Jakarta Melayu Festival 2016 di Ancol

Musik Melayu Identitas Bangsa

| dilihat 3177

AKARPADINEWS.COM | Jakarta Melayu Festival (JMF) 2016 akan dihelat di ruang terbuka, Ancol Beach City – Pantai Pasir Putih – Ancol, Jakarta Utara, 20 Agustus 2016.

Geisz Chalifah maesenas musik Melayu, pimpinan Gita Cinta Production menjelaskan, “kita kembalikan Melayu ke pantai, supaya lebih hidup.”

Geisz menjelaskan hal itu, ketika buka puasa bersama seluruh pendukung JMF 2016 di Kedai Pempek Kita – Tebet Timur, Jakarta Selatan, Jum’at (17/6/16).

Hadir dalam acara itu sejumlah tokoh pecinta musik Melayu, Ferry Mursidan Baldan – Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), Bursah Zarnubi – aktivis politik, dan sejumlah musisi Melayu: Fahd Munif, Butong, Fauzi, Darmansyah, Nong Niken Astri, Nico Amigos Band, dan lainnya.

Di Ancol, acara akan digelar mulai pukul 18.00 – ba’da maghrib sampai pukul 00.00 wib, bertema 71 Tahun Daulat Negeri.

Usai buka puasa bersama, Fahad dan Butong memainkan beberapa lagu Melayu, ditingkah Anwar Fauzi yang akan merangkai keseluruhan komposisi musik dan lagu kelak.

Jakarta Melayu Festival (JMF) 2016 ini merupakan kali kelima, Gita Cinta Production mewadahi unjuk kreativitas seniman dan musisi melayu. Tahun 2014, pergelaran besar digelar di Teater Jakarta – Taman Ismail Marzuki. Tahun 2015, dilakukan try out berupa pergelaran di hotel Sultan.  Kesemuanya merupakan bagian dari ikhtiar tak henti merawat dan terus menghidupkan musik Melayu.

Kali ini pergelaran didukung oleh para pecinta musik dan budaya Melayu, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Menteri ATR Ferry Mursidan Baldan, dan Ketua BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) Harry Azhar Azis, dan beberapa tokoh nasional lainnya.

Geisz menjelaskan, JMF kerap dilakukan bulan Agustus, untuk mengisi bulan kemerdekaan, karena konser musik melayu merupakan bagian dari gerakan budaya untuk menjadikan karya kreativitas dan inovasi budaya sebagai identitas nasional.

Tema 71 Tahun Daulat Negeri, menurut Geisz, dipilih sebagai introspeksi : apakah kita masih berdaulat pada negeri sendiri, mengingat begitu banyak hal sudah dikuasai asing. Baik sumberdaya alam, lapangan pekerjaan bahkan budaya nasional kita yang semakin hari semakin terpinggirkan tergerus oleh budaya artifisial.

Padahal, menurut Geisz, musik Melayu adalah khasanah kekayaan budaya bangsa. Budaya Melayu juga jiuga merupakan identitas budaya nasional kita.

Darmansyah, salah seorang pengisi acara yang juga Ketua Lembaga Pengembangan Budaya Melayu (LPBM) menyarankan, pergelaran Jakarta Melayu Festival kali ini juga melibatkan seluruh komunitas dan representative budaya Melayu. Akan halnya Ferry Mursidan Baldan menyarankan untuk melibatkan juga sejumlah Duta Besar dari negara-negara berbasis budaya Melayu.

Paling tidak negara-negara tempat budaya Melayu bertumbuh dan berkembang, khususnya di ASEAN. Seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina.

Menurut Geisz konser Jakarta Melayu Festival 2016 diadakan di alam terbuka tepi pantai di Ancol. Juga sebagai ekspresi spirit budaya Melayu yang egaliter dan terbuka.

Selain musik, di lokasi acara juga digelar bazar kuliner melayu, peragaan busana melayu dan performa tarian melayu daerah yang sekaligus menggambarkan budaya Melayu sebagai ekspresi pluralitas dan multikulturalitas yang sesungguhnya.

 Kepada akarpadinews.com, Geisz menjelaskan, masyarakat yang berkunjung ke Ancol malam itu, bebas masuk dan menonton pergelaran. “Gratis. JMF 2016 pesta rakyat. Silakan rakyat bergembira merayakan kemerdekaannya,”ungkap Geisz.

Pada pergelaran nanti, Geisz yakin, kesan bahwa musik melayu sebagai musiknya kalangan ohir (orang tua) akan pupus dengan sendirinya.

Di tangan musisi semacam Anwar Fauzi, Butong, dan Henri Lamiri, serta penyanyi melayu seperti Fahd Munif, Iyeth Bustomi, Nong Niken Astri, Darmansyah, dan lainnya, kesan itu akan berubah. Anwar Fauzi – komposer yang akan menangani pergelaran ini menjelaskan, banyak kerja kreatif dilakukan untuk pergelaran JMF ini, termasuk kemasan.

“Melayu itu modern. Melayu itu universal,”ungkap Geisz.

Akan halnya Ferry Mursidan Baldan menyebut, “Melayu sebagai budaya merupakan ekspresi semua kemuliaan dalam merespon kehidupan.”

Di dalam lagu melayu adalah rasa yang mampu menghadirkan rasa cinta negeri.

“Rasa cinta tanah air begitu terasa di dalam musik melayu. Identitas kebangsaan kita ada di situ. Lagu melayu menghadirkan ekspresi kemuliaan kemanusiaan kita, sehingga menghadirkan spirit kebangsaan kita,” lanjut Ferry.

Karena itu, menurut Menteri Agraria dan Rencana Tata Ruang, ini semua orang harus dibuka aksesnya terhadap pergelaran Jakarta Melayu Festival 2016.

“Berikan kesempatan semua orang mempunyai akses terhadap musik dan budaya Melayu, seluas-luasnya,”ujar Ferry.

Pernyataan Ferry, terkoneksi dengan pernyataan Anies Baswedan beberapa waktu berselang (baca lagi Forum Melayu Bangkit : Semarak dan Original). Akses itu menjadi penting, karena dengan akses itu akan terjadi pembiasaan kita berinteraksi dengan lagu Melayu.

“Melayu itu musiknya ngangenin,”ungkap Anies ketika bicara di perhelatan kecil Melayu Forever Night di Grand Hotel Kemang – Selasa (12/1/16). Karenanya, menurut Anies Baswedan, musik Melayu jangan hanya menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, melainkan juga menjadi tuan rumah di negeri orang.  “Kalau musik India menguasai dunia, kenapa Melayu tidak?” tanya Anies.

Anies mengambil contoh, musik India, yang tak kita pahami makna syair lagunya, marak dikonsumsi masyarakat kita. Masa’ musik Melayu tidak bisa seperti itu. Karenanya, menurut Anies, pembiasaan untuk menikmati musik Melayu itu harus dimulai dari kreativitas dan inovasi.

Ruang kreativitas bagi musik Melayu memang luas. Terutama karena pluralitas yang menjadi pilarnya. Merujuk pandangan Ibnu Rushd yang kemudian dibuktikan Ibnu Batutah – Melayu membentang di Jaziratul Mulq – jazirah para raja -  dari Andaman – Nicobar dan Pattani sampai Maluku – dan Mindanao (bekas wilayah Kesultanan Sulu), diperkuat oleh spirit Bugis yang memungkinkan terjadinya akulturasi dan asimilasi.

Akulturasi dan asimilasi itu antara lain memperkaya citarasa musik melayu dengan peradaban Arab, Persia, Hindi, dan Eropa. Kemudian berinteraksi juga dengan budaya China, selepas era Mardova (Madinah al Munawwarah – Cordova) ketika terjadi arus migrasi China mulai bergerak ke seantero dunia.

Mulai dari komposisi musik dan lagu, produksi compact disc, dan sejenisnya. “Usahakan di mobil kita ada CD musik melayu. Perdengarkan itu kepada anak-anak kita, agar kelak mereka mau dan mampu menikmati serta menyukainya,”tegas Anies.

Alhasil, Jakarta Melayu Festival (JMF) 2016 digelar gratis dan terbuka luas bagi masyarakat. Untuk itu pula panitia membuka ruang bagi pameran hasil kreativitas busana dan kuliner Melayu.

Jadi? “Rencanakanlah untuk menonton Jakarta Melayu Festival 2016 sebagai agenda kita di bulan Agustus,”ungkap Ferry Mursidan Baldan.

“Kami tunggu di Ancol Beach City,” ungkap Anwar Fauzi.

“Anda akan menyaksikan, Melayu itu memang sesuatu banget,” pungkas Geisz.  | JM Fadhillah

Editor : sem haesy
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 231
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 454
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 446
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 414
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 199
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 306
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya