Mencothot

| dilihat 3188

PAGI yang cerah. Para wakil kawula sibuk bersoal jawab dengan Bawor di Balekawulan. Ada juga yang mengekspresikan kekesalan dengan gaya sentak sengor. Di tempat lain, para pemimpin sejumlah Badudes, bersama kepala kampung dan kepala dusun, serta kalangan wirausahawan menyimak dengan tekun, analisis Sawerigading.

Mereka nampak bersukacita dan optimistis, ketika Sawerigading menjelaskan, desa Indrajaya bakal berkembang menjadi desa maju di tahun 2030. Banyak mitos yang terkalahkan oleh fakta dan realitas yang sesungguhnya. Pandangan Sawerigading, menegaskan keyakinan yang disampaikan Dawala.

“Memang, belum semua kawula meyakini hal ini. Bahkan tak sedikit yang mengatakan, keyakinan itu sebagai mimpi,” ujar Dawala. Lelaki jangkung, itu bilang, kalaupun masih merupakan mimpi, “tugas kitalah bekerja keras, bekerja keras, dan bekerja amat keras mewujudkannya menjadi kenyataan.”

Dengan suara lantang, Dawala mengemukakan, desa Indrajaya tak boleh terjebak menjadi desa yang terjebak ke dalam ‘the middle income trap.’ Tersebab itulah, menurut Dawala, perlu dilakukan transformasi ekonomi secara terus menerus.

Menjelang akhir paparannya, Dawala menyatakan, jaman ekonomi hanya mengandalkan alam dan buruh murah, sudah berakhir, sudah menjadi masa lalu. Kini, adalah jaman ekonomi tumbuh dan berkembang di atas kualitas sumberdaya manusia berkualitas, dan teknologi.

Seolah memberi garis bawah terhadap pandangan Dawala, Sawerigading mengatakan, desa Indrajaya harus berubah dan harus mampu menjawab berbagai tantangan perubahan. Ki Lurah sudah berhasil mewujudkan kondisi perekonomian yang stabil.

“Jangan lagi kita terjebak dengan mitos, bahwa pertumbuhan ekonomi hanya terjadi di sekitar balaidesa dan pasar desa. Sayang, kini banyak sekali dusun-dusun, bahkan dari sebagian terbesar desa ini telah menjadi pusat – pusat pertumbuhan baru perekonomian desa ini,” ungkap Sawerigading.

Bilung sepakat dengan pandangan Sawerigading, desa Indrajaya tak boleh lagi hanya menjadi jago kandang, melainkan harus menjadi jawara dunia. Oleh sebab itulah, ujarnya, pendidikan menjadi penting dan utama.

“Melalui pendidikan berorientasi peningkatan kualitas sumberdaya manusia, desa ini akan memenuhi apa yang diharapkan oleh seluruh kawula,” ungkapnya.

Cangik tertegun menyimak pandangan Dawala dan Sawerigading. Ia hanyut ke dalam suasana kebatinan acara dialog desa, itu. Saking tertegunnya, ia melayang dalam lamunan. Tak lagi isi ceramah Sawerigading yang merasuk ke dalam benaknya. Juga kumisnya.

Duuh...duh! Kumisnya itu lo nduk, kumisnya..,” bisik Cangik kepada Limbuk. Hal itu membuat Limbuk kesal pada ibunya. “Koq kumis wae to mbok?” cetusnya.

Limbuk mengingatkan, bukan keelokan fisik yang harus dicapai oleh sumberdaya manusia desa Indrajaya. Tapi juga keelokan jiwa yang disempurnakan oleh mutu kecerdasan, etos, dan kualitasnya.

“Benar yang dikatakan paman Bilung, transformasi ekonomi harus disertai dengan transformasi budaya. Sudah terlalu banyak orang cerdas yang malah bikin situasi desa sering ruwet,” ujarnya.

Pada saat makan siang. Limbuk sengaja duduk di dekat Bilung. Limbuk berdialog. Ia mengemukakan pandangannya tentang kualifikasi sumberdaya manusia desa Indrajaya.

“Aku membayangkan, sumberdaya manusia kita menguasai sains dan teknologi, paman,” cetus Limbuk.

Bilung merespon dengan senyum.

“Betul, nduk.. orang – orang muda seperti kamu, cantik, cerdas, bijaksana, dan menguasai pengetahuan, sangat diperlukan untuk membangun masa depan desa kita,” ujar Bilung.

Limbuk melirik, spontan menembangkan gambuh yang sering disampaikan Cangik, kepadanya.

“Yen wong anom iku, kakehan panggunggung, dadi kumprung, pengung bingung wekasane pan angoling, yen ginunggung muncu-muncu, kaya wudun meh mencothot.”

Maksud Limbuk, jika orang muda terlalu banyak menerima sanjungan, dia malah bisa jadi tolol, tuli, bingung, dan mudah diombang-ambingkan oleh keadaan. “Jika sedang dipuji, nanti bisa menyembul seperti bisul yang hampir meletus,” ujar Limbuk. Bilung pun tersipu.

“Baiklah.. Tumbuhlah kalian sebagaimana ladang yang kalian pilih, memungkinkan kalian berkembang menjadi harapan desa ini. Kalianlah pemilik masa depan,” tukas Bilung, memungkas perbincangan. |

Editor : Web Administrator
 
Energi & Tambang
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 219
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 433
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 432
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 401
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya