Pariwisata Spiritual

Merawat Cinta di Bali

| dilihat 2312

BALI masih menjadi primadona pariwisata Indonesia. Masih menjadi destinasi utama kunjungan wisata Nusantara maupun mancanegara.

Meski Indonesia sebagai negara kepulauan yang plural dan multikultural, Bali masih tetap menjadi pilihan prioritas para wisatawan. Di promosi pameran wisata paling bergengsi di dunia, seperti ITB (Internationale Tourismus Börse) – Berlin, sejak satu dekade terakhir, Kementerian Pariwisata telah mempromosikan seluruh potensi wisata Indonesia yang begitu kaya.

Belakangan, Lombok – Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai menunjukkan pesonanya, termasuk dengan konsep wisata halal. Begitu juga Papua dengan obyek wisata Raja Ampat, dan Jawa Barat dengan sepuluh destinasi wisata andalan – termasuk Geopark Ciletuh yang sedang terus dikembangkan. Tak terkecuali, Kalimantan Timur dengan pesona Derawan yang dari sisi kualitas alamnya, tak kalah dengan obyek wisata laut sejenis di dunia.

Kunjungan wisatawan ke Bali rata-rata per tahun berkisar antara 44 persen sampai 50 persen dengan peningkatan tajam di bulan Agustus dan Desember, dan cenderung menurun pada bulan Januari, Februari, Juni, Juli, September, dan Oktober. Kecuali terdapat berbagai event internasional yang biasa digelar di Nusa Dua, atau event-event lokal seperti Kongres dan Musyawarah Nasional Partai dan sejenisnya.

Tahun 2016, diperkirakan wisatawan yang berkunjung ke Bali berkisar antara 3 – 4 juta, bila mengingat capaian kunjungan bulan Agustus, berdasarkan data statistik pemerintah sudah mencapai 3.193.974 orang.

Para wisatawan mancanegara datang dari Australia, China, Jepang, Inggris, Perancis, India, Malaysia, dan Singapura.

Posisi Bali tersebut ditunjang infrastruktur yang baik, terutama Bandara Internasional Ngurah Rai yang merupakan bandara bertumbuh di wilayah Asia Pasifik. Di dekade aviasi yang bergeser dari Amerika – Eropa ke Asia – Pasifik, Bandara Ngurah Rai yang dikelola Angkasapura Airports merupakan bandara andalan.

Lewat bandara ini, wisatawan bisa melanjutkan kunjungan ke berbagai daerah tujuan wisata lain, seperti Papua, Kalimantan Timur, Jawa Barat, dan lainnya. Bahkan ke Tokyo dan Osaka.

Bandara Ngurah Rai yang terminalnya dibangun baru pada tahun 2012 terkoneksi dengan berbagai bandara internasional lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Kemudahan koneksi ini yang dirasakan Mehdi, wisatawan asal Perancis asal Maroko.

“Dari Bali kita bisa ke tujuan-tujuan pilihan lain,” ujar Mehdi yang sedang menyelesaikan studi master di Sorbonne – Paris, itu.

Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika, dalam suatu wawancara mengatakan kepada saya, bandara Ngurah Rai merupakan salah satu infrastruktur vital dan strategis dalam pembangunan dan kehidupan manusia di jaman modern seperti sekarang ini.

“Kita bisa bayangkan apa jadinya Bali tanpa bandara ini. Saya kira tidak akan ada apa-apanya,” ujarnya.

Karena itu, menurut Mangku Pastika, di tengah-tengah arus globalisasi kemajuan transportasi keberadaan bandara menentukan perkembangan pariwisata dunia yang menjanjikan.  

“Kita sebut, Bandara Ngurah Rai, pintu gerbang utama bagi Bali, termasuk wisatanya,”jelas Mangku Pastika.

Tapi tak hanya itu. Bali, di mata Mehdi dan Charlotte – wisatawan asal Sidney, Bali mempunyai keunikan yang tak ditemukan di daerah lain. “Bali mempunyai tradisi budaya dan religi dan sistem sosial yang selalu mengundang rasa ingin tahu kita. Hindu Bali menjadi ruh budaya dan pesona Bali secara keseluruhan,” ujarnya.

Di mata Mehdi, hal semacam itu yang menarik perhatian dia, termasuk masyarakat muslim di Negara – Bali. “Secara keseluruhan, Bali memang menarik. Di sini tradisionalisme dan modernisme bertemu,”tukasnya.

Bagi Mangku Pastika sendiri, Bali harus menjadi destinasi utama wisata dunia yang memberikan nilai lebih. Dalam konteks visi Bali Mandara, Bali yang maju, aman, damai, dan sejahtera lahir batin, Bali memang harus unggul dan andal.

Bali Mandara dalam konteks visi pembangunan Bali, juga bermakna agung, besar, suci, dan luhur. “The Great Bali. Dalam bahasa Bali disebut kerta, skala lan niskala. Dalam konteks maju saja, supaya bisa maju, infrastrukturnya harus maju mengikuti kaidah-kaidah universal,”ujar Mangku Pastika.

Karenanya, Bandara Internasional Ngurah Rai, dalam pandangannya, tak hanya merupakan pintu gerbang bagi Bali, tapi bagi Indonesia secara keseluruhan. Bandara yang mengikuti norma-norma global.

Bali juga begitu, mesti mengikuti aturan dan nilai-nilai global yang terus berubah, bergerak ke masa depan. “Kemajuan ini kan ditandai dengan kemajuan transportasi, tourism, telecomunication, traveling, tapi juga harus waspada terhadap T yang lain, yaitu terorism, dan international crime.. seperti narkoba,”ujar mantan kapolda Bali, itu.

Pemerintah provinsi Bali terus berjuang melakukan transformasi dan meningkat mutu pelayanan terhadap para wisatawan, termasuk menjadikan Bali sebagai destinasi utama untuk siapa saja yang ingin merawat cintanya.

“Untuk yang couple yang tua, yang senior, ya pergi ke Bali lagi, untuk renew and strengthen your love.. untuk yang baru mau kawin, ya wedding-lah di Bali untuk mendapatkan spirit cinta,” ungkap Mangku Pastika.

Gubernur Bali, itu lalu menyebut film Eat Pray Love, arahan sutradara Ryan Murphy yang dimainkan Julia Robert ( sebagai Elizabeth Gilbert) dan mengambil lokasi di Bali.

Bali mesti berkesan sebagai tempat untuk mendapatkan sesuatu yang tak mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari, yang tempat merawat cinta mereka. “Nah, ketika orang berkesan atas apa yang mereka lihat dan rasakan di Bali, mereka akan kembali lagi,” ungkap Mangku Pastika.

Bali sangat memungkinkan menjadi tempat semacam itu, karena di Bali ada getaran spiritual yang namanya taksu. “Spiritual vibration. Getaran spiritual dari orang Bali, apa saja yang ada di Bali,” ungkapnya.

Mangku Pastika ingin mengatakan, Bali itu maju, modern, tapi tetap bertaksu. “Ada kepercayaan kita, setiap yang ada di semesta itu ada rohnya, jadi harus dipelihara: danau, sungai, muara, hewan, tanaman, rumput, semua ada rohnya,”tegasnya.

Karenanya dalam konteks membangun Bali sebagai destinasi utama wisata dunia, misalnya, yang harus dipelihara oleh orang Bali dan semua orang yang berusaha di Bali, adalah suasana spiritual itu. “Bali itu ‘kan sudah terkenal sebagai  the island of god, the island of  paradise, island for peace, democracy, island for tolerancy, island of love. Smile with your heart,” tegasnya.

Lebih jauh Mangku Pastika mengatakan, pembangunan dan pengembangan pariwisata sebagai bagian dari model pembangunan ber-taksu, membawa dampak positif secara ekonomi, termasuk branding-branding yang sudah terkenal dan yang baru.

“Di Bali akan berkembang brand-brand baru yang bisa saja mengambil spirit Bali, sehingga orang teringat terus. One time mereka akan kembali lagi. Itu yang kita harapkan dari branding dan destinasi baru,”jelasnya.

Tapi, dampak negatif juga pasti ada. Mungkin akan menimbulkan kecemburuan sosial terhadap pendatang. Orang-orang lokal tertinggal, tersisihkan, karena keterbatasannya tak bisa menjangkau dunia luar. Karena itu, pemerintah provinsi Bali mengatur, jangan sampai semua produk Bali (termasuk yang terkait langsung dengan pariwisata), mesti dibuat di Bali, ruhnya dari Bali, tapi yang kaya orang lain, orang lokalnya, pengrajinnya tetap miskin.

“Nah ini yang kita respon dan antisipasi. Di sinilah pemerintah harus ikut serta. Harus ada intervensi pemerintah supaya kemakmuran dan kesejahteraan terdistribusi secara proporsional,”tegasnya.

Apalagi, belum semua wilayah di Bali mendapatkan manfaat yang sama atas perkembangannya sebagai destinasi utama wisata dunia. Di Jembrana, misalnya, masih banyak rakyat yang gelisah akan kondisi Bali, khasnya dalam konteks kesucian jagad Bali.

Seorang Kepala Desa di Jembrana, Putra Astawa meminta agar Mangku Pastika menjaga kesucian jagad Bali. Kesucian sekala-niskala. “Sebab, jika kesucian Bali leteh maka dunia akan hancur,” tutur Putra Astawa.  Mangku Pastika menangkap aspirasi itu, dan berjuang mewujudkannya.

Mangku Pastika mengatakan, dalam menjaga dan melestarikan Bali, orang Bali tidak boleh terjebak menjadi statis dan paranoid terhadap pengaruh dari luar. Orang Bali harus dinamis, terus bergerak menurut dinamika pergerakan dan perkembangan dunia.

Bagi wisatawan pemula, boleh jadi bisa menikmati pantai Kuta dan pantai-pantai lain yang sudah populer. Bagi mereka yang ingin mendapatkan nilai lebih dari wisata di Bali, bisa menikmati keindahan dan suasana pantai, gunung, lembah, dan bukit di seantero Bali.

Sekarang sedang berkembang sentra wisata Seminyak. Sanur juga nyaman untuk rehat, seperti Ubud, Kintamani, dan lain-lain. Kendati banyak obyek wisata yang harus direvitalisasi, seperti Danau Batur, Toyabungkah, dan lainnya.

Wisatawan yang ingin memperoleh spiritual vibration dapat berkunjung ke berbagai tujuan wisata untuk mengenali lebih jauh dimensi khas Bali, seperti pesona spiritual para belian.

Dari mereka, wisatawan bisa memperluas pengetahuan tentang karma, atau ketidakseimbangan yang menimbulkan gangguan hidup. Antara lain yang ditimbulkan oleh keburukan akibat dengki, irihati dan sejenisnya – pungiwan, dan bagaimana mengatasi akibatnya melalui penengan.

Di Bali orang dapat belajar tentang keseimbangan (rwe bineda) sebagai konsep sentral dunia Bali, termasuk dunia kosmologi (makrokosmos – bhuwana agung dan mikrokosmos – bhuwana alit). Termasuk memahami esensi trihita karana tentang harmonitas dunia atas, dunia tengah, dan dunia bawah.

Sisi inilah yang menarik perhatian Mehdi dan Charlotte berwisata ke Bali | Bang Sem

Editor : sem haesy
 
Sporta
Humaniora
06 Mar 25, 02:43 WIB | Dilihat : 654
Buka Puasa Bersejarah di Istana Windsor Inggris
04 Mar 25, 03:55 WIB | Dilihat : 457
Shaum di Zaman Sungsang
31 Jan 25, 05:17 WIB | Dilihat : 900
Keserakahan
Selanjutnya