Siapa Menghina Dia Terhina

| dilihat 2864

Sem Haesy

HAL paling menyenangkan dalam hidup adalah ketika keberadaan kita tak diperhitungkan dan eksistensi kita dicurigai. Termasuk ketika banyak orang menafikan kemampuan yang kita miliki.

“Bersyukurlah ketika banyak orang tak menghitungmu dan bersyukurlah kamu, ketika orang banyak menghinamu,” begitu nasehat Allahyarham ayah saya.

Ketika saya bertanya: mengapa? Beliau mengatakan, ketika orang tak menghitungmu, kala itu, kau berada dalam hitungan Allah.  Ketika orang menghinamu, sesungguhnya kau sedang dimuliakan. Ketika kau direndahkan, berarti kau tinggi di hati mereka. Begitu kau dikecilkan, maknanya, kau besar di hati dan pikiran mereka.

Lantas, beliau bercerita bagaimana Sayyidina Ali bin Abi Thalib direndahkan, dianggap sepele, tak dipandang layak, dan bahkan – ketika menjadi Khalifah pun – tak dianggap patut memimpin.

Mendiang ibu selalu memberi nasihat-nasihat sederhana, bahwa hidup harus dijalani dengan enjoy, sukacita. Dan tidak perlu terganggu dengan cemooh dan cemeeh orang lain, sebaliknya jangan pula mencemooh atau mencemeeh orang lain, siapapun. “Kau tak pernah tahu, orang yang kau cemooh, sesungguhnya lebih hebat dari dirimu,”ujarnya.

Dalam perjalanan hidup saya sejak belia, sering saya mendapatkan cemooh dan cemeeh. Ketika karir saya terus menanjak dan mencapai puncak pasa usia relatif muda, 38 tahun, tak sedikit orang yang merendahkan.

Setiap hari, terlalu banyak orang yang meragukan kualitas dan kompetensi saya dalam mengurus sesuatu yang disandangkan kepada saya. Satu-satunya yang saya lakukan, adalah bekerja dengan sebaik-baiknya, berkarya dengan kreatif dan tak henti melakukan inovasi. Selebihnya adalah mentransformasi gagasan-gagasan yang tak pernah digagas orang.

Saya sungguh merasakan, betapa ketika kita dipandang rendah, sesungguhnya mereka yang merendahkan itu menempatkan kita pada posisi yang tinggi di pikiran dan hati mereka. Ketika mereka menafikan dan meniadakan kita dalam bilangan yang semestinya, sesungguhnya mereka sedang menempatkan kita sebagai bilangan pembagi yang membuat mereka berkutat dengan ambisinya sendiri.

Jadi, jangan pernah kecil hati. Ketika orang banyak merendahkan kita dan menafikan keberadaan kita, semua persoalan yang menyertainya adalah urusan mereka, dan bukan merupakan urusan kita. Satu-satunya urusan kita, adalah tidak melakukan apa yang mereka lakukan terhadap kita.

Banyak faktor yang menyebabkan orang merendahkan kita. Mulai dari presumsi subyektif tentang dirinya sendiri yang merasa lebih tinggi dan lebih hebat, sampai kekuatiran berlebihan mereka atas ketidak-mampuannya sendiri.

Kala presumsi semacam itu mendominasi, yang mereka lakukan adalah alasan untuk merendahkan kita. Pada saat semacam itu, yang harus kita lakukan adalah menemukan cara terbaik dan benar untuk melakukan sesuatu tanpa mempersoalkan “tinggi” atau “rendah.”

Selain memilih cara berkarya sebaik-baiknya dengan cara yang benar, ketika kita ditempatkan dalam situasi sebagai obyek cerca, yang seringkali saya lakukan adalah berdoá kepada Allah SWT. Orang tua, mengajarkan saya do’a Rasulullah Muhammad SAWW, ketika menjadi bulan-bulanan cerca penduduk Thaif yang merendahkannya. Do’a yang mendidik kita untuk hanya merasa kecil, lemah, dan tiada daya di hadapan Allah swt saja.

Begini, bagian do’a itu :

Ya Allah, kini aku berkeluh kesah atas lemahnya ragaku

Atas terbatasnya kemampuanku

Atas remehnya diriku di mata manusia

Ya Arhamar rahimiin

Engkau lah Rabb bagi mereka yang tertindas

Engkau lah pelindungku

Kepada siapakah Engkau serahkan diriku?

(Apakah) pada keterasingan yang akan melecehkanku?

Ataukah pada musuh-musuh yang pasti menumbangkanku?

Jika Engkau tiada murka kepadaku, apapun yang terjadi pada diriku, aku tak peduli

Namun bagiku, kemurahan-Mu jauh lebih luas dari semua ini

Aku berlindung dengan wajah-Mu yang menerangi seluruh kegelapan

Yang memperbaiki segala urusan dunia dan akhirat

Dari turunnya amarah-Mu kepadaku

Aku rela menerima apa saja bila Engkau ridha kepadaku

Tiada daya tiada kekuatan kecuali yang bersumber dari-Mu

Do’a ini selalu menyertai hidup sekaligus sebagai cermin, agar kita tak terperosok pada prasangka buruk kepada siapapun, dan hanya menempatkan Allah SWT saja sebagai tumpuan harap. Kepada anak-anak saya, nasihat orang tua saya sampaikan dengan formulasi baru : siapa menghina dia terhina..  | 

Editor : Web Administrator
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 949
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1175
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1439
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1585
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 527
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1620
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1398
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya