Refleksi Hancurnya Bangsa Amalek

Jangan Sumberdaya Alam Jadi Sumber Petaka

| dilihat 2689

N. Syamsuddin Ch. Haesy

KISAH hancurnya suku Amalek yang di­abadikan di dalam Perjanjian Lama sebagai bangsa penjajah.  Mereka menyerang bangsa Yahudi yang eksodus dari Mesir, di kawasan Ephraim (sekitar Gunung Sinai) pada zaman Hezekiah. Setelah ke­hancurannya, bangsa ini menjadi obyek sumpah serapah, dan menyebabkan dendam tak ber­ke­sudahan bangsa Yahudi.

Dendam kesumat yang di­gerakkan hawa nafsu untuk menguasai sumber daya alam dan menguasai bangsa lain, ini pula yang kemudian mendorong bangsa Yahudi akhirnya menjadi kaum zionis.

Pada masa lain, sejarah mencatat bagaimana Fir’aun menguasai sumber daya alam dan men­jejakkan kekuasaannya melebihi batas kewajaran. Kemudian dengan cara itu menguasai bangsa-bangsa lain, hingga akhirnya lantak oleh ulahnya sendiri.

Ketika penguasaan atas sumber daya alam dilakukan semena-mena melulu hanya untuk ke­pentingan yang tidak memakmurkan rakyat, maka sumber daya alam itu sendiri yang akan meng­hancurkan bangsa itu.

Tak bisa disangkal, kehidupan masyarakat tak bisa dilepaskan dengan sumber daya alam. Di dalam Al Qur’an, Allah menunjukkan komitmen-Nya terhadap sumber daya alam. Bahkan di dalam banyak ayat, Allah bersumpah demi sumber daya alam, untuk memandu manusia menjalankan fungsi khilafah-nya: memelihara sumber daya alam untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Bahkan Tuhan bertegas-tegas, siapa yang tak mampu memelihara sumber daya alam, tergolong makhluk yang merendahkan dirinya sendiri.

Berbagai kitab suci, sabda Rasul, dan kemudian konsep filosofi manusia tentang hutan, dari sudut pandang imagineering, memandu kita untuk memahami hakekat dreams governance yang sangat asasi. Bahkan dapat dideskripsikan hasil akhirnya: rimba hijau dengan sungai - sungai yang jernih airnya, permukiman hidup manusia aman – damai – sejahtera, hidup harmoni dengan flora dan fauna yang akhirnya membentuk lingkungan alam fisik dan lingkungan hidup sosial  yang layak bagi manusia.

Imajinasi kita tentang pengelolaan sumber daya alam, tentu tak hanya bertumpu pada upaya konservasi sebagai sentra kepedulian utama. Me­lainkan mengelola dan memanfaatkannya secara harmonis dan ber­ke­lanjutan.

Bagi kita di Indonesia, yang diberikan sumber daya alam indah, subur, dengan hutan hujan tropis disertai canopy yang memadai areal­nya, tempat bercah sinar matahari menjadi asupan yang menghidupkan seluruh tetumbuhan dan manusia.

Juga lapisan tanah yang mengandung fosil sumber minyak dan gas bumi, serta bebatuan yang mengandung mineral dan energi. Laut yang luas dan menyimpan sumber makanan yang meruah. 

Karenanya, pengelolaan sumber daya alam di In­donesia semestinya berlangsung secara berakhlak. Apalagi kini, ketika tekno­logi yang kian canggih, menambah kemampuan mengelola sumber daya alam yang lebih baik.

Per­soalannya tinggal, bagai­mana menghidupkan kembali budaya kolektif untuk memperlakukan sumber daya alam, sebagai bagian ke­hidupan manusia yang menyeluruh secara optimal, se­laras dengan perkembangan peradaban manusia.

Sejak jauh masa, kebudayaan dan per­adaban bangsa kita, telah memancarkan isyarat filosofis, bahwa sumber daya alam yang tidak di­kelola secara benar dan baik akan menjadi me­nimbulkan bencana yang luas dan menghancurkan peradaban.

Ketika eksploitasi dan eks­plorasi sumber daya alam dilakukan dengan cara-cara yang tidak benar (seperti praktik bad mining dan deforestasi ) maka manusia yang akan beroleh akibat buruk dari ‘kemarahan alam’.

Di tengah kegelisahan umat manusia tentang perubahan iklim global, komitmen ke­manusiaan dan peradaban yang harus dilakukan secara strategis adalah menghadang berlangsung­nya perusakan sumber daya alam dan penurunan daya dukung lingkungan hidup yang terus merosot. Bila per­tambangan yang buruk dan deforestasi tak ter­kendali, yang akan terjadi bukan hanya bencana fisik, melainkan juga bencana sosial. |

 

Editor : Web Administrator | Sumber : Cawandatu
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 218
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 430
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 429
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 399
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Energi & Tambang