Serangan Balasan Iran Cemaskan Warga Israel

| dilihat 342

Kecemasan akan menghantui warga Israel selepas Iran penuhi janjinya untuk membalas serangan atas kantor konsulatnya di sebelah Kedutaan Besar Iran di Damaskus - Syria, 1 April 2024 lampau.

Gugurnya tujuh perwira Garda Revolusi Iran pada peristiwa tersebut menorehkan luka dan akan membuat Iran menempuh langkah pembalasan secara head to head.

Serangan udara Iran atas Israel pada Sabtu (13/4/24) yang tak terantisipasi oleh sistem pertahanan Israel adalah bukti, Iran tak main-main dengan janjinya: melakukan pembalasan. Apalagi, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan Israel tidak bertanggung jawab atas serangan terhadap kantor konsulat Iran tersebut.

Pembalasan Iran, setidaknya tercermin dari sikap Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei dalam khutbah Idul Fitri, Rabu (10/4/24) yang meminta pertanggungjawaban Israel seraya menjanjikan pembalasan.

Iran mengirimkan ratusan rudal ke Tel Aviv, jantung kuasa Israel dan membuat Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumpulkan anggota Dewan Keamanan Nasional-nya di Gedung Putih. Sekaligus membuat Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dan Presiden Perancis Emanuel Macron bereaksi dan menyatakan dukungan kepada Israel bersama Amerika Serikat.

Joe Biden nampak sadar, bahwa janji pembalasan Iran atas Israel bukan hanya gertakan. Hal tersebut tercermin dari pernyataan Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, yang memprediksi seranmgan Iran atas Israel akan terjadi dalam bilangan hari.

Bagi Iran, memang tak ada pilihan lain. Serangan balas adalah niscaya dan merupakan bentuk kesadaran kebangsaan, di dalamnya termasuk nation dignity yang tak boleh diabaikan. Apalagi, kawasan Kedutaan Besar Iran, merupakan  “tanah Iran” yang terkait langsung dengan kedaulatan negara - bangsa.

Prediksi dan analis atas sikap Iran, memantik kebingungan Israel dan segera direspon oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis, diikuti oleh aksi pertahanan minda melalui blow up media Barat.

Kecemasan dan Kegamangan

Berbagai laman utama media mainstream (termasuk media sosial) Barat menyembunyikan realitas kecemasan Israel, sehingga terkesan dan seolah-olah serangan balasan Iran tak berdampak besar.

Tapi, kecemasan warga Israel tak bisa ditutupi begitu saja. Reaksi lambat Kementerian Pertahanan Israel atas serangan balasan Iran, menunjukkan kecemasan dan kegamangan tersebut.

Meski berusaha keras melakukan antisipasi dan respon atas aksi Iran yang akan berkelanjutan, terkesan kuat Israel tak cukup tajam membaca kemungkinan serangan lanjut Iran yang menyiapkan ratusan rudal yang terfokus ke satu lokasi. Sekaligus menempatkan pasukannya dalam keadaan siaga tinggi di satu tempat. Tanpa kecuali kemungkinan Iran mengubah lokasi sasaran. Juga mengubah secara mendadak pola serangan. Termasuk dari mana serangan akan dilakukan.

Iran tak hanya melakukan aksi serangan untuk menggempur bagian wilayah Palestina yang dirampok Israel. Iran juga melakukan serangan sejalan dengan taktik perang psikologis yang telah membuat banyak warga Israel sangat gugup, gamang dan cemas setiap saat.

Serangan balasan Iran, seringkali tak dapat diprediksi oleh Israel dan komplotannya. Inilah yang akan menyebabkan keluarga-keluarga Israel memilih tinggal di rumah agar tetap dekat dengan ruang aman mereka, katimbang mempersiapkan diri untuk berkumpul pada hari Sabat seperti yang selalu mereka lakukan.

Upaya pemerintah Israel, telah memerintahkan pemerintah kota mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi serangan lanjutan. Juga membuka tempat perlindungan bagi penduduk, jika janji pembalasan Iran menjadi kenyataan.

Dalam konteks serangan balasan, Iran lebih cepat memusatkan perhatian kepada isu terkait kebanggaan nasional, daripada disibukkan dengan berbagai isu dan kontroversi lokal, ancaman eskalasi yang mungkin terjadi, yang berpotensi mencapai puncaknya pada serangan Israel terhadap Iran.

Di lingkungan domesti Iran, kekuatiran yang tumbuh lebih ke soal-soal ekonomi. Antara lain pada potensi kenaikan lebih lanjut dolar AS. Di Teheran, misalnya, kekuatiran terhadap kondisi ekonomi lebih mengemuka.

Khasnya, ketika nilai tukar mata uang Iran, Rial, telah terdepresiasi sebesar 30 persen sejak awal Januari 2024, yang memperburuk inflasi. Diprediksi depresiasi mata uang real atas dolar AS akan bergerak pada kisaran 50 persen.

Jawaban Atas Ancaman Israel

Keangkuhan Amerika Serikat dan sekutunya yang enggan mengecam Israel atas tindakan mereka menghancurkan dan melakukan genosida di Gaza (dan seluruh warga Palestina), sudah diduga akan bersikap sama dalam menyikapi serangan Israel atas kantor Konsulat Iran di Damaskus - Syria. Sikap demikian membuat Iran untuk merancak peningkatan eskalasi serangan atas Israel.

Iran memang bertindak hati-hati dan tidak mau tergesa-gesa, namun isyarat Teheran kepada Washington DC terkait dengan pengendalian eskalasi serangan, diabaikan begitu saja oleh Joe Biden.

Seruan Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian agar negara-engara Barat dan dunia internasional merutuk Israel atas serangan Israel ke Damaskus, 1 April 2024 diabaikan. Bahkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) nyaris tidak merespon baik.

Sikap tidak adil negara-negara Barat dan Dewan Keamanan PBB dalam negosiasi menurunkan eskalasi ketegangan Iran - Israel, dengan serta merta membuat Iran harus melakukan aksi nyata membayar janjinya, melakukan serangan balik.

Bagi Iran, menahanm diri untuk tidak menyerang Israel adalah sesuatu yang berat. Apalagi, Kepala Pertahanan Udara Iran utara, Brigadir Jenderal Amir-Mohammad Sadeghian, (Jum'at: 12/4.24) sudah memeriksa “kesiapan tempur, peralatan, dan protokol pasukan." Akan halnya Israel mengganggap, Iran tak akan menceburkan dirinya di ajang konfrontasi militer secara langsung dengan skala penuh terhadap Israel.

Dari berbagai pengalaman selama ini, Iran sangat konsisten melaksanakan rencana mereka melakukan pembalasan atas kejahatan yang dilakukan Israel. Termasuk kejahatan zionis Israel di Gaza, Palestina.

Dalam khutbah Idul Fitri, pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei mengecam Israel dan Barat karena perang Gaza yang ‘berdarah.’ Khamenei menanggapi ancaman Israel atas Iran, bila menggunakan wilayahnya sendiri untuk membalas.

Ancaman tersebut dikemukakan Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz dalam postingan di akun X-nya dalam bahasa Ibrani dan Persia. “Jika Iran menyerang dari wilayahnya sendiri, Israel akan membalas dan menyerang di Iran,” tulisnya.

Kejahatan atas Peradaban

Di mata Khamenei, “kejahatan” zionis Israel di Gaza selama Ramadhan dan serangan terhadap konsulat Iran di Suriah harus dibalas. Pernyataan Khamenei dalam khutbahnya di Teheran, itu mendapatkan dukungan dari massa yang menyimak khutbahnya.

Menurut Khamenei, “Rezim jahat telah melakukan kesalahan dalam masalah ini, dan mereka harus dihukum.” Khamenei dan pejabat tinggi militer dan pemerintah lainnya telah berulang kali memperingatkan, akan adanya pembalasan sejak serangan udara Israel pada 1 April di Damaskus, yang menewaskan komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) di Suriah dan Lebanon. (baca: Iran Lancarkan Serangan Udara Atas Israel dalam Eskalasi Besar)

Khamenei menegaskan, serangan atas konsulatnya di Damaskus, tersebut merupakan serangan Israel terhadap tanah Iran.  Pernyataan tersebut mendapat respon dari “poros perlawanan,”  yang secara ideologis merupakan sekutu dan kelompok non-negara. Poros ini telah menyerang Israel seperti yang telah mereka lakukan berulang kali sejak dimulainya perang di Gaza.

Di sisi lain, kelompok payung angkatan bersenjata Perlawanan Islam di Irak mengatakan pihaknya meluncurkan dua drone di kota pelabuhan Haifa pada Rabu dini hari. Kelompok ini juga berada di balik lusinan serangan terhadap pasukan Amerika Serikat di Irak dan Suriah sejak perang di Gaza pecah pada tanggal 7 Oktober 2024.

Intensitas serangannya sempat menurun secara signifikan setelah serangan pesawat tak berawak di Yordania menewaskan tiga tentara Amerika, namun tampaknya kini secara bertahap meningkat lagi eskalasinya.

Sejak perang di Gaza meletup kelompok Hizbullah di Lebanon telah saling baku tembak dengan militer Israel, dan Houthi di Yaman terus melancarkan serangan di Laut Merah. Akan halnya Israel telah memperkuat pertahanannya ketika mereka mengantisipasi serangan Iran, memperkuat personel, pesawat terbang dan sistem pertahanan udara sambil mengevakuasi beberapa misi diplomatik di luar negeri.

Dalam khutbahnya, pemimpin tertinggi Iran itu juga mengecam para pemimpin Amerika Serikat dan Inggris atas dukungan mereka yang terus-menerus terhadap perang. Pernyataan Khamenei disambut spontan oleh massa, dengan teriakan “matilah Amerika.”

“Pemerintah Barat, dalam kejadian tahun lalu, secara terbuka menunjukkan sifat jahat peradaban Barat kepada dunia,” kata Khamenei. Ia melanjutkan, “Peristiwa berdarah di Gaza telah meninggalkan rasa pahit bagi umat Islam di seluruh dunia selama Ramadan tahun ini,”  seraya menambahkan bahwa Israel telah menyerang perempuan, anak-anak dan orang tua sejak mereka gagal mengalahkan pejuang Palestina.

Lebih dari 33.300 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah dibunuh oleh militer Israel di Jalur Gaza sejak dimulainya perang | Janat Fareshteh.

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 539
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1063
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 291
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 756
Momentum Cinta
Selanjutnya