Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah

| dilihat 1062

Bang Sem

Fase cinta dan kasih sayang, dalam ibadah untuk menemukan kembali komitmen cinta kepada Allah, semesta,  dan antar sesama, telah terlintasi.

Kini siapa saja yang menjalankan ibadah shaum Ramadan, tengah memasuki fase becermin diri. Tentu tidak untuk 'becermin dalam gelap' di tengah proses kehidupan duniawi.

Pada fase ini, Allah menurunkan Al Qur'an sebagai petunjuk dengan marka utama berkehidupan: aqidah, syari'ah, muamalah, dan akhlaq. Pembeda yang nyata wilayah kehidupan yang haq dan yang bathil, yang halal dan haram, kebolehan dan ketidak-bolehan, kepatutan dan ketidak-patutan.

Fase sepuluh hari kedua ini, cermin utama berkehidupan berupa firman-firman-Nya yang terefleksikan dalam ucapan dan tindakan Rasulullah Muhammad SAW, hadir menguatkan rahmat-Nya memandu kita bersikap tahu diri.

Pada fase ini, kita berpeluang untuk sungguh memahami, bahwa manusia selalu berkelindan dengan kealpaan, kesalahan, dan dosa. Sekaligus memberi isyarat, bahwa Allah sebagai Super Kreator (Al Khaliq) merupakan semesta kema'afan dan ampunan.

Kala kita memohon dengan memuji-Nya, "Allähumma innaka 'afuwwun kariim, tuhibbul 'afwa, fa'fu annä (ï)" sesungguhnya, tengah bertumbuh sikap tahu diri sebagai makhluk, manusia yang diberikan alat kelengkapan sempurna (nalar, naluri, nurani, rasa, dan dria) yang bergelimang noda, dosa, alpa, dan salah. Karenanya kita menyadari bagaimana memanfaatkan fase ini sebagai momentum untuk beroleh kemaafan dan ampunan-Nya.

Tiga Kunci berkehidupan

Beroleh kema'afan dan ampunan Allah harus melalui ikhtiar dan perjuangan. Fase yang sedang kita jalani saat ini adalah bagian dari ihtiar dan perjuangan untuk beroleh kema'afan dan ampunan sebagai wujud keridhaan Allah SWT atas hamba-Nya.

Suatu masa yang akan harus menjadi bagian dari ikhtiar dan perjuangan berkelanjutan di menjauhi murka-Nya dengan asa : terbebas dari petaka, sehingga mencapai tujuan hidup: bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamahuwajhah, menyebut tiga cara untuk memperoleh keridhaan Allah SWT. Yakni: Banyak memohon ampun, rendah hati, dan banyak bersedekah. Tiga cara tersebut disebut juga sebagai tiga kunci berkehidupan.

Momentum Ramadan merupakan masa yang utama untuk memohon ampun kepada Allah (dengan ikhlas dalam pertobatan yang konsisten) sehingga Allah memaafkan dan mengampuni dosa-dosa kita, kekurangan kita, kesalahan dan kekhilafan kita. Karena terlalu banyak hal yang kita lakukan selama ini, mungkin tidak sesuai aturan, sejalan dengan aturan Allah.

Ikhtiar dan perjuangan memperoleh keridhaan Allah tersebut, antara lain adalah menegakkan kebaikan dan menolak (menentang) kemunkaran. Memperjuangkan kebenaran dan keadilan sesuai dengan kesepakatan - ketentuan (order, regulasi, undang-undang, konstitusi) hasil kesepakatan kolektif kita dalam kehidupan sehari-hari.

Jangan sia-siakan

Sebagai manusia kita terlarang untuk bersikap pongah, congkak, jumawa, dan semena-mena, khasnya dalam menjalankan amanah kolektif dalam penyelenggaraan kekuasaan di seluruh aspek kehidupan. Tanpa kecuali dalam hubungan antar insan sesama dan dengan alam semesta.

Terutama karena sikap pongah, congkak, jumawa, dan semena-mena merupakan tindakan atau aksi kehidupan yang bermakna sebagai perbuatan inkar atau melawan ketentuan yang sudah Allah sampaikan dalam firman-firman-Nya. Sikap sedemikian merupakan sikap dan perbuatan iblis (baca: QS Al Baqarah 34).

Dalam ikhtiar dan perjuangan meraih keridhaan Allah SWT sebagai cara menempa diri dalam kualitas taqwa, itu zakat, infaq, dan sadaqah menjadi aksi kehidupan yang terkait dengan manifestasi syariat dan ibadat (dalam satu tarikan nafas).

Muaranya adalah persamaan derajat manusia sebagai capaian dari nilai kemerdekaan sejati untuk mencapai kebehagiaan umat. Bersikap rendah hati dan bersadaqah sebagai kesadaran insaniah dalam memperoleh kemaafan dan ampunan Allah SWT merupakan wujud dari akhlak mulia.

Penyimpangan, pengabaian, dan penentangan atas ketentuan Allah SWT yang menjadi pola laku kehidupan iblis, sangat mudah mewujud dalam perilaku hidup yang otoriter - mentang mentang, dzalim, curang, serakah, tamak, bakhil, koruptif, dan manipulatif. Itulah berbagai perbuatan yang jauh dari ridha Allah SWT.

Kesadaran untuk mengenali diri sebagai pangkal dalam ikhtiar dan perjuangan memperoleh keridhaan (termasuk kema'afan dan ampunan Allah SWT) adalah wujud kongkret ibadah shaum yang paripurna. Peluangnya sudah disediakan Allah pada fase kedua ibadah shaum ramadan. Janganlah kita sia-siakan. |

Editor : delanova
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 749
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 904
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 858
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 249
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 344
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya