Aksi Gubernur Anies Membahagiakan Warga Jakarta

| dilihat 2056

MESKI baru memimpin DKI Jakarta belum lagi seumuran jagung, bersama Sandiaga Uno, Anies Baswedan sudah memberikan rasa bahagia.

Penduduk di Jati Padang yang merasakan sikap tanggap Gubernur dan aparaturnya sampai ke tingkat kelurahan menanggulangi tanggul yang jebol dan menggenangi rumah-rumah penduduk di RT 003 RW 06 Kelurahan Jati Padang.

Saking gembiranya, penduduk di situ mengusulkan perubahan nama tanggul dan kampung itu menjadi Tanggul dan Kampung Baswedan. (Baca: Gubernur Anies Ngerobok di Jati Padang).

Tak hanya mereka yang bahagia. Pedagang kecil dan menengah (yang belum mampu menyewa kios di Pasar Tanah Abang) yang dilokalisasi di Jalan Tanah Rendah, juga begitu.

Ketika berkunjung ke kawasan gusuran di Kampung Akuarium, saya melihat ekspresi sukacita beberapa warga korban gusuran yang selama ini mengungsi ditenda dan di perahu. Mereka merasa dimanusiakan oleh Anies yang berkunjung ke situ, beberapa waktu berselang.

Warga dan PPSU (Pekerja Prasarana dan Sarana Umum)  yang sedang membersihkan saluran kali Tegal Amba RW02 Kelurahan Pondok Bambu – Duren Sawit, terkejut dan kemudian bahagia, ketika menyaksikan Gubernur Anies Baswedan yang berseragam khaki dengan rompi warna orange, nyebur dan belepotan lumpur, karena bersama-sama anggota PPSU berseragam orange dan biru, membersihkan kali itu dari sampah, pada hari Sabtu (30/12/17).

Di kawasan Kebayoran Baru, persisnya Jalan Bulungan dan Mahakam, tampak perubahan nyata, pedestrian yang apik dan fungsional. Hal yang sama juga terlihat ruas jalan KH Abdullah Syafi’ie – antara SMPN15 – Tebet Utara, sejumlah pekerja sedang merampungkan penataan pedestrian.

Ketika berbincang dengan Anies, sebelum dia dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta di bekas kantor saya, bilangan Menteng – Jakarta Pusat, saya sempat usul, agar Gubernur dan Wakil Gubernur memberikan prioritas juga pada kebersihan dan kenyamanan toilet dan mushalla di pasar-pasar tradisional dan berbagai community centre, di luar mall.

Pada beberapa pasar tradisional, sudah tampak perubahan baik, namun belum nampak serempak berlaku di seluruh pasar tradisional. Boleh jadi karena PD Pasar Jaya, masih berkonsentrasi membangun baru pasar-pasar tradisional, khasnya di lokasi strategis.

Tapi, yang jelas adalah, sebagai Gubernur, Anies cepat merespon berbagai masalah laten menyangkut kebersihan dan keindahan kota dari perspektif kemanusiaan dan komunikasi sosial, katimbang pendekatan kekuasaan.

Ini yang membahagiakan warga, tentu. Terutama, karena komitmen Anies – Sandi adalah memberikan layanan kepada seluruh warga, baik yang memilihnya ataupun yang tidak memilihnya di Pilkada tempo hari.

Dari berbagai pengalaman para pemimpin kota di dunia membenahi kotanya, khususnya dalam mewujudkan kebersihan dan ketertiban lingkungan, kata kuncinya adalah kesadaran dan aksi bersama antara pemerintah kota dengan warganya.

Anies benar, ketika usai ngerobok dan bebelokan bersama warga kota dan petugas PPSU, tanggungjawab warga Jakarta sangat besar untuk aktif menjaga lingkungan. Mulai dari lingkungan rumah, antara lain dengan budaya, tidak membuang sampah di sungai, kali, kanal, selokan, dan got.

Dalam konteks itu, prinsip penataan lingkungan menyeluruh untuk mencapai kualitas lingkungan sehat, cerdas, dan mampu secara ekonomi merupakan tanggungjawab kolektif. Basisnya adalah budaya dan kearifan lokal, gotong royong.

Saya suka dengan cara komunikasi Anies yang memotivasi warga, menghidupkan kesadaran paling asasi, bahwa sesungguhnya tak seorangpun manusia di atas muka bumi yang ingin hidup dalam lingkungan yang kumuh, kotor, berantakan, dan menjijikkan.

Tak hanya karena kondisi lingkungan yang buruk dapat menimbulkan banjir dan merupakan sarang penyakit. Lebih dari itu, lingkungan kota yang buruk, juga merupakan cermin rendahnya peradaban.

Pemerintah kota dan warga kota sama bertanggungjawab mengatasi masalah asasi ibukota itu, sesuai dengan fungsinya masing-masing secara proporsional.

Tugas pemerintah antara lain adalah menyediakan sistem drainase yang tepat, memperlakukan sungai dan ruang terbuka hijau secara alamiah, sesuai dengan keperluan alam. Tidak sekedar menyalurkan air dari tempat yang tinggi ke pantai.

Seperti diamsalkan Anies sendiri, beberapa waktu lalu, tugas manusia memberikan ruang bagi air yang turun dari langit berupa hujan untuk meresap ke dalam tanah, serta mengendalikan sebagian lainnya bergerak menuju ke muara.

Dalam konteks itu, tidak semua lapisan tanah harus dibeton dan di aspal. Setarikan nafas, warga juga harus berkesadaran untuk menanam pohon di bantaran sungai dan lingkungan sekelilingnya.

Pemerintah berkewenangan memfasilitasi, meotivasi dan mengkatalisasi aksi warga untuk me nciptakan lingkungan yang sehat, cerdas dan mampu secara ekonomi. Antara lain dengan mengembangkan berbagai inisiatif, menghidupkan kembali social habit dan kearifan lokal yang menjadi warisan keadaban leluhur mereka.

Di Jakarta, kearifan lokal kaum Betawi, di masa lalu, mendidik anak-anak mereka sejak kecil memelihara lingkungan sungai dan kali, bebas dari kotoran dan sampah.

Tradisi dan resam budaya Betawi mengatur, setiap rumah di masanya, harus memiliki kakus yang digali di pelataran belakang, pada kedalaman tertentu, dengan komposisi material yang mudah mengurai kotoran ketika diserap lapisan tanah.

Melalui jaringan Rukun Tetangga dan Rukun Warga, perlu digerakkan kembali kesadaran untuk membangun dan merawat septic tank sesuai dengan kearifan lokal. Karena tempat penampungan dan pengolahan kotoran manusia yang diangkut dari rumah-rumah penduduk, sangat terbatas.

Pemerintah Malaysia, memanfaatkan kearifan budaya lokal dalam mengelola limbah kotoran manusia dan air kotor rumah tangga dengan membentuk suaru konsorsium secara profesional dan memberi kontribusi terhadap penerimaan negara bagian dan negara.

Apa yang dilakukan Anies dan Sandi sudah memotivasi warga, tinggal lagi dilanjutkan oleh aparatur Pemerintah DKI Jakarta sampai ke Kelurahan. Tak harus dengan cara sentak-sengor (marah-marah) dengan ujaran kotor. Tapi dengan cara-cara yang mendidik, tetapi menggerakkan kesadaran.

Saya yakin, dengan caranya selama ini, Anies mampu menggerakkan warga DKI Jakarta menciptakan lingkungan sehat, lingkungan cerdas, dan lingkungan mampu secara ekonomi. Tentu dengan membuka ruang partisipasi kritis warga kota.

Percayalah, hanya mereka yang gemar menista dan tak pula punya nurani, yang akan menista untuk kepentingan mereka sendiri.

Tahun 2018, akan merupakan tahun strategis bagi Anies menggerakkan simpul-simpul energizer membangun kesadaran kolektif mewujudkan ibukota yang bersih (lahir batin) dan manusiawi. | Bang Sem

Editor : sem haesy | Sumber : foto berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 712
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 869
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 820
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya