Tak Perlu Phobia Terhadap Kuman

| dilihat 2979

AKARPADINEWS.COM | KUMAN merupakan salah satu sumber penyakit bagi manusia. Mikroorganisme itu tumbuh di manapun, khususnya di tempat-tempat yang kotor. Karenanya, manusia harus hidup bersih agar tidak terjangkit berbagai penyakit yang disebarkan oleh kuman.

Meski demikian, meski kuman sebagai penebar penyakit, jangan kemudian dihantui ketakutan yang tidak wajar. Misalnya, terlalu sering mencuci tangan, membersihkan dahulu tempat berpegangan di angkutan umum, dan lain sebagainya. Seseorang yang dihantui ketakutan luar biasa terhadap kuman itu disebut mysophobia.

Phobia ini berasal dari kata myso dari bahasa Yunani yang berarti kuman dan phobia yang berarti ketakutan. Para mysophobia ini terobsesi untuk menyingkirkan kuman dari kehidupan mereka. Karenanya, lingkungan di sekitarnya dan aktivitas kesehariannya, selalu bersih. Namun, menjadi bermasalah bila bersih-bersih menggunakan bahan kimia berbahaya. Penderita phobia ini tidak ingin bagian tubuhnya kotor, meski hanya terkena debu.

Ketika terkena sesuatu yang kotor, penderita akan sangat tidak nyaman. Selain itu, mereka akan sering terbatuk atau bersin selaiknya memiliki alergi. Bahkan, ada beberapa kasus membuat penderita phobia ini langsung sakit saat sedikit saja terkena debu maupun lumpur.

Ada beberapa penyebab seseorang terjangkit mysophobia. Penyebab paling lumrah adalah pernah merasakan trauma psikologis. Trauma itu berkaitan keadaan psikologis seseorang kala berhadapan penyakit berbahaya yang disebabkan kuman atau melihat orang lain yang mengidap penyakit tersebut.

Penyebab lainnya berasal bisa berasal dari tradisi turun-menurun dalam keluarga. Setiap keluarga tentu mengajarkan anak-anaknya menjadi pribadi yang bersih dan sehat. Tetapi, penanaman pentingnya menjaga kebersihan yang salah dapat menyebabkan mysophobia. Terutama bila orang tua kerap memarahi anak secara berlebihan ketika membuat dirinya atau sekitarnya kotor.

Namun, ada juga karena faktor genetika. Mysophobia menurun dari bawaan orang tua kepada anak-anaknya. Namun, faktor genetika ini sifatnya langka. Mysophobia juga bisa terjangkiti pada penderita gangguan obsesif kompulsif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Penderita OCD ditandai ketakutan yang tak logis akan sesuatu.

Ada lagi penyebab seseorang dapat terjangkiti mysophobia, yakni informasi dari berbagai media yang tak lengkap. Informasi itu biasanya hanya berhenti pada pemberian data mengenai hal yang menakutkan dari kuman. Hal itu akan mempengaruhi seseorang untuk takut terhadap kuman. Ketakutan itu bisa membesar dan membuat seseorang menjadi ingin selalu bersih.

Walau menjadi salah satu sumber mysophobia, misinformasi dari media tidak begitu menjadi penyebab utama munculnya mysophobia pada seseorang. Hanya saja, potensi misinformasi tersebut tidak bisa disepelekan.

Salah seorang penderita mysophobia, Howie Mandel, aktor dan komedian asal Kanada. Pria berusia 60 tahun itu menjadi penderita mysophobia karena mengidap OCD yang telah menjangkitinya sejak kanak-kanak. Selama fase tumbuh kembangnya, ketakutan irasional yang disebabkan OCD berkembang menjadi mysophobia.

Saking takutnya dengan kuman, Mandel tidak pernah mau menyentuh tangan orang lain dan benda lain yang dianggapnya tak steril. Dia selalu ingin segala sesuatunya bersih dan steril.

Ketika tak sengaja menyentuh hal yang dianggapnya tak steril, artis yang pernah menjadi juri American Got Talent itu akan merasakan kepanikan luar biasa hingga memunculkan bayangan kematian dalam pikirannya.

Meski ciri utamanya ialah keinginan untuk bersih tingkat tinggi, bukan berarti semua orang yang terbiasa bersih atau ingin sesuatu terlihat bersih, terjangkiti mysophobia. Ada beberapa gejala dasar yang bisa mengkategorikan seseorang terjangkiti mysophobia atau tidak.

Gejala yang paling mudah terlihat ialah serangan kepanikan kala berada di lingkungan kotor. Kepanikan itu ditandai dengan munculnya keringat dingin, anggota tubuh bergetar, bibir kering, sesak nafas, hingga detak jantung yang tak beraturan. Kepanikan itu konstan tiap kali berada di tempat yang kotor.

Biasanya, penderita phobia ini akan selalu mencuci tangannya sehabis melakukan berbagai aktifitas yang dilakukan, meski aktifitas itu tidak berhubungan dengan hal kotor.

Penderita mysophobia juga tidak ingin menggunakan toilet umum di ruang publik. Sebab, di dalam toilet umum, dianggapnya, terdapat banyak kuman. Kalau pun terpaksa menggunakan toilet umum, penderita akan membersihkan berkali-kali hingga dia yakin sudah cukup bersih untuk digunakan. Bagi laki-laki, untuk buang air kecil, dia tidak menggunakan urinoir atau tempat buang air kecil khusus laki-laki.

Dalam kehidupan sosialnya, penderita mysophobia tidak ingin bersentuhan dengan orang lain yang dianggapnya tidak bersih. Dia menghindari jabat tangan. Penderita juga menyentuh binatang. Sebab, dalam tubuh binatang terdapat kuman.

Tak hanya itu, penderita phobia ini tidak ingin berbagi barang personalnya dengan orang lain. Misalnya, sisir, handuk, dan baju. Bahkan, ada beberapa penderita yang tidak ingin berbagi makanan dengan orang lain.

Gejala minor yang bisa diperhatikan ialah penderita mysophobia tidak ingin menyentuh benda yang sering disentuh orang lain, seperti gagang pintu, lemari, dan kunci pintu. Selain itu, biasanya penderita mysophobia akan sering menggunakan pembersih tangan atau hand sanitizer tiap kali menyentuh benda-benda di ruang publik.

Untuk mengobati phobia ini, penderita harus mengkonsultasikan diri kepada psikiater. Biasanya, psikiater akan merekomendasikan tindakan terapi kepada penderita.Terapi yang disarankan di antaranya Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif. Dalam terapi itu, penderita mendapat pelatihan diri agar dapat menghadapi ketakutan irasionalnya terhadap kuman dan obsesi kebersihan absolut. Terapi tersebut sangat efektif pula bagi penderita yang juga menderita OCD.

Kalau pun ternyata gangguan tersebut cukup meresahkan penderita, langkah terakhirnya yang biasa dilakukan adalah mengkonsumsi obat khusus, yaitu obat penenang, anti depresi dan beberapa obat yang mampu meregangkan ketegangan penderita.

Semua terapi dan pengobatan yang disarankan psikiater kepada penderita mysophobia tidak akan berhasil, tanpa keikutsertaan orang terdekat untuk mengubah kebiasaan penderita. Oleh sebab itu, dukungan moral sangat diperlukan pada penderita phobia tersebut.

Dukungan sederhana seperti memberikan perspektif lain perihal kebersihan. Penderita disarankan untuk mengubah pandangan kebersihan absolut dan ketakutan akan kuman yang berlebihan. Menjadi bersih memang hal yang baik dan patut dilakukan. Tetapi, tidak harus dilakukan secara berlebihan. Lakukan hal itu dengan sewajarnya. | Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : Fearof/Healthopia/ABC News
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 739
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 897
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 848
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1189
Rumput Tetangga
Selanjutnya