Apresiasi Tembang

Kanyaah Indung Bapak

| dilihat 773

Bang Sèm

Tembang bertajuk "Kanyaah Indung Bapak" itu kumandang pelan sepanjang jalan. Lirih dan menggugah rasa. Tembang Sundang berlaras madenda, itu ciptaan Endang Caturwati (guru besar ilmu seni pertunjukan Institut Seni Budaya Indonesia - ISBI, Bandung) tahun 1975.

Kala itu, profesor yang tak lelah berkreasi dan mengabdikan dirinya di dunia seni (akademik dan profesional) dan memimpin Rumah Seni Hapsari - Bandung, itu masih siswa Kokar (konservatori karawitan). Kokar Bandung itu kini menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK - Seni) 10 Bandung.

Sebagaimana halnya tembang Surga di Bawa Telapak Kaki Ibu (Said Effendi), Anakku Sazali (P. Ramlee), Bahtera Merdeka (Kassim Mahdor), Tanah Airku (Ibu Sud), dan Gurindam Jiwa (Wandly Yazid), Kanyaah Indung Bapak selalu menemani saya dalam perjalanan atau setiap kali harus rehat.

Endang sekaligus menulis rumpaka atawa lirik lagu yang melodius ini dengan amsal-amsal yang metaforis. Pada bait pertama, Endang beramsal:  

Ceuk beja nyaah indung lir sagara / Ceuk beja nyaah ka indung panto sorga / Ceuk beja dosa ka indung matak doraka / Nyaahna indung taya babandingannana // (kasih sayang ibu laksana samudera. Mengasihi ibu laksana membuka pintu surga. Berbuat tak elok dan tak beradab (dosa) berbuah laku derhaka. Ibu tiada banding tiada tanding).

Tentang ayah (bapak), dalam bait kedua lagu ini, Endang beramsal: Ceuk beja bapak ajen hirup urang / Ceuk beja bapak medarkeun kahirupan / Ceuk beja bapak ngayuga hirup urang Nyaahna bapak lir srangenge nu marahmay // (Katanya bapak kebanggaan hidup kita / Katanya bapak  membekali  kehidupan  / Katanya bapak menunjang hidup kita / Kasih sayang bapak laksana matahari yang bersinar).

Pada bait-bait berikutnya, Endang melukiskan dalam lirik lagu ini: Ibu yang mengandung kita / Bapak membesarkan kita / Ibu bapak yang selalu welas asih / Ibu dan bapak 'tempat berlindungnya' kita //

Tabung Kesalehan

Lagu ini melintasi zaman, karena ditulis dan digubah dengan hati dan kesadaran untuk menempatkan ibu dan ayah dalam konstelasi personal dan sosial sebagai 'tabung kebajikan dan kesalehan.'

Sepanjang jalan dari Jakarta ke Banten Lama, beberapa waktu berselang, sambil mengemudi, kemenakan saya serius mendengar lagu tersebut. Sekaligus mendiskusikan berbagai hal terkait nilai dan norma yang terdapat di dalam setiap larik lirik lagu tersebit, dan komposisi iramanya.

Ia teringat ayah dan ibu saya (kakek dan neneknya). Sepasang orang tua yang oleh anak-anak, kemenakan dan cucu-cucu sebagai pasangan yang menyimpan cinta dan kasih sayang dalam keteladanan, sikap, dan tindakan.

Sepasang orang tua yang semasa hidupnya, berhasil memadu harmoni ketegasan dan kearifan dalam satu tarikan nafas. Meramu dimensi didaktis dan paedagogis dalam mendidik anak keturunannya.

Menurutnya, tembang-tembang atau lagu-lagu semacam ini, yang mestinya menjadi muatan utama dalam proses pendidikan anak. Khasnya sejak masa tumbuh kembang. Terutama karena pendidikan dasar dan menengah yang mesti memberi prioritas pada pembentukan dan penguatan watak yang ditupang oleh pendidikan akhlaq atau budi pekerti.

Di tengah arus besar transformasi budaya global yang mengubah orientasi dan daya hidup manusia sesuai perkembangan zaman, dimensi kedalaman insaniah mestinya menjadi prioritas.

Pada masa tumbuh kembang anak sejak dini, katakanlah mulai dari tadika puri, pembentukan dan penguatan watak bersangga akhlaq akan menjadi landasan yang kokoh, menyemai daya cita dan daya cipta.

Artificial Humanity

Dengan demikian, ketika kelak beroleh pengetahuan dasar terkait baca, tulis, hitung (khasnya matematika) dan berbagai ilmu pasti,  maka kecerdasan, kreativitas dan kearifan akan diperoleh setiap anak secara wajar. Anak akan terpandu untuk membedakan ilusi, fantasi, dan imajinasi dengan berbahagai hal yang menyertainya.

Kekuatan watak berbasis akhlaq anak yang mengikuti proses tumbuh kembang akan mematangkan dirinya, sehingga pada masanya akan menjadi pribadi-pribadi berwatak yang mampu menghimpun dimensi artistik, estetik, etik, sains, dan teknologi secara pas. Akhirnya akan mampu beradaptasi dengan proses transformasi cepat tanpa harus mengalami kegegaran personal, sosial, dan kultural.

Kepribadian matang yang mampu mengendalikan singularitas dan merenangi transhumanitas, hanya akan meungkin dicapai dengan pendidikan dasar dan menengah yang menyemai, merawat, serta menumbuhkan keseimbangan nalar, nurani, naluri, rasa, dan dria yang matang.

Belakangan hari, salah seorang petinggi (yang keberadaannya dalam pentas politik berlumuran muslihat dan mengabaikan etika) melontar ilusi, hendak menjadikan matematika sebagai prioritas. Ilusi yang muncrat begitu saja, tanpa mengenali betul hakikat matematika sebagai bahasa logika. Bahasa afkar yang kelak memandu manusia memilah dengan benderang sesuatu yang realistis dan rasional dengan sesuatu yang abstrak, intuitif, dan irrasional.

Tembang 'Kanyaah Indung Bapak' berisi pumpunan reason untuk mencapai kesadaran nilai dan norma dalam relasi korelasi (personal - sosial) anak dengan orang tua. Sesuatu yang kelak, akan memupuk kesadaran dan antusiasme anak tentang simpati, empati, apresiasi, respek, dan cinta dalam pergaulan hidup sehari-hari. Menjauhkan anak dari perilaku songong, laku lajak, pongah, ujub, takabbur, bakhil, a sosial, miskultur. Melindungi anak dari potensi sebagai khayawan an nathiq (hewan yang berakal).

Dan.. ini yang penting, tembang ini mendidik anak sebagai pribadi yang paham hakikat 'kanyaah' yang bukan sekadar terima kasih. Melainkan kesadaran memaknai hakikat cinta dan kemanusiaan dalam memperlakukan orang tua secara beradab. Apalagi, dalam proses perubahan zaman, anak-anak akan berhadapan dengan artificial humanity, kemanusiaan buatan yang dihidupkan oleh artificial intelligent, yang tak terkendali oleh manusia sesungguhnya. Di sini, pendidikan dasar dan menengah mesti beriringjalan dengan pendidikan seni budaya.. |

Banten Lama, 10/11/24

Editor : delanova | Sumber : ilustrasi wingspng plus
 
Energi & Tambang
Polhukam
10 Feb 25, 16:15 WIB | Dilihat : 41
Silakan Trump Gondol Warga Israel ke Alaska
07 Feb 25, 18:49 WIB | Dilihat : 329
Putus Cinta Lebih Menyakitkan daripada Pemakzulan
07 Feb 25, 10:07 WIB | Dilihat : 297
Parlemen Makzulkan Wakil Presiden
01 Feb 25, 06:35 WIB | Dilihat : 150
Selidiki Kasus Tanjung Rhiu Secara Transparan
Selanjutnya