Dalam Gubahan dan Lantunan Ramli Sarip

Puisi Pak Lah Pesan Mendalam Seorang Negarawan

| dilihat 275

Catatan Bang Sém

Mengikuti siaran langsung prosesi istiadat negara pengebumian (pemakaman) Allahyarham Pak Lah (Abdullah Ahmad Badawi) - Perdana Menteri Malaysia Kelima (2003-2009) dari hall salat ke Taman Makam Pahlawan - Masjid Negara Kuala Lumpur lewat siaran langsung televisi (Selasa, 15/4/25) terasa dukacita merayapi nalar dan nurani secara naluriah.

Saya menyaksikan prosesi pemakaman tersebut dari kejauhan, sambil mendengarkan lagu yang digubah dan didendangkan biduan Ramli Sarip dengan suaranya yang khas.

Ramli Sarip menggubah lagu bertajuk Ku Cari Damai Abadi dari puisi nukilan Pak Lah bertajuk sama. Puisi itu sempat diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia oleh Victor Pogadaev, profesor madya Universiti Malaya. Lima tahun lalu, rekaman lagu itu dikhalayakkan oleh Ramli Sarip lewat saluran YouTube-nya sejak 19 Mei 2019.

Puisi Pak Lah, itu mengekspresikan perenungan diri yang terasa nyata dalam praktik kepemimpinannya, sampai ia tak lagi aktif dalam dunia politik praktis Malaysia menyusul pengunduran dirinya sebagai Presiden UMNO/Barisan Nasional (BN) dan Perdana Menteri.

Tun Dr. Mahathir Muhammad (pendahulu dan pengeritiknya) dalam wawancara di sela takziah menyebut, di awal masa kepemimpinannya sebagai Presiden UMNO/BN, Pak Lah berhasil membawa UMNO/BN sebagai pemenang Pilihan Raya Umum 2004 dengan perolehan terbesar sepanjang sejarah partai / koalisi partai itu. UMNO/BN berhasil menguasai 198 dari 220 kursi Dewan Rakyat.

Ekspresi Laku Pribadi

Pak Lah memusatkan perhatian ihwal tamaddun (peradaban) dan transformasi pembangunan Modal Insan di Malaysia. Pumpunan pemikiran yang disampaikannya di Malaysia, Jerman, Australia, Selandia Baru, India, Pakistan dan Arab Saudi sepanjang 2004-2005, diterbitkan dalam buku bertajuk Islam Hadhari: A Model Approach for Development and Progress. Peradaban Islam, yang nilai-nilai dan norma di dalamnya, ia pandang penting menjadi nilai bagi seluruh warga Malaysia.

Meski berkecimpung dalam dunia politik praktis dan berguru kepada PM Malaysia Kedua Tun Razak (ayah Najib Razak) sebagaimana Tun Mahathir, Pak Lah saya pahami lebih kuat cenderung berfikir dan bersikap laiknya seorang ulama dan cendekiawan, yang karib dengan sufisme.

Puisinya bertajuk Ku Cari Damai Abadi yang digubah menjadi lagu permenungan oleh Ramli Sarip, terasa sebagai ekspresi laku pribadinya yang kalem, tenang, ikhlas, dan pema'af. Tanpa kecuali, mema'afkan para seteru politiknya.

Begini puisi itu berbunyi:

Aku cari bukan harta bertimbun-timbun / Untuk hidup kaya / Aku cari bukan wang berjuta-juta / Untuk hidup bergaya / Aku cari bukan kawan-kawan / Untuk hidup sekadar berfoya-foya //

Aku cari mana dia Al-Ghazali / Aku cari mana dia Al-Shafie, / Kita bongkar rahsia kitab suci / Cari pedoman //

Kita bongkar rahsia sunnah nabi / Cari panduan / Aku hidup kerana Dia Rabbi //

Dialah teman / Dialah wali / Dia mencukupi / Aku hidup bererti / Menikmati damai abadi //

Cari Panduan

Dari puisinya tersebut terasa bagaimana Allahyarham Pak Lah menempatkan pengembangan spiritual sukmawi, keseimbangan hidup, keserasian akal budi (sistem logika, nurani, rasa, dan raga) berbasis aqidah, syari'ah, muamalah, dan akhlaq sebagai perpaduan anasir pembentuk watak dan kualitas insaniah berkeadaban.

Manusia yang mampu membentuk, merancang, sekaligus menggerakkan tamaddun sebagai pemimpin di atas muka bumi yang sungguh dilandasi ketulusan - keikhlasan - kebaikan - kebajikan menuju kesalehan sejati (personal dan sosial). Tak hanya dalam praktik keagamaan, melainkan juga dalam keseluruhan konteks kehidupan (sosial, ekonomi, budaya, politik).

Manusia yang mampu melakukan proses transformasi sukmawi dengan kesadaran dan antuasiasme untuk menghidupkan simpati, empati, apresiasi, respek, cinta dan kemanusiaan. Karenanya di masa kepemimpinannya, ia memandang dan memberi arah bagi pembangunan pendidikan yang memadukan kecerdasan intelektual dan moral, ketangkasan penguasaan sains dan teknologi, kedalaman insaniah untuk menjadi sungguh manusia.

Boleh jadi karena kepeduliannya yang mendalam pada keseimbangan yang menempatkan demokrasi sebagai cara mencapai harmoni kebangsaan dengan melaksanakan segala aturan perlembagaan (konstitusi), kepemimpinannya yang tenang, dinilai lemah oleh berbagai politisi.

Sepanjang masa kampanye Pilihan Raya Umum ke 12 (2008) para pembangkang (oposan) kala itu, menyerangnya secara pribadi, bahkan dengan black campaign di berbagai wilayah. Sejumlah politisi muda dari kalangan pembangkang, melalui pidato, poster dan alat peraga kampanye lainnya, bahkan menyerangnya dengan cara-cara yang tak beradab.

Tapi, Allahyarham Pak Lah konsisten dan berteguh dengan keyakinannya, "Aku cari mana dia Al-Ghazali / Aku cari mana dia Al-Shafie, / Kita bongkar rahsia kitab suci / Cari pedoman // Kita bongkar rahsia sunnah nabi / Cari panduan / Aku hidup kerana Dia Rabbi // Dialah teman / Dialah wali / Dia mencukupi / Aku hidup bererti / Menikmati damai abadi //"

Pesan Seorang Negarawan

Itulah agaknya, kala didesak kalangan petinggi dari dalam partainya sendiri (UMNO/BN) untuk meletakkan jabatan sebagai Presiden UMNO/BN dan Perdana Menteri, ia tak mencari-cari alasan dan menggunakan posisi - jabatannya untuk mempertahankan kekuasaan.

Allahyarham Pak Lah bahkan mengabulkan tuntutan itu dengan mengajukan permohonan pengunduran diri kepada Yang di Pertuan Agung ke 13, Tuanku Mizan Zainal Abidin - Sultan Terengganu. Lantas menyerahkan kepemimpinannya kepada Dato Seri Najib Razak.

Demensia yang dialaminya, saya pahami sebagai cara Allah menjawab pencariannya sebagaimana ternukil dalam larik-larik akhir puisinya. Karena dengan demikian, ketulusan dan keikhlasannya tak ternodai. Khasnya, kala Khairy Jamaluddin, menantunya dizalimi dengan disorong dari wilayah parlemen binaannya di Rembau ke Sungai Buloh. Kemudian dipecat dari keanggotaan UMNO.

Puisi Pak Lah dalam gubahan Ramli Sarip terasa menjadi lirik pencerah seorang negarawan, kala praktik politik senang bergaduh. Lantas menjadi bagian indah di sela seluruh rangkaian do'a pengantar kepulangnya ke kedamaian abadi, rahmatullah (14/4/25) dan pemakamannya (15/4/25).

Pada prosesi pemakamannya, sejak persemaian di Masjid Negara Kuala Lumpur, nampak di layar televisi, PM X Anwar Ibrahim, para mantan PM (Tun Mahathir, Tan Sri Muhyiddin Yassin, Dato Seri Ismail Sabri Yakob) dan para politisi petinggi - tanpa kecuali yang pernah mengeritik, mencerca, bahkan menghinanya -- hadir.

Mereka menghantar kepulangan Pak Lah (Tun Abdullah Ahmad Badawi) melalui istiadat negara pemakamannya di Taman Makam Pahlawan Masjid Negara Kuala Lumpur.

Dari kejauhan terasa, Pak Lah negarawan baik dan bijak, yang dengan ketulusannya melintasi gerbang husnul khatimah.. InsyaAllah. Dan.. suara Ramli Sarip mendendangkan puisi Pak Lah sungguh melantunkan pesan mendalam seorang negarawan arif, Ku Cari Damai Abadi. |
 

Padubonjer, 15/4/25

Editor : delanova | Sumber : foto RTM/TV1 dan sumber lain
 
Polhukam
23 Apr 25, 09:58 WIB | Dilihat : 180
Memperkuat Sinergi Indonesia Malaysia
07 Apr 25, 11:13 WIB | Dilihat : 357
Memaknai Diplomasi Lebaran Prabowo dan Anwar Ibrahim
16 Mar 25, 11:48 WIB | Dilihat : 514
Umat Islam Jangan Berdiam Diri
Selanjutnya
Sporta