Anies Baswedan Bantu Negeri Ini "Tak Ketinggalan Kereta"

| dilihat 2333

N. Syamsuddin Ch. Haesy

MALAM baru saja beranjak. Dinihari sebentar tiba. Sudah beberapa hari saya di rumah (Jakarta). Putera bungsu saya turun, menghampiri saya di ruang pustaka. Ia mengamati saya sedang membandingkan metodologi survey ‘kelayakan figur dan opini publik’ untuk memperoleh potential candidate Presiden RI 2014 yang dilakoni salah satu lembaga riset.

Survey itu menghasilkan nama Jokowi, Anies Baswedan, dan Sri Mulyani. Boleh jadi survey yang mengambil 100 responden, itu memang proporsional. Tapi, dari berbagai metode yang dipergunakan, begitu ditelisik lebih dalam, basisnya hanya persepsi. Ada kelemahan metodologis yang sangat mungkin terjadi pada survey semacam itu.

Tidak aneh bila nama Jokowi selalu muncul teratas dalam beragam survey yang dilakukan di Indonesia. Dengan mengerahkan kurcaci maya (cyber troopers) dan ‘robotic operators’ pasti nama Jokowi akan di atas.

Hasil survey tentu akan berbeda, bila lembaga survey mau menggunakan varian lain, dengan barrier method sesuai dengan praktik demokrasi yang berlaku di Indonesia (one man on vote).  Tentu dengan pendekatan kualitatif. Termasuk moveUp method dari seluruh rangkaian track dan akselerasi sesuatu figur dalam berbagai stages. Antara lain dengan menghadirkan dua titik uji: consistent dan persistent responden.

Anak saya senyum. Dia bergegas ke kamarnya dan kembali lagi ke tempat saya duduk. Dia perlihatkan kepada saya hasil Pemilu 1955, 1999, 2004, dan 2009. Kemudian memutarkan saya acara Mata Najwa yang dia rekam. Dia meminta saya mencermati proses social decline yang terjadi akibat berbagai fakta brutal yang terjadi sejak Jokowi memimpin Jakarta. Termasuk continuity image engineering di media sosial dan beberapa media mainstream.

He he. Saya tersenyum kecut. Dia tanya pada saya: Apa perbedaan Jokowi dengan Anies Baswedan dan Anies Baswedan dengan Barack Obama. Saya katakan, Jokowi punya supporter dan supporters yang dibentuk, antara lain para kurcaci maya. Anies berbeda, dia mempunyai ‘perwira garda depan’: orang-orang muda cerdas yang terdidik untuk memahami proses perubahan intermediate reformasi menjadi transformasi.

Jadi?

“Dalam situasi semacam itu, Anies Baswedan sebagai pemimpin muda yang paling potensial,” kata anak saya.

“Ah, itu kan karena Anies idolamu, dan kau menjadi bagian dari proses image engineering.”

Anak saya memandang tajam. “Yah.. tidakkah ayah sadar, proses regenerasi bangsa ini mengalami persoalan dan terhambat selama dua dasawarsa? Tidak kah ayah sadari, selama empat dasawarsa masyarakat kita terbentuk oleh platform yang sama. Setiap suksesi selalu dimenangkan oleh para king makers, bukan oleh King-nya itu sendiri.”

Saya tersedak. Tak bisa berkata-kata.

Masuk akal. Saya sepaham untuk mengatakan, ketika revolusi cultural habitus Amerika terjadi, mereka punya sosok Barack Obama, kini Indonesia punya Anies Baswedan. Keduanya bergerak di persoalan yang sama: people basic need yang asasi. Barack Obama di jalur social security dan Anies Baswedan di jalur pendidikan.

Obama tepat berada di jalur itu karena eksperimentasi rakyat Amerika sudah terbentuk oleh masyarakat berpendidikan. Di Indonesia, belum. Karenanya, ketika Presiden SBY memungkas kepemimpinannya dengan jaminan sosial nasional, gerakan pendidikan yang harus dilakukan. Menunda gerakan ini, akan membuat bangsa ini keteteran, mungkin separuh abad ke depan.’

Gagasan dan platform perjuangan Anies Baswedan akan membantu negeri ini tak ‘ketinggalan kereta.’ Jadi? Inilah saatnya menjadi ‘barisan tak bergenderang berpalu’ untuk menyokong anak muda yang terlahir dari nasab seorang nasionalis religius itu.

Saya tergetar, ketika anak saya berujar: “Esensi Rasulullah Muhammad SAW memanggul Al Hasan dan Al Husein di pundaknya, adalah kesadaran menyiapkan dan merencanakan regenerasi kualitatif. Ayah mau menjadi bagian orang-orang yang menghambat proses (regenerasi semacam) itu?" |

Editor : Web Administrator
 
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 243
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 422
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 317
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 272
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya
Energi & Tambang