Berkunjung ke Museo Ferrari - Maranello

Galeri Supercar Kaya Informasi

| dilihat 2105

Catatan N. Syamsuddin Ch. Haesy 

ITALI masih menyisakan dingin, meski sudah mulai memasuki musim spring. Pagi baru menggeliat, ketika kami meninggalkan hotel di Modena.

Van yang dikendarai Hendra, orang Tasik yang sudah dua tahun tinggal di Milan, melaju wajar, dengan kecepatan normal. Suasana menyenangkan, persis seperti hendak berkunjung ke pedesaan di priangan. Jalan berliku tak begitu lebar.

Tiba di Maranello, kami berhenti sejenak. Membeli simcard lokal, vodapone. Maklum, pengalaman selama ini, setiap pulang ke tanah air, tagihan telepon selalu membengkak. Kami tak langsung ke pabrik Ferrari di kota kecil yang agak sunyi itu.

“Kita ke museum Ferrari dulu,” pinta saya kepada Hendra, yang segera mengarahkan kemudi ke sana. Tiba di sana, suasana masih agak sepi. Baru satu dua orang yang datang berkunjung.

Begitu turun dari van, sejumlah gadis semacam SPG (sales promotion girls) menghampiri.

“Mau mencoba test drive? Sepagi ini, test drive lebih menyenangkan,” ujarnya.

Gadis itu tersenyum, ketika saya bilang mau menengok museum dulu. Ia mempersilakan. Kami masuk museum. Setelah menunjukkan surat undangan dari Ferrari, kami dipersilakan masuk ke dalam museum yang juga merupakan galeri supermobil itu.

Ellen, gadis berusia 20 tahun mendampingi kami. Ia memperlihatkan simulator mobil balap formula Ferrari yang persis berada di pintu museum.

“Mau coba? Silakan,” ungkapnya.

Lalu ia mengajak kami menengok mobil Ferrari dari masa ke masa. Ketika tangan saya menyentuh mobil, dia kontak berseru, “Sorry.. don’t touch...” Ellen pun melanjutkan cerita tentang aneka mobil yang dipasang di situ, lengkap dengan potongan mesinnya.

Kemudian, Ellen mengajak kami melihat aneka mobil balap sejak pertama dibuat Ferrari sampai mobil balap Formula 1 (F1). Ketika ditanya tentang museum itu, Ellen bercerita. Mulanya berdiri Galleria Ferrari (1990), agar siapa siapa saja yang melintasi Maranello, mampir dulu ke situ. Tahun 2004 dilakukan perluasan dan diberi nama Museo Ferrari, seluas 2.500 meter persegi, terdiri dari tiga dengan pola mezanin dan lantai bertrap.

Di situlah dimensi historis produk Ferrari diperagakan. Alhasil, museum Ferrari memang ajang pameran tetap yang memamerkan produk pertama sejak 1947. Di situ Ferrari 125 S yang memenangkan Gran Prix Roma, dipamerkan setiap hari. Tak kurang dari 40 mobil dipamerkan.

Ellen menjelaskan perkembangan mobil balap sampai ke era F1, termasuk yang secara khusus diberi merk Michael Schumacher 2003 Marlboro – Ferrari. Pembalap kondang itu tercatat memenangkan 6 kali gran prix dunia, dan bersamanya Ferrari lima kali menyabet gelar produsen mobil balap nomor wahid.

Di bagian ruang pamer non mobil balap, dipamerkan produk Ferrari paling awal, pasca Perang Dunia II, seperti Inter 166, dan Inter 166 Coupe, sampai produk mutakhir Ferraru California yang sangat modis.  Produk-produk yang membuat debut Ferrari di dunia dan sering ditampilkan di ajang pameran otomotif dunia. Termasuk korelasi Ferrari dengan mode serta perempuan molek dan seksi sejak era BB (Brigitte Bardot) dan Zsa-zsa Gabor.

Sebagaimana lazimnya museum, Museo Ferrari juga menampilkan beberapa fitur fotografi dan memorabilia, dan korelasi teknologi Ferrari dengan budaya Global, kini. Ellen juga mengajak kami ke sudut hand made, tempat dipamerkan bahan-bahan interior seluruh produk Ferrai. Termasuk memperlihatkan sketsa desain body beberapa produk Ferrari yang beken di seantero dunia.

Sebelum masuk ke bilik fotografi yang sekaligus sebagai ruang pamer prestasi dan model mobil balap Ferrari yang menjuarai berbagai ajang Grand Prix dengan berbagai prototype dan foto para pembalap, Ellen menjelaskan ruang sound. Ruang berdiameter 1 meter dengan sound system yang dipasang multi point itu, menyediakan beragam fitur yang memperdengarkan bunyi mesin mobil Ferrari, termasuk mobil balapnya.

“Suara mesin Ferrari bukan sekadar suara, tetapi musik,” ujarnya. Betul. Suara mesin mobil itu bisa dinikmati laiknya suara musik.

Sebelumnya Ellen memperlihatkan miniatur ruang kerja dan patung lilin Enzo Ferrari di balik meja kerjanya. “Ruang kerja ini menyerupai aslinya,” ujar Ellen. Setelah mengajak kami masuk ke ruang pamer produk terbaru dan menjelaskan sisik melik mobil, itu kunjungan ke Museo Ferrari pun berakhir.

Ellen kembali ke counter-nya dan terlihat membuat catatan tentang apa yang baru saja dia kerjakan.. |

Editor : Web Administrator
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 634
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 784
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 751
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 339
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya