribusi terhadap persepsi negatif atas Israel di seluruh dunia. Sekaligus menggerus citra Israel serta mengurangi citra militer Israel yang sangat kuat.  Karenanya serangan peringatan Iran kepada Israel pada Sabtu lalu, memperkuat strategi regional baru Iran.

Di tengah spekulasi serangan Israel, seorang komandan senior Iran kemarin memperingatkan, negaranya mempertimbangkan kembali doktrin nuklirnya jika Israel menyerang fasilitas nuklirnya. "Israel pasti akan menghadapi balasan yang keras," ungkap Brigadir Jenderal Ahmed Haqtalab, komandan Korps Garda Revolusi Islam yang bertanggung jawab atas perlindungan pusat nuklir.

Warga Percaya Kekuatan Militer Iran

Dari serangan yang dilakukannya Sabtu lalu, Iran sudah kenal pasti bagaimana mesti melantakkan Pangkalan Udara Nevatim Israel, tempat F-35 Israel berpangkalan. Bila hal tersebut terjadi, tentu akan menjadi awal babak baru perang di kawasan Timur Tengah. itu sebabnya, AS dan sekutu Israel lainnya telah mendesak Netanyahu untuk menahan diri. Bahkan petinggi AS sedikit mengancam, pemerintah AS tak akan berpartisipasi dalam pembalasan Israel.

Presiden Joe Biden, menurut Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby bahkan mendesak Netanjahu untuk memikirkan dampak keberhasilan tersebut terhadap seluruh kawasan.

Kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah Iran mengatakan serangan yang dilancarkan Israel berhasil dipatahkan dengan sistem pertahanan udara ditembakkan yang menebar sistem persenjataan utajma Iran di beberapa provinsi.

Warga Iran yang mendengar suara ledakan di beberapa lokasi, meyakini, bahwa sistem pertahanan militer negaranya cukup kuat menghadapi Israel. Kepercayaan tersebut menguatkan keyakinan anggota Dewan Tinggi Nasional Iran, sehingga mereka tak melakukan pertemuan darurat.

Apalagi, tidak ada kerusakan pada situs nuklir Iran. Dan, seperti berita yang dilansir IRNA, pertahanan udara Iran telah menembaki pangkalan udara utama di kota Isfahan. Di kota ini terdapat pangkalan armada jet tempur F-14 Tomcat buatan Amerika, yang dibeli sebelum Revolusi Islam tahun 1979.

Zionis Israel beserta sekutunya meyakinkan, bahwa sentra nuklir Iran di luar kota Isfahan dikelola untuk tujuan militer. Iran tentu menyangkal hal tersebut, dan berulang kali menyatakan tidak memiliki program senjata nuklir dan bersikeras bahwa semua upaya pengayaannya adalah untuk tujuan sipil.

Pengayaan uranium dan plutoinium ke tingkat kemurnian yang lebih tinggi, telah mendorong Iran mendekati kemampuan teoritis untuk menghasilkan senjata nuklir. Ini yang membuat AS, Israel dan sekutunya di Barat terus berusaha mengagalkan Iran meningkatkan kapasitas tersebut. | Janat Fareshteh

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 991
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1208
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1480
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1627
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya