Mengenal Diri

| dilihat 2102

Al HAJJU Arafah!  Haji (adalah wukuf di) Arafah. Demikian Rasulullah bersabda, ketika seorang dari suku Najd menghampirinya dan bertanya tentang haji.  Karenanya, seluruh ulama – apapun mazhabnya – bersepakat untuk memaknai sabda, itu dengan sikap: Tiada berhaji seseorang tanpa wukuf di Arafah. Peristiwa itu berlaku pada 9 Dzulhijjah.

Di tempat itulah, apa yang difirmankan Allah SWT kepada Rasulullah SAW (Surah Al Hajj 27) terjadi. Pada hari itu, para hujjaj (jamaah haji) berbondong-bondong ke Arafah untuk melaksanakan wukuf.

“Mereka datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh…,” seru Malaikat Jibril, menyampaikan firman Allah.

Arafah yang terletak 20 km di luar kota Makkah, adalah lembah luas laksana kuala besar. Di situ terdapat Jabal Rahmah, bukit cinta. Bukit yang dipilih Allah untuk mempertemukan kembali Adam alaihissalam (as) dengan Sitti Hawa as.

Ke situ dan di situlah, dari masa ke masa, sampai akhir zaman, para hujjaj berdatangan. Karenanya, pada 9 Dzulhijjah, itu Arafah laksana padang mahsyar di dunia. Pada saat itu juga, muktamar agung seluruh muslimin dan muslimah, membuktikan secara hakiki makna firman: sesungguhnya, kalian (manusia) datang dari ummat yang satu. Kaanan naasu ummatan waahidatan.

Di situ juga mewujud makna faktual firman Allah, bahwa Ia menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa, berpuak-puak, untuk saling mengenal satu dengan lainnya.

Di lembah itulah, di bawah terik mentari menyengat jangat, berjuta jama’ah haji (di dalam tenda, bahkan di balik bebatuan), dengan berpakaian ihram, ‘berhenti sejenak’ dari mulai tergelincir sampai tenggelamnya matahari.

Menyaksikan cermin dirinya. Menyaksikan imaji – videotik segala ulah polahnya. Dan kain ihram yang dikenakannya, kapan saja bisa menjadi kain kafan untuk membungkus jenazahnya.

Di situ, para hujjaj dipandu nuraninya: menemukan hakikat kejujuran diri masing-masing. Mengenali diri untuk mengenali Khalik-nya: Man ‘arofa nafsahu ‘arofa rabbahu. Siapa yang mengenal dirinya, pasti akan mengenal Tuhan-nya.. Dan terbimbing, untuk menggetarkan dawai-dawai cinta kepada Al Khaliq.

 Segala bentuk kecintaan kepada dunia, lantak dan lumat di situ. Hanya Allah sajalah yang mengendap di dalam fikiran dan sukma. Itulah titik berhenti jutaan insan dari aneka ragam suasana cinta dunia, untuk memahami shiraathal mustaqiim (jalan yang lurus). Jalan menuju akhirat, sekembali mereka ke negerinya masing-masing.

Di Arafah, penghentian sesaat manusia dari kesibukan memburu dunia, terjadi. Ya, seperti makna etimologis Arafah, sebagai momentum untuk mengerti dan memahami sesuatu (‘a-ra-fa). Yaitu, mengerti dan memahami betapa maka luasnya cinta Allah kepada makhluk-Nya.

Wukuf di Arafah, menghantarkan para hujjaj memahami dimensi kedalaman insani sebagai manusia. Memberi pelajaran untuk tidak congkak dan pongah dalam menjalani kehidupan.

Di situ, tak ada beda seorang Raja, Kisra, dan Presiden, dengan insan biasa. Hanya yang paling bertaqwa, beroleh posisi paling tinggi di hadapan Allah. Wukuf di Arafah memandu manusia mengenal hakekat: “insan yang paling adalah yang paling rendah hatinya, dan insan yang paling rendah adalah yang paling tinggi hatinya.”

Karena itulah, saat wukuf, yang dilakukan adalah mancapai ‘arafah’ pemahaman puncak atau ma’rifat, melalui mujahadah (kesungguhan) ibadah, tafakkur, dzikir, dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW. Juga do’a-do’a dimohonkan.

Buahnya, adalah sikap hidup mahabbah, keyakinan hakiki yang dihidupkan oleh daya cinta, dan kasih sayang (marhamah) kepada Allah SWT, melalui hubungan yang sakinah dan mawaddah kepada insan sesama.

Di Arafah itulah nabi Ibrahim dipandu malaikat Jibril mengetahui batas Makkah al Mukarramah dan Arafah yang dijaga para malaikat. Kecuali Urnah, seluruh kawasan Arafah adalah tempat berwukuf.  

Di Arafah ini juga, Rasulullah  menyampaikan khutbah wada’ – khutbah terakhir kerasulannya, yang ditandai oleh turunnya firman: Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan aku telah ridha Islam itu menjadi agamamu ….“. (Surah Al-Maaidah ayat 3) | 

Editor : Web Administrator
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 943
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1171
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1434
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1582
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 231
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 330
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya