Juara Bhayangkara Cup 2016

Singo Edan Benar-benar Edan

| dilihat 2880

AKARPADINEWS.COM | PERHELATAN Bhayangkara Cup 2016 telah usai. Arema Cronus keluar sebagai pemenang pada laga final, Minggu (3/4). Arema mengalahkan Persib Bandung dengan skor 2-0.

Tak mudah menaklukan Persib. Arema harus mengerahkan segala kekuatannya. Di laga yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta itu, kedua klub bermain menyerang. Di menit-menit awal pertandingan, Arema dan Persib sempat melakukan jual beli serangan sehingga membuat kedua kiper dari dua klub itu, Kurnia Meiga (Arema) dan I Made Wirawan (Persib), berjibaku menahan serangan.

Cristian Gonzales, beberapa kali mengancam gawang Made Wirawan dengan tendangan keras dari kaki kirinya. Namun, tembakan-tembakan yang dilancarkan El Loco, julukan Gonzalez, berhasil ditangkis Made Wirawan.

Persib juga hampir mencetak angka dari permainan cepat Tantan dari sisi pinggir lapangan. Sayangnya, permainan apik Tantan hanya membuahkan tembakan yang dapat diantisipasi oleh Meiga.

Meski sempat mendominasi serangan, para pemain Arema seperti Gonzales, Dendi Santoso, dan Esteban Viscara tidak dapat menembus pertahanan apik Maung Bandung, julukan Persib, yang dimotori oleh Rudolof Yanto Basna. Dengan pertahanan yang solid, Persib justru melakukan penekanan ke pertahanan Singo Edan, julukan Arema.

Begitu kerasnya permainan di babak pertama, wasit pertandingan, Nusur Fadillah, harus bekerja ekstra keras untuk mengamankan jalannya pertandingan. Fadillah harus mengeluarkan peringatan kartu kuning kepada kedua belah pihak. Di pihak Arema, kartu kuning diberikan kepada Johan Alfarizi dan Viscara. Sedangkan di kubu Persib, Juan Carlos Belencoso lah yang mendapat kartu kuning.

Hingga menjelang lima menit sebelum babak pertama usai, Persib mendominasi permainan. Namun, tim asuhan pelatih Dejan Antonic berhasil mengubah kedudukan. Hingga pluit babak pertama dibunyikan, Arema mendominasi permainan. Meski demikian, babak pertama berhasil tanpa gol yang terjadi.

Ketika pluit dimulainya babak kedua dibunyikan, Arema terus bermain menekan. Singo Edan benar-benar edan dengan gencar melancarkan tekanan ke pertahanan Maung Bandung. Serangan Arema pun membuahkan hasil. Pada menit 58, Raphael Maitimo berhasil mencetak gol untuk Arema. Gol pemain naturalisasi dihasilkan dari umpan cantik dari Srdan Lopicic.

Tertinggal angka, Persib berusaha keras untuk menyamakan kedudukan. Akan tetapi, dengan keunggulan satu angka, Arema bermain dengan kepercayaan diri yang tinggi. Sialnya, Persib harus kehilangan salah satu pemainnya, Basna, dengan ganjaran dua kartu kuning. Kartu kuning pertama karena pelanggaran. Sedangkan kartu kuning kedua disebabkan botol mineral yang ditendang Basna mengenai kepala Viscara pada menit 70.

Kehilangan satu pemain tidak membuat Persib mengendorkan serangannya dan terus menyerang. Dengan berbagai upaya untuk menerobos pertahanan Arema, Persib menunjukkan kelasnya sebagai salah satu klub elit Indonesia. Pada menit 81, Persib hampir menyamai kedudukan. Sayangnya, tembakan Belencoso melenceng ke sisi kanan gawang Meiga.

Untuk menambah daya gedor, pelatih Arema memasukkan Sunarto menggantikan Lopicic. Strategi Antonic itu ampuh. Pada menit 84, Sunarto berhasil merobek jala Made Wirawan. Setelah itu, Antonic kembali melakukan pergantian pemain untuk mengamankan kemenangannya. Dia memasukkan Antoni Putro untuk menggantikan Dendi Santoso. Skor 2-0 pun tak berubah hingga pluit pertandingan berbunyi menandakan pertandingan telah usai.

Atas kemenangannya, Arema berhak atas trofi Bhayangkara Cup dan uang sebesar Rp2,5 miliar. Selain mendapatkan trofi dan hadiah kemenangan, Arema dapat berbangga hati karena salah satu pemainnya, Ahmad Alfarizi, berhasil merebut predikat pemain terbaik Bhayangkara Cup. Pemain berusia 26 tahun itu berhasil mengungguli sembilan nominasi lainnya yang masuk dalam nominasi pemain terbaik.

Alfarizi merupakan pemain belakang yang tidak hanya handal dalam bertahan. Dia sesekali maju ke depan dan membantu penyerangan. Sebagai bek dengan memiliki naluri menyerang, Alfarizi dapat dikatakan sebagai pemain modern. Karena, di era sepakbola modern kini, setiap pemain dapat melakukan permainan yang lebih terbuka dan setiap posisi pemain dapat maju untuk mencetak gol. Sebagai pemain terbaik Bhayangkara Cup, Alfarizi berhak mendapat hadiah uang sebesar Rp150 juta.

Turnamen sepakbola seperti Bhayangkara Cup memang membawa hingar-bingar persepakbolaan nasional kembali menggeliat. Namun, ada pekerjaan rumah agar mampu membangkitkan sepakbola nasional. Pecinta bola domestik berharap tidak melulu disuguhkan turnamen-turnamen musiman seperti ini.

Kiranya, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai induk sepakbola Indonesia dan Pemerintah Indonesia harus segara duduk bersama membahas kelanjutan masa depan sepak bola Indonesia. Seperti diketahui, Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora), terlibat perseteruan dengan PSSI.

Perseteruan itu berujung dengan surat pembekuan PSSI Kemenpora pada April 2015. Kemenpora berdalih, pembekuan itu disebabkan PSSI tidak memenuhi prasyarat Badan Olah raga Profesional Indonesia (BOPI) mengenai penyelenggaraan Liga Super Indonesia. Atas pembekuan PSSI oleh Pemerintah Indonesia, organisasi sepakbola dunia, FIFA, akhirnya mengambil langkah tegas. Pada Mei 2015, FIFA secara resmi melarang Indonesia untuk mengikuti segala perhelatan sepakbola internasional yang diselenggarakan FIFA.

Tahun ini menjadi momen yang tepat untuk PSSI bangkit dari tidurnya. Karena, FIFA sudah memiliki presiden baru setelah terbongkarnya skandal korupsi di tubuhnya. Dengan begitu, pemulihan sepakbola Indonesia dapat menjadi salah satu perhatian Gianni Infantino, Presiden FIFA yang baru.

Sebagai upaya pertama, Kemenpora harus segera mencabut pembekuan PSSI. Dengan begitu, PSSI dapat segera bergerak untuk melakukan pembenahan diri. Mulai dari pembenahan sistem penyelenggaraan organisasinya hingga penyelenggaraan liganya. Selain itu, PSSI harus memperhatikan nasib pesepakbola di tiap klub agar segala haknya terpenuhi.

Salah satu hal yang terus menghantui pemain kala berkarir di sepakbola Indonesia ialah seringnya klub lalai membayar gaji para pemain dengan dalih kekurangan dana. Sebenarnya, untuk mengakali hal itu, pihak klub harus didorong untuk mengoptimalkan penjaringan sponsor. Dengan begitu, pendanaan operasional klub akan tercukupi.

Sejatinya, Indonesia memiliki talenta-talenta luar biasa untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah sepakbola dunia. Akan tetapi, talenta-talenta itu kerap terjegal dan tidak dapat berkembang karena kerap terjadinya kisruh, baik di internal PSSI ataupun antara PSSI dengan pemerintah. Semua pihak terkait perlu menurunkan tensi dan duduk bersama untuk berpikir dan berbuat yang terbaik agar talenta-talenta sepakbola Indonesia tidak dibiarkan layu sebelum berkembang.

Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : Antara
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 737
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 895
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 846
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Energi & Tambang