Musik Melayu Meriahkan Tahun Baru di Bundaran HI

| dilihat 2576

MALAM pergantian tahun 2017 (31/12/17) ke 2018 (1/1/18) di DKI Jakarta kali ini, menghadirkan pesona yang berbeda dengan tahun sebelumnya.

Di panggung utama Bundaran Hotel Indonesia (HI) – Jalan Thamrin, pada malam pergantian tahun itu, akan mengalun dendang irama melayu.

Geisz Chalifah, promotor dan maesenas musik melayu yang selama tujuh tahun sudah konsisten menggelar Jakarta Melayu Festival (JMF) mengabarkan, nanti malam di panggung utama bundaran HI yang legendaris itu akan tampil kelompok musik Seroja Accoustic Band.

Kelompok musik dari musisi dan penyanyi melayu kawakan ini, antara lain terdiri dari Butong Olala, Tom Salmin, Darmansyah, dan kawan-kawan. Mereka tak pernah absen mengisi JMF selama tujuh tahun, dan setiap Selasa malam menawar dahaga pecinta musik melayu di Al Jazeera Signature, Jalan Johar No. 8 – Menteng, Jakarta Pusat.

Menurut Geisz, kelompok musik ini, malam ini akan  menghibur warga Jakarta melepas tahun 2017 yang penuh warna, menyambut tahun 2018 yang penuh harapan.  

“Panitia acara telah menghubungi Tom Salmin untuk ikut menghibur warga Jakarta  dimalam pergantian  tahun,” ungkap Geisz Chalifah, Minggu (31/12/2017).

Direncanakan, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang merupakan salah seorang pendukung Jakarta Melayu Festival selama tujuh tahun, itu akan menyempatkan hadir, untuk bersama warga Jakarta berbagi kebahagiaan dengan irama musik yang terjaga artistika, estetika, dan etikanya.

“Gubernur DKI Jakarta direncanakan juga akan hadir dan naik panggung untuk menyapa dan bergembira bersama warga Jakarta,” jelas Geisz yang juga mantan aktivis mahasiswa di jamannya, itu.

Geisz mengapresiasi Pemprov DKI Jakarta, khasnya Dinas Pariwisata,  yang memberikan ruang untuk musik Melayu untuk tampil  di acara malam tahun baru.

Keputusan menghadirkan musik melayu di tengah serbuan musik Rap, R&B, K-Pop, Rock, dan lainnya itu, menurut Geisz patut diapresiasi, agar musik warisan leluhur kita sebagai masyarakat dalam lingkup budaya Melayu – Nusantara, sungguh mendapatkan lagi pentasnya di event-event nasional dan internasional.

“Selama ini, kita, termasuk Pak Anies Baswedan, berjuang untuk itu,” ujarnya.

Dengan kepercayaan pemerintah DKI dan komitmen mengangkat kembali genre Melayu, Geisz berharap musik Melayu  semakin berjaya di negeri sendiri.

Di mata Gubernur Anies Baswedan, musik Melayu adalah musik yang mengekspresikan akal budi. Hal itu disampaikannya berulang kali. Terakhir dalam kesempatan jumpa pers jelang JMF 2017, Agustus lalu di Jakarta.

“Cobalah simak dan perhatikan syair lagu-lagu Melayu. Pilihan kosakata dan makna aksaranya mengantarkan pesan-pesan moral yang mencerminkan akal budi. Untuk itu, kita perlu berkomitmen mengembangkan dan menghidupkan terus musik melayu,” ungkap Anies.

Menghadirkan musik melayu di Panggung Utama Bundaran HI, juga sangat tepat, karena pada masanya, di Ramayana Ball Room hotel itu, dendang lagu Melayu selalu disajikan. Lokasi panggung utama itu pun tak jauh dari Kebon Kacang dan Kebon Melati di Kecamatan Tanah Abang.

Di daerah-daerah itulah dulu orkes Melayu berkembang, karena tokoh-tokohnya seperti Husein Bawafie, Mashabi, Abdillah Harris, Said Kelana (ayah Imaniar) tinggal. Di daerah itu juga tinggal pemain gendang terkenal, Ibrahim yang lebih dikenal dengan panggilan Bang Boim.

Orkes Melayu Chandra Lela, juga lahir dan berkembang di daerah itu. Bahkan penyanyi terkenal Sam Saimun, di era 60-an secara khas bertutur tentang Tanah Abang, lewat lagunya bertajuk Bujang dan Dara yang memadukan beat musik Melayu dan Chacha, begini syairnya:

Kala senja tiba di ambang/Riuh Rendah Pasar Tanah Abang/Simpang siur dara dan bujang/Lalu lintas kacau dan terhalang//

Tanpa tujuan yang tertentu/Bujang Dara keluar pintu/Dengan harapan jumpa satu/Penawar Asmara dirindu//

Dengan gaya seorang gentlemen/tampan nian bagai superman/Hilir mudik tanpa tujuan/Melagu sambil bersiulan//

Gaya suara macam Effendi/Lincah sungguh menarik hati/Tepat sudah paduan hati/Esok boleh jumpa kembali // NIYANTI

Editor : sem haesy
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 429
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1008
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 237
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 713
Momentum Cinta
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 220
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 435
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 432
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 402
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya